"Apa kalian tidak puas juga telah melukai kami? Aku tidak menuntut kalian saja sudah syukur? Aku bisa saja menutup Diskotik Harsa!" ancam Amy.
Apa yang dikatakan Amy benar adanya, ia memiliki banyak koneksi orang baik dan berpangkat juga dunia hitam.
Akan tetapi, Amy selalu mengedepankan hati nuraninya. Walaupun semua orang mengenalnya dia adalah sosok wanita yang sangat kejam.
Orang hanya mengenalnya sebagai Si Anak Manja yang Arogan. Namun, jauh di relung hatinya. Ia adalah wanita yang sangat baik dan berbudi luhur.
Walaupun ia telah banyak melakukan kesalahan ia berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Apalagi, sejak ia dekat dengan Soleh. Jiw
Tania pulang bersama dengan Yudi, sedangkan Soleh pulang bersama dengan Amy. Basri pulang dengan supirnya.Namun, saat mereka ingin masuk ke dalam mobil masing-masing. Soleh dan Yudi saling pandang,"Bagaimana jika kita makan, dulu?" tanya Soleh."Ya, udah. Ayo!" balas Yudi.Yudi setuju saja dengan semua hal. Ia merasa Amy dan Soleh adalah teman dekatnya. Ia tidak ingin Amy berpikir yang tidak-tidak kepadanya.Mereka mengendarai mobil masing-masing ke sebuah kafe. Sesampainya di sana, keempatnya memesan makanan yang mereka inginkan."Sebenarnya ada apa, sih? Sepertinya masalah yang kalian hadapi sa
Warga berhamburan menolong Amy memasukkannya ke dalam mobil ambulan. Air mata meleleh di kedua belah pipinya, kesedihan menggerogoti jiwanya. Ia merasa hampa, "Tania sungguh beruntung mendapatkan seorang yang benar-benar mencintainya dengan sepenuh rasa," batinnya. Rasa sakit dan nyeri di lukanya tidak ia rasakan. Hatinya lebih sakit, "Soleh .... " Amy mengingat wajah Soleh sebelum ia jatuh pingsan. Ambulan membawa Tania dan Amy ke RS. Yudi menggenggam erat tangan, Tania. Ia memandang Amy, rasa kasihan dan iba di hatinya. "Soleh!" batinnya. Yudi mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Soleh. Berharap Soleh menemani kekasih
Sore hari para orang tua telah pulang, tinggallah Soleh dan Yudi yang menemani dan mengurus kekasih hati mereka. Keheningan tercipta di antara mereka. Masing-masing mencoba untuk mencari kesibukan, memainkan ponsel dan menghubungi bawahan. Keduanya hanya diam tanpa bicara. Yudi dan Soleh menyadari jika mereka sama-sama jengah dengan semua itu. Mereka mencoba untuk membuang ego dan bersikap dewasa. Mereka merasa bukan anak-anak lagi, "Malu sama umur!" batin keduanya. "Yud—" "Leh—" keduanya berbicara bersamaan. "Leh, gue Minta maaf. Atas omongan gue tadi! Seharusnya gue nggak ngomong gitu ke, Elo!" ujar
Soleh menggendong Amy kembali ke tempat tidur. Tania membuka matanya, "Di mana ini?" tanya Tania berpura-pura baru bangun tidur."Ah, Tania! Kamu sudah sadar? Syukurlah," balas Amy.Ia benar-benar merasa bersalah, "maaf, karena masalahku. Kamu terseret di dalam semua ini," lirih Amy penuh penyesalan,"aku akan minta Papa untuk mencari pengacara lain, saja!" lanjutnya.Ia mencoba memandang wajah Tania. Ia tidak ingin karenanya Tania terluka, ia juga tidak ingin jika karenanya Yudi dan Soleh harus bertengkar.Tania terkesiap ia tidak menyangka jika Amy akan mengambil keputusan sebelah pihak. Tania pun ingin sekali mencari sebuah kebenaran akan sem
"Apakah kamu menemukan mereka?" tanya Soleh. "Tidak. Semua keluarga bilang, 'Mereka tidak ada pulang dan mereka pun tidak kemari. Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Yudi. Ia menatap Soleh, ia ingin berembuk dengannya. Yudi merasa bukan hanya Tania saja yang sedang di dalam masalah tapi Amy juga. "Jika kita lapor pun belum ada 24 jam. Kita tidak bisa melaporkan orang hilang. Keduanya sedang sakit. Ya Allah, bagaimana ini?" ucap Soleh, "jika mereka tidak sakit! Aku yakin kedua wanita itu pasti bisa melawan 10 pria," balas Soleh. Yudi pun semakin bingung dengan apa yang sudah menimpa mereka. Ia tidak menyangka begitu rumitnya kehidupan perjalanan rumah tangganya bersama dengan Tania.  
*** Sementara Tania dan Amy dibaringkan di sebuah tempat tidur. Keduanya belum juga sadar dari pingsannya. Roman telah sampai di sebuah kapal pesiar di pelabuhan di dermaga dok 4. Di balik pintu, 2 orang pengawal sedang berdiri dibalik pintu tersebut. Menunggu kedua tahanan mereka, agar keduanya tidak kabur. Sesuai dengan oerintah Roman. Roman merupakan pria yang selalu terlihat sempurna di dalam semua pekerjaan dan tampilannya. Ia tidak segan-segan membunuh, semua itu diwariskan dari kedua orang tua dan abangnya. Keduanya bangkit berdiri dari kursi mereka saat Roman memasuki kapal pesiar. Roman berjalan dengan angkuhnya dikawal beberapa pengawalnya. Denga
Roman masih memandang ke arah Tania dan Amy. Ia merasakan kekesalan yang dalam dan kebencian. Ia benar-benar tidak menyangka jika wanita di depannya begitu lihai bermain setiap kata. Sehingga tanpa sadar ia sendiri telah terjebak di dalamnya, "Masa bodoh! Aku pasti akan membunuhnya!" batin Roman. Ia begitu bernafsu ingin menghancurkan Tania dan Amy hingga tidak tersisa lagi dari apa yang dinamakan sebagai kehormatan dan kebanggaan mereka. Sayangnya, Roman gagal melakukan niat terselubung yang ia rencanakan. Ia masih memandang kedua wanita yang berada di depannya. Ia terlalu memandang remeh keduanya, sehingga ia sendiri pun harus masuk ke perangkap yang dibuat oleh dirinya sendiri.
Yanto terus berusaha untuk memukul Amy dengan membabi buta, kemudian Amy melayangkan pukulan ke arah Yanto membuat dia berpura terhuyung.Bruk!Tubuh besar Yanto jatuh ke lantai,Amy secepat kilat mengambil pistol yang ada di selipan pinggang Yanto. Amy berpura menyandera Yanto."Hentikan! Atau pria ini, mati!" teriak Amy.Membuat semua pengawal Roman terdiam. Mereka tidak menyangka jika Yanto begitu mudahnya dikalahkan seorang wanita yang sangat mungil.Padahal hanya dengan sekali gebrakan saja, tubuh Amy sudah bisa melayang. Apalagi, ia sedang luka. Namun, merek
Seorang wanita tua membawa bakul di punggungnya ingin mengutip sayuran, hujan deras telah mengguyur semalaman hingga pagi inilah ia berniat akan menjual sayurannya. Namun, saat ia ingin memetik kacang tanah ia melihat tiga anak yang terbaring di sana, "Anak siapa pagi buta di sini?" batinnya. Ia langsung berlari menggapai ketiganya dan memeriksa, "Mereka demam!" batinnya, ia berusaha membangunkan ketiganya dengan memberinya air minum, "Uhuk! Uhuk!" Adrian terbangun dan melihat seorang nenek tua melihat ke arahnya ia berusaha untuk beringsut dan menjauh, "Si-siapa kau! Tolong, jangan ganggu kami! Kami tidak mau dijadikan bakso!" ujar Adrian. "Hehehe, siapa yang mau jadikan kalian bakso? Ikan dan ayam masih lebih enak dari daging kalian!" cibir si nenek dengan gulungan tembakau fi mulutnya. Adrian beringsut sedikit berusaha untuk m
Adrian masih memeluk Salmi dengan tangan mungilnya, "Apakah kalian anak baru?" tanya seorang anak perempuan kecil yang tidak jauh dari Adrian. "Iya, kalian tahu ini di mana?" tanya Adrian penasaran menoleh ke setiap ruangan. "Aku tidak tahu! Kami dibawa kemari dengan keadaan pingsan! Apakah itu Adikmu?" tanyanya. "Iya, ini Adikku!" balas Adrian. "Namamu siapa?" tanyanya lagi. "Aku Adrian, ini Salmi!" balas Adrian. Entah mengapa ia banyak bicara, ingin rasanya dirinya mengurangi sedikit bebannya, "Oh, aku Rani," ujar Rani. "Ooo, apakah kau tahu ke mana mereka akan membawa kita?" tanya Adrian pena
Kedua sahabatnya masih menyusuri TKP bersama para polisi, mereka hanya menemukan jejak mobil dengan meninggalkan lokasi, keadaan menjadi heboh para wartawan Meliput berita dan memasukkan ke televisi dan laman media sosial lainnya. Sementara Amy menjalani operasi, Soleh menunggu di depan pintu ruang operasi. Tania dan Yudi langsung menuju ke rumah sakit begitu dengan seluruh keluarga Rangga, Hamzah, dan Basri juga Sudirman pergi ke rumah sakit. Mereka tidak menyangka dengan segala malapetaka yang sudah menimpa keluarga mereka Ibra masih menyelidiki seluruh rangkaian peristiwa ketiganya berpelukan menangis, "Bagaimana dengan Amy?" tanya Tania. "Dokter masih mengusahakan pengangkatan peluru di kepalanya, bagaimana dengan anak-anak?" tanya Soleh, ia memandang kedua sahabatnya berharap ada keajaiban untuk kedua buah hati mereka.Keduanya menggelengkan kepala, "Tapi, aku sudah mengerahkan segala yang aku bisa! Aku yakin kita pasti menemukan anak kita," kata Yudi.
"Ya, kamu benar, aku harus hati-hati! Bagaimanapun kita tidak tahu apa keinginan mereka yang sebenarnya, kamu hati-hati juga!" ucap Tania mengingatkan Amy. "Eh, besok beneran ada acara ulang ya, di rumah Dion? Sepertinya aku tidak bisa ikut ke sana, kamu mau 'kan bawa anak-anak ke sana. Besok aku ada sidang!" ucap Tania. "Iya, jangan khawatir. Aku pasti akan bawa anak-anak, lagian aku rasa besok aku libur, rasanya lelah jika terus-terusan bekerja," ujar Amy, "besok aku akan bawa anak-anak kesana! Sekalian bawa mereka berenang," lanjutnya. "Sip, aku titip anak-anak ya?" ujar Tania. "Iya, tenang saja!" balas Amy. Keduanya berpisah setelah makan siang.
Yudi di depan pintu bersalin sudah tidak sabar ingin melihat buah cintanya dengan Tania, "Selamat telah lahir bayi lelaki dengan berat 3,5 kg, panjang 50 cm. Putra pertama dari Bapak Yudi dan Ibu Tania," ujar Siska dengan menggendong seorang bayi dan memberikanya kepada Yudi, ia menerimanya dengan tetes air mata bahagia, "Selamat datang, putraku! Aku harap engkau menjadi pemenang di dalam kehidupan fana dan baka kelak," lirihnya diiringi rasa syukur seluruh keluarga. Rangga dan Hamzah saling rangkul begitu pun dengan Noni dan Rini, "Anak-anak yang hebat, cucuku pasti, luar biasa!" ujar Rangga bahagia menggendong cucunya setelah Yudi mengadzaninya. Yudi langsung menemui Tania yang masih lemah, "Terima kasih, Sayang! Aku tidak bisa mengatakan dengan apa pun rasa syukur dan cinta kasihku kepada kalian berdua," ucap Yudi, memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang.
Tiga bulan kemudian Soleh dan Amy pulang dari bulan madu, Amy pun sudah hamil. Selama mereka di Papua berbulan madu, keduanya kerap berhubungan dengan Tania dan Yudi mereka saling bercerita banyak hal dan berbagi tawa dan duka mengenai pengalaman menjadi calon orang tua. Kedua pasangan tersebut mengunjungi Siska pun sudah menikah dengan Ibra sepupu Yudi seorang polisi.Mereka kerap berkumpul, cinta yang pernah ada di hati Amy kepada Yudi sudah terbang entah ke mana, begitu pun rasa cinta Siska kepada Soleh. Kini, ketiga pasangan bahagia itu sedangkan menantikan buah cinta mereka untuk pertama kalinya. Soleh dan Yudi selalu bersabar dan mengalah terhadap semua kemanjaan dan semua sensitif ibu hamil yang luar biasa.Namun, mereka begitu bahagia menjalani peran tersebut, tiada pernah mengeluh dan tak pernah sedikit pun menyakiti h
"Aku akan menjadi, ayah! Oh Tania, kita akan menjadi orang tua! Aku sangat bahagia, sekali! Terima kasih sayang," ucap Yudi dengan bahagia dan sumringah. Ia langsung memeluk Tania dengan penuh kasih sayang. Mencium seluruh wajah Tania, "Aku sangat bahagia, Yank! Tapi, tolong ... menjauhlah. Aku ingin muntah mencium, baumu!" balas Tania mengernyitkan hitungnya. Yudi tercekat, ia tidak menyangka akan mendapatkan balasan demikian dari istri tercintanya. Siska tertawa dan menepuk bahu Yudi, "Terkadang seorang istri yang sedang hamil muda mengalami sindrom demikian. Mengertilah, emosinya naik turun. Berusahalah untuk mengalah," ujar Siska. "Kayak kamu sudah pernah, saja" balas Yudi. Siska langsung berkacak pinggang, "Aku memang belum pernah, hamil! Menikah saja belum. Tapi,
Sementara Yudi dan Tania pun tidak mau kalah. Keduanya pun mengarungi lautan berlayar di tengah samudra cinta milik mereka berdua. Keduanya saling berpelukan dengan mesranya,"Semoga kita semua bahagia, ya Mas!" ujar Tania.Yudi menoleh ke arah istrinya mengecup sekilas kening Tania, "Amin. Pastilah, setiap doa dan usaha selalu diijabah Allah. Walaupun dengan berbagai liku dan rintangan tidak instan," balas Yudi dewasa."Mas, ngomong-ngomong instan. Kok aku jadi pengen mie instan, nih!" ucap Tania."Ya udah, masaklah! Apa perlu mas yang masak?" tanya Yudi."He-em!" balas Tania sedikit manja. Ia sendiri pun tidak mengetahui mengapa ia merasa sangat ingin makan mie instan
Acara pernikahan Amy dan Soleh digelar di sebuah hotel mewah milik keluarga Amy. Keluarga Soleh dari kampung pun berbondong-bondong datang. Sudirman, Aisyah, dan Santi juga Ipah menginap di rumah Soleh yang baru. Acara pernikahan begitu meriahnya. Semua teman, kolega, handai taulan semuanya berkesempatan datang dan bersilaturahmi. Tania dan Yudi sebagai WO, mengatur dan membantunya membuat acara berjalan dengan sangat baik. Tania mengerahkan semua kemampuanya untuk memperlancar semua acara pesta. Acara pernikahan keduanya begitu bahagia. Amy begitu cantik di saat ijab kabul dan Soleh begitu gagah dan tampan. Kedua keluarga Basri dan Dahlan sangat bahagia dan cepat akrab. Basri begitu senang dengan besa