"Sepertinyan kau perlu di pahamkan agar lebih paham sayang."
Sementara itu di kamar utama, Lisa melemparkan bantal dan guling serta selimut ke lantai. "Kau benar-benar jahat Ken. Katamu kau mencintaiku, tapi kau mau mengembalikanku lagi pada mereka dengan uang 4 milyar." Gerutu Lisa.
Wajahnya sudah basah akan air mata, semakin lama makin terisak. Puas dengan membuat kamar tersebut menjadi kapal pecah, Lisa turun dari ranjang. Ia memasuki walk in closet, membuka satu persatu lemari pakaian di sana.
Banyak pakaian yang sudah tertata rapih sekarang berserakan di lantai. Ia masih belum menemukan pakaian yang ia cari. Yakni pakaian yang ia gunakan pertama kali saat ia tiba di mansion ini.
Ken yang baru saja masuk ke dalam kamar terkejutnya bukan main. Sudah tak pantas lagi disebut sebagai kamar, lebih tepatnya dikatakan sebagai pecah. Tak ada barang-barang yang pecah, hanya saja semua berserakan di lantai.
Meskipun barang-barang mahal yang ada di kamar terse
"Paman Li!" Panggil Ken. "Antarkan mereka ke kamar."Paman Li terdiam sejenak, memikirkan apa yang dimaksud oleh Ken. "Maid," ucapan lirih Ken, menggerakkan bibirnya samar-samar langsung terdengar oleh paman Li melalui earphone dan mengangguk."Saya akan permisi Tuan, biarkan anak saya saja yang tinggal di sini." Pamit Rosa.Elga tersenyum penuh kemenangan menatap kepergian Ken. "Mari saya antar ke kamar, Nona." Ajak paman Li."Hei tunggu pak Tua," Elga menghentikan langkah paman Li. "Bawakan barang-barangku!" Seru Elga.Paman Li memincingkan matanya. Sama seperti yang biasa Ken lakukan pada seseorang. "Maaf Nona itu bukan kehendak saya. Saya tidak mau kalau barang-barang mahal dan mewah Nona rusak karena saya pegang." Paman Li menekan kata mahal dan mewah. Pernyataan konyol macam apa itu. "Alangkah baiknya Nona tidak membawa barang-barang sebanyak itu, karena saya rasa tidak lah perlu." Imbuhnya lagi.Tapi Elga terdiam menimang-nimang
Pada akhirnya hari ini Ken tidak pergi ke perusahaan. Tapi itu bukan suatu masalah, suka-suka dirinya. Toh dia adalah bosnya.Setelah melakukan adegan panas di siang bolong hingga melupakan makan siang mereka, Ken terbangun. Hari sudah menunjukkan sore hari, tapi Lisa masih terlelap dalam tidurnya. Tanpa pakaian dan hanya terbalut dengan sebuah selimut.Ken tersenyum memandangi istrinya. Mengusap pucuk kepala Lisa dan mengecupnya berulang. "Kau adalah milikku dan selamanya akan menjadi milikku."Ken turun dari ranjang mencari pakaiannya dan hendak keluar dari kamar. Cacing di dalam perutnya mulai menggelitik. Setelah melakukan beberapa ronde nampaknya ia sekarang membutuhkan banyak asupan makanan agar tubuhnya kembali pulih. Mungkin nanti malam akan melakukannya lagi.Ken yang menuruni anak tangga menjadi pusat perhatian para maid. Tak terkecuali oleh Elga. Memandang takjub ketampanan Ken, wajahnya sudah tak lagi sedingin dulu. Kini semakin tenang dan damai.
Mentari menebus dibalik celah-celah jendela, menyorot kecantikan Lisa. Lisa dengan wajahnya yang teduh dan damai masih terlelap dalma tidur panjangnya.Berulang kali Ken mengecup dan mengusap wajah cantik tersebut. Namun Lisa hanya mengeliat. Tidurnya nampak nyenyak sekali.Tak tega membangunkan Lisa, Ken memilih untuk segera membersihkan diri karena hari sudah semakin siang. Ia juga sudah lama tidak pergi ke perusahaan, dia harus pergi ke perusahaan. Masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan.Ken sudah kembali lagi dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya, namun lagi-lagi Lisa masih terlelap. "Mungkin lelah kah? Tapi bukan kah seingatku dia tidak pernah melakukan pekerjaan yang berat selama ini selain melayaniku." Pikir Ken. Ia menggelengkan kepalanya dan segera berlalu menuju walk in closet.Lisa baru saja terbangun dari tidurnya yang super nyenyak sekali. Mengedarkan pandangannya mencari sosok suami, namun belum kunjung menemuka
Lisa membawa laptopnya ke taman, ia melanjutkan tugas skripsinya yang belum kunjung selesai. Harus diakui bahwa dirinya memang tak telalu pandai.Menatap taman yang indah dengan berbagai macam bunga yang subur dan banyak tanaman hias dari mulai harga yang selangit hingga langit ke tujuh ada.Udara segar serta ketenangan membuat dirinya semakin fokus untuk bekerja. Tapi itu hanya beberapa saat karena setelahnya ada penganggu yang datang.Seragam maid yang khas hitam dan putih serta rambut yang dicepol, Elga datang menghampiri Lisa. Keadaan memang kondusif semua maid sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga Elga bisa menyelinap untuk menemui Lisa."Hm," wajahnya yang khas menunjukkan kelicikan menatap wajah ayu Lisa. "Enak sekali menjadi istri seorang sultan," ucap Elga mencibir.Tak mau diambil pusing Lisa hanya mendiamkan Elga, jari jemarinya fokus pada keyboard laptop. Biarkan saja, anggap saja manusia licik itu angin berlalu.Wajah Elga mer
Mood Lisa benar-benar sudah hilang. Pekerjaannya yang ada sudah setengah jalan harus hilang begitu saja karena laptop yang dirusak oleh Elga.Ia masuk ke mansion, mengingat ia tadi memiliki janji pada Ken. Lisa segera pergi ke dapur, ia tak mau mengecewakan suaminya tersebut.Lisa mulai menyesuaikan diri, memakai celemek dan mulai memasak. Para maid hanya memberi hormat dan membiarkan Lisa melakukan apa yang ia inginkan. Sesuai dengan perintah Ken. Ken memang seperti itu, ingin membuat Lisa senyaman mungkin berada di dalam mansion. Sehingga Ken membebaskan Lisa melakukan apapun asalkan tidak membuatnya kelelahan dan jatuh sakit.Hari ini Lisa memasak daging panggang, bukan karena Ken yang tak suka sayur. Tapi dirinya sendiri yang sangat menginginkan daging panggang.Tak lupa memasak nasi lengkap dengan sambal dan sayur dan memotongkan bermacam-macam buah-buahan.Lisa dibantu oleh bibi Nar yang sekaligus mengawasi dan menjaga agar Elga tak menganggu Lisa
Setibanya di ruangan Ken, Lisa segara masuk. Sementara Jessy dan Jane berdiri di depan pintu menunggu Lisa.Senyum Ken seketika mengembang melihat kehadiran istrinya, tak ada lagi kata kesal maupun marah. Ken segera melupakan kekesalannya tadi pagi.Mana mungkin bisa marah, istri kesayangannya datang dan berpenampilan sangat cantik. Ken yang tadinya sedang berbincang pada Zae mengenai pekerjaan seketika bangun dari duduknya. Kakinya mengajak dirinya mendekati Lisa.CupCupCupCupCupSudah puas bukan mengujani Lisa dengan kecupan di wajahnya. Sementara itu Ken langsung memberi kode melalui lirikan mata pada Zae."Ck!" Zae berdecak kesal. "Penganggu pekerjaan," menggerutu kesal. Mau tak mau Zae langsung berlalu dari ruangan tersebut. Tak lupa di depan pintu ia juga memberi tatapan tajam pada kedua pengawal Lisa sebagai pelampiasan rasa kesalnya."Duduk lah!" Ken mengajak Lisa duduk di sofa.Mereka duduk saling berdamp
"Istriku sedang sakit. Apa kau mau jika memanggil dokter lain hingga membuat istrimu terlalu lama menunggu." Ucap Albert. "Dan lebih baik berbohong agar semuanya selamat," imbuhnya lagi dalam hati.Ken mendesah kesal dan akhirnya mengiyakan. "Cepat kau lakukan, aku tidak mau istriku sampai kenapa-kenapa."Albert mulai mengeluarkan stetoskopnya, bersiap memeriksa Lisa. "Hei, apa yang kau lakukan!!" Ah lagi-lagi Ken berulah. Ken menghentikan Albert yang hendak memeriksa denyut jantung Lisa."Jangan kau pikir aku membiarkanmu memeriksa istriku berarti aku mengizinkanmu menyentuhnya ya!"Semua orang di dalam ruangan tersebut begitu kesal melihat ulah Ken. Terutama Zae, ia memutar bola matanya malas. "Astaga Ken," menghembuskan nafas kasaranya.Zae menatap kedua pengawal cantik Lisa. "Lebuh baik kalian persiapkan liang lahat untuk Lisa!" Titah Zae pada Jessy dan Jane.Jessy dan Jane saling bertatapan bingung. "Melihat kedua manusia itu berdebat sama sa
"Kenapa tidak memberitahuku dulu?" Tanya Ken dalam panggilan ponselnya kesal. Namun panggilan tersebut segera terputus.Ken kesal karena tidak penelpon mematikankannya sepihak. "Sial! Sial! Sial!" Tetap saja, Ken tetap mengumpat kesal.Brak!Pintu ruangan kerja pribadi Ken yang ada di mansion terbuka, siapa lagi kalau bukan Zae yang masuk tanpa permisi.Prangggg!Ken melempar gawainya mengenai diding di samping Zae berdiri. Jantunh Zae terpacu dengan cepat, seperti hendak lepas dari tempatnya. Karena jika saja dia tadi bergesar seinci saja pasti ponsel itu akan mengenai kepalanya.Ken memang sengaja melempar ponselnya tepat di samping Zae karena kesal. Lemparan yang mematikan tersebut membuat Zae bergidik ngeri, ditambah lagi dengan aura Ken yang mengerikan. Sikap dewasanya yang suka berkata bijak hilang seketika, berganti menjadi tunduk ketakutan. Paham betul jika Ken sedang marah."Kau kenapa Ken?" Tanya Zae basa-basi. Sebenarnya dia juga