Elvina tersenyum. Setelah mengobrol dengan Maya, dia mendapat inspirasi. Dia lantas mengambil buku dan pena, lalu merevisi bagian akhirnya dengan penuh percaya diri.Saat melihat Elvina sibuk kembali, Maya pun diam-diam bangkit dan pergi.Pukul 7 malam lewat, Raiden pulang dan Elvina sudah selesai merevisi. Dia hanya perlu mencari waktu senggang untuk merekamnya di studio.Hari ini, Elvina menaruh bath bomb garam laut ke dalam bak mandi. Air berubah menjadi warna biru muda, membuatnya seperti berendam di laut.Elvina bersandar di pinggir bak mandi sambil menopang dagunya dengan satu tangan dan menatap ruang shower yang hanya berjarak beberapa meter darinya.Di sana, Raiden sedang mandi. Air mengalir di tubuhnya. Mata Elvina seperti radar yang terus mengamatinya. Tubuh Raiden benar-benar proporsional. Bagian bawahnya itu juga sangat ....Raiden menyeka air di tubuhnya, lalu keluar dengan tubuh dibalut handuk. Begitu berbalik, dia langsung melihat Elvina sedang menatapnya lekat-lekat.Ta
Keesokan pagi, Elvina memakai setelan berwarna abu. Karena memakai rok pendek dengan stoking, dia kesulitan untuk membungkuk. Saat mengganti sepatu, dia menunjuk sepasang sepatu hak tinggi hitam sambil menatap Raiden dengan mata berkaca-kaca.Keduanya bertatapan untuk sesaat. Pada akhirnya, Raiden terpaksa berjongkok dan mengambil sepatu hak tinggi itu. Setelah Elvina mengangkat kakinya, Raiden memegangi kakinya dan membantunya memakai sepatu hak tinggi.Evina menunduk menatap lingkaran rambut Raiden, lalu menyunggingkan senyuman. Setelah Raiden selesai membantunya selesai memakai sepatunya, Elvina pun memberinya kecupan dan mengetik sesuatu.[ Terima kasih, Paman! Muah! ]"Aku akan dinas di Kota Baria untuk beberapa hari ini. Apa aku perlu menyuruh Owen tinggal di sini?" Raiden melirik layar ponsel Elvina dan langsung memasuki lift.Elvina menggeleng.[ Sebelumnya kamu sudah jamin Daphney nggak bakal macam-macam lagi padaku. Kamu bawa saja Kak Owen. Dia sekretarismu. ][ Omong-omong,
Setelah balik kerja, Elvina pun sibuk kembali. Dia sampai lupa Raiden memberitahunya akan dinas di Kota Baria.Malam setelah pulang dan tidak melihat Raiden, Elvina baru tersadarkan. Selesai mandi, Elvina berbaring di ranjangnya. Dia merasa bosan karena tidak ada yang menemaninya. Ranjang ini terasa kosong melompong.Elvina meletakkan boneka kucing itu dengan baik, lalu memotretnya dan mengirimkannya kepada Raiden. Sekitar lima menit kemudian, Raiden membalas pesannya.[ Kenapa? ][ Kalau bisa, aku mau jadi boneka saja supaya nggak punya pikiran dan perasaan. Aku nggak bakal merindukanmu. ][ Aku bakal pulang Rabu ini. ]Elvina mengirimkan emotikon sedih.[ Hari ini baru Senin. Rabu masih lama. ][ Paman, aku mau dengar dongeng sebelum tidur. Jangan ganti ceritanya lagi. Cerita gadis bertopi merah itu membuatku mimpi buruk berhari-hari. ]Setelah mengirim pesan, Elvina melihat Raiden sedang merekam suara. Sesaat kemudian, Raiden mengirim pesan suara yang panjang. Elvina pun mengklik de
Setelah keluar dari perusahaan dan masuk ke mobil, Peter segera menghubungi seseorang. Akan tetapi, ponsel orang itu tidak aktif.Hal ini membuat Peter makin panik. Dia bergegas menuju ke bandara sambil menelepon seorang temannya untuk meminjam helikopter.Pada saat yang sama, Peter memasuki situs web Grup Libertix dan mencari sebuah nomor. Setelah selesai mengobrol dengan temannya, Peter menginput nomor tadi dan menekan tombol membuat panggilan.Saat ini, di Kota Feina sudah pukul 10 malam lewat. Di sebuah kelab, Dexton sedang menemani beberapa mitranya makan. Tiba-tiba, asisten menghampiri dan berbisik, "Pak, orang bernama Peter mencarimu."Dexton yang sedang menyesap anggur sontak mematung. Dia melirik asistennya dan bertanya, "Dia orang Raiden, 'kan?""Ya, dia bilang ada hal penting." Panggilan dengan Peter masih tersambung. Asisten itu bertanya lagi, "Apa aku harus mematikan panggilannya?"Dexton pernah melihat Peter mengikuti Elvina. Sepertinya Peter adalah pengawal yang diatur R
Pagi hari ketika Maya mengetuk pintu kamarnya, Elvina baru bangun dan menemukan steker charger-nya tidak dipasang dengan baik. Ponselnya pun mati karena kehabisan baterai.Selesai mandi, Elvina mengecas ponselnya. Kemudian, dia mengambil tablet Raiden untuk mengetik.[ Bi, aku mau ke rumah sakit. Mungkin aku bakal tidur di rumah sakit malam ini. ]Maya menyajikan bubur kerang, lalu melirik layar tablet. "Ngapain ke rumah sakit? Kenapa sampai tidur di sana?"Elvina tidak ingin Maya mencemaskannya. Dia mengetik lagi.[ Cuma periksa tenggorokan. Dokter minta aku opname supaya bisa diobservasi. ]Maya yang menyodorkan sendok tiba-tiba termangu. Dia berkata, "Hari ini bakal hujan. Apa perlu kutemani? Lagian, kamu nggak suka bau di rumah sakit."[ Nggak usah. Paman bilang dia bakal balik Kota Berza jam 10 pagi. ]Elvina menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyodorkan kartu bank kepada Maya.[ Aku dan Paman bakal pulang besok pagi. Hari ini kamu pergi bersenang-senang saja. Beli baju d
Setelah Elvina meninggalkan rumah sakit, langit mulai turun hujan gerimis. Dia naik ke mobil, lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Peter. Dia menanyakan alasan Peter mencarinya.Namun, tidak ada balasan. Mungkin Peter sedang sibuk. Setelah melihat jam, Elvina membuka ruang obrolannya dengan Raiden dan mengirim pesan.[ Kamu sudah sampai Kota Berza? ]Raiden membalas dengan cepat.[ Baru turun dari pesawat. Aku mau ke kantor sebentar. ]Elvina tersenyum.[ Sejam lalu, Nenek mengirimiku pesan. Dia suruh kita makan malam di rumahnya. Aku baru keluar dari rumah sakit. Aku mau ke rumah Nenek nanti. ][ Kamu nggak pusing setelah ambil darah? ][ Aku sudah kasih tahu Dokter Keanu. Aku bakal balik ke rumah sakit jam 9 malam. Kamu temani aku nanti. Kamu tunggu di perusahaan. Aku punya kejutan untukmu. ][ Oke. ]Elvina keluar dari ruang obrolan mereka dan melihat jam. Ketika teringat pada hadiah yang akan dikirimkannya dan jadwal postingan yang telah ditetapkan, Elvina pun sa
"Benar! Aku yang membunuhnya! Kenapa memangnya?" Karena Pamela sudah memperjelas semuanya, Daphney pun tidak menutupi apa pun lagi.Dia menatap Pamela dengan mata merah sambil berkata dengan galak, "Siapa suruh dia menolak waktu aku minta cerai! Aku memintanya berkali-kali, tapi dia nggak mau!""Kenapa dia egois sekali? Dia jelas-jelas tahu aku dan Raiden pacaran 13 tahun dan aku menikah dengannya cuma karena gegabah, tapi dia nggak mau melepaskanku!""Aku tahu aku salah. Tapi, manusia mana yang nggak pernah buat salah?" Daphney menangis terisak-isak, membuat penampilannya terlihat sangat menyedihkan."Aku cuma ingin bersama pria yang kucintai. Apa ada yang salah? Memangnya kamu nggak menikah dengan pria yang kamu cintai?" tanya Daphney."Kalau Darren melepaskanku, aku juga nggak bakal melakukan hal seperti itu. Kalau dia nggak mau cerai dariku, gimana aku bisa balikan sama Raiden?""Ka ... kamu ...." Pamela bisa menebak sesuatu. Sebenarnya, dia berbicara seperti itu hanya untuk mengor
Setelah tangan dan kakinya mulai pulih, Daphney buru-buru meninggalkan ruang kerja dan kembali ke kamarnya. Dia bersandar di pintu sambil terengah-engah. Mengingat wajah Pamela yang meninggal mendadak, hatinya bergetar.Namun dia segera berpikir, bukankah Pamela yang memulainya lebih dulu? Dia hanya membalas beberapa kata, apa salahnya? Kematian Pamela tidak ada hubungannya dengannya!Semua pelayan Keluarga Tjandra tahu bahwa Pamela memanggilnya ke ruang kerja. Sebentar lagi, ketika para pelayan masuk ke ruang kerja, mereka pasti akan menemukan bahwa Pamela sudah meninggal ....Daphney agak panik. Dia mengeluarkan ponselnya, berniat menelepon seseorang. Namun, samar-samar dia mendengar suara pelayan di luar pintu, "Nyonya Elvina, Nyonya Daphney lagi bicara sama Nyonya Pamela di ruang kerja."Elvina datang?Gerakan Daphney yang hendak menelepon pun terhenti. Dia membuka pintu sedikit dan mengintip keluar. Dia melihat pelayan membawa Elvina ke pintu ruang kerja, lalu pergi.Elvina menget
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S