Menjelang dini hari, Elvina tidak lagi demam tinggi dan tidur nyenyak hingga pagi. Saat dia terbangun, hidungnya terasa sedikit tersumbat.Elvina teringat bahwa tadi malam dia merasa seperti tercekik, tetapi untungnya kondisi itu berangsur membaik.Elvina bertanya-tanya apakah tubuhnya menjadi lebih lemah karena pengambilan darah sehingga membuatnya terkena flu.Elvina hendak turun dari ranjang untuk bersiap, lalu dia melihat Peter sedang duduk santai di kursi samping. Pria itu mengacak rambutnya yang berantakan. Sepertinya dia baru saja bangun."Kamu tidur di sini semalam?" tanya Elvina.Peter berujar sambil menguap, "Buset, kamu pikir aku berani meninggalkanmu? Tadi malam, kamu ...."Melihat Peter tidak melanjutkan perkataannya, Elvina merasa penasaran sehingga bertanya, "Tadi malam, aku kenapa?"Peter teringat wajah cemas Keanu semalam dan takut mengatakan hal yang bisa membuat Elvina khawatir.Jadi, Peter mengalihkan pembicaraan dengan berujar, "Tadi malam, kamu batuk beberapa kali
"Cuma karena dia bilang begitu, kamu langsung percaya? Kamu ini bodoh ya?" tanya Peter yang datang bersama Elvina. Dia menambahkan dengan kesal, "Kalau begitu, aku juga bisa bilang kamu berkomplot sama pengawas ujianmu!"Jocelyn melirik sinis ke arah Peter sembari membalas, "Aku malas bicara sama kamu!"Peter membisikkan kata-kata di telinga Elvina, "Maaf ya, Elvina. Awalnya aku mendekati Kak Giselle untuk membantumu, tapi malah jadi bikin masalah."Nada suara Peter berubah penuh penyesalan ketika melanjutkan, "Harusnya aku sekalian matikan kamera CCTV di ruangan ujianmu, biar nggak ada bukti."Elvina ingin tertawa, tetapi dia menahannya karena Jocelyn ada di depan mereka. Melihat Elvina menunduk, Jocelyn mengira dia merasa bersalah.Jocelyn pun berbicara dengan sinis, "Elvina, masalah jalur orang dalam sudah jelas. Semua orang melihatnya. Nilai ujianmu dibatalkan, jadi kamu nggak akan diterima di Grup Polaris!"Jocelyn menambahkan, "Aku sarankan kamu mengaku saja. Begitu Grup Polaris
Owen menatap Jocelyn dengan dingin sambil bertanya, "Siapa bilang nilai ujian tertulisnya rendah?""Waktu itu, wajah pengawasnya sangat serius ...," jawab Jocelyn dengan ragu.Giselle memberi tahu, "Itu karena Elvina menjawab semua soal dengan benar dan mendapat nilai penuh. Selama dua tahun terakhir, belum pernah ada yang mendapat nilai sempurna dalam ujian tertulis saat melamar ke departemen penerjemahan.""Elvina adalah yang pertama. Jangankan pengawas itu. Kalau aku yang mengawasi sendiri, mungkin ekspresiku bakal lebih kaget darinya," tambah Giselle.Jocelyn membelalakkan mata karena tidak percaya. Ternyata ekspresi serius pengawas bukan karena jawaban Elvina salah, tetapi karena dia mendapat nilai sempurna. Itu benar-benar di luar dugaannya. Saat itu, terdengar seruan dari kerumunan. "Astaga, cepat lihat Instagram kalian!" Orang-orang yang tidak tahu apa yang terjadi langsung membuka Instagram karena merasa penasaran."Kamu benar-benar bikin Instagram down atau apa?" bisik Elvin
Giselle terdiam sejenak sebelum bertanya, "Kamu minta bantuan dari pamanmu atau nggak, kami tetap harus menyelidikinya.""Bagi yang diterima, jam setengah 9 pagi pada hari Senin, harap lapor ke departemen personalia. Bagi yang belum berhasil, jangan berkecil hati," ucap Giselle.Giselle tidak memedulikan Jocelyn lagi, sebaliknya mengumumkan pada yang lain, "Departemen penerjemahan Grup Polaris bakal mengadakan perekrutan setiap tiga bulan. Kalian bisa coba lagi di kesempatan berikutnya. Oke, kalian sudah boleh pulang sekarang."Berhubung masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, Giselle bergegas pergi dengan berkas-berkas di tangannya."Kak Giselle ...." Jocelyn yang tidak rela mencoba mengejarnya. Namun, Peter malah mengulurkan kakinya dan menghalangi langkahnya."Jocelyn, apa kamu lupa sesuatu?" tanya Peter dengan santai.Melihat Giselle sudah masuk lift dan dirinya tertahan oleh Peter, Jocelyn pun menatapnya penuh amarah. Dia bertanya, "Apa yang kulupakan?"Peter pun mengingatkan
Jocelyn menggertakkan giginya. Dia terpaksa masuk ke restoran dan berganti bikini di toilet. Dia sempat berpikir untuk kabur, tetapi restoran itu hanya memiliki satu pintu masuk yang langsung mengarah ke luar.Untuk menuju dapur, Jocelyn harus melewati aula utama. Itu berarti Peter dan orang-orang di luar pasti akan langsung melihatnya. Setelah menunda sejenak, akhirnya dia keluar dari restoran.Melihat Jocelyn berdiri kaku, Peter bertanya, "Kenapa kamu nggak mulai nari? Oh, karena nggak ada musik ya? Oke, biar aku putarkan musik!"Peter membuka pemutar musik di ponselnya dan memasang lagu Barat yang populer dan bersemangat.Jocelyn melihat sekeliling dan menyadari banyak orang yang menonton, bahkan pengunjung di dalam restoran ikut melihat ke luar. Ini benar-benar situasi yang memalukan baginya.Jocelyn memandang ke arah Elvina sambil tersenyum kaku. Dia sudah tidak sombong lagi seperti kemarin. Saat ini, dia bertanya dengan suara rendah, "Elvina, kamu serius mau seperti ini? Kita bak
Meskipun Peter menutup kotak itu dengan cepat, Elvina yang berdiri di sebelahnya sempat melihat sekilas berlian di dalamnya dan tak kuasa terkejut.Sebagai Nona Pertama Keluarga Kusuma, Elvina sudah terbiasa dengan perhiasan dan memiliki banyak koleksi yang tak terhitung jumlahnya. Namun, dia tidak pernah melihat berlian sebesar itu, apalagi berlian berwarna merah muda.Peter langsung menyodorkan bunga dan hadiah itu ke pelukan Elvina sambil berbisik dengan kagum, "Kak Raiden memang berbeda. Dia benar-benar pria kaya yang memanjakan istrinya. Hanya saja, suasananya kurang romantis."Sebelumnya, Peter sempat menebak apakah berlian besar itu akan diberikan untuk Elvina. Ternyata benar.Mendengar Peter berkata begitu, Elvina pun memahami situasinya. Dia memandang mawar hitam di tangannya, tetapi dalam hatinya masih bertanya-tanya.Memang mungkin Raiden akan memberikan hadiah kepadanya, tetapi dia tidak menyangka cara penyampaiannya akan begitu terbuka dan menarik perhatian seperti ini. Ra
Setelah Owen menyetir ke parkiran bawah tanah Grup Polaris, di restoran, Peter segera melindungi Elvina dan membantunya keluar dari kerumunan. Begitu masuk ke taksi, Peter masih terengah-engah.Dengan ekspresi heran, Peter mengeluh, "Awalnya kita cuma mau lihat Jocelyn dipermalukan, tapi malah kita yang dikerumuni. Aduh, hadiah dari Kak Raiden benar-benar merepotkan!""Di mana-mana, ada saja orang yang suka kepo," balas Elvina. Dia sama sekali tidak menduga bahwa urusan keluarganya yang sudah lama berlalu masih terus menarik perhatian orang-orang. Kini, mereka seperti paparazi yang selalu mencari tahu tentang kehidupannya.Elvina melirik mawar hitam di pelukannya, lalu bertanya sambil mengernyit, "Ini benar-benar dari Kak Raiden?""Sudah pasti!" jawab Peter dengan tegas sambil menunjuk kotak beludru di tangan Elvina.Kemudian, Peter menambahkan, "Lihat saja berlian merah muda ini, nggak ada duanya di dunia. Sebenarnya berlian ini sudah dilelang dan dibeli oleh seorang konglomerat. Sete
Tak lama kemudian, asistennya memberi tahu, "Pak Dexton, sepertinya kamu terlalu khawatir. Keluarga Tjandra adalah salah satu dari empat keluarga besar di Negara Hondria."Asisten itu menambahkan, "Mereka punya aturan ketat. Meski Pak Raiden punya kekuasaan penuh sekarang, dia tetap nggak bisa menghindari pernikahan politik. Jadi, nggak mungkin dia nikah sama Elvina ...."Biasanya, Dexton hanya akan mendengarkan pendapat asistennya dengan tenang. Namun kali ini, kata-kata itu membuatnya merasa tidak nyaman.Dexton membalas dengan ekspresi dingin, "Dulu, Keluarga Kusuma punya posisi penting di Kota Berza. Bukan hal mustahil bagi Elvina untuk menikah sama Keluarga Tjandra.""Kamu pun bilang itu dulu ...." Asisten itu melirik Dexton, lalu menambahkan dengan ragu-ragu. "Pak Dexton, bukannya kamu nggak suka sama Elvina?"Kenapa begitu asistennya menyebutkan nama Elvina, ekspresi Dexton malah berubah? Mendengar itu, Dexton sendiri terdiam sejenak. Dia menyadari bahwa sikapnya memang agak ane
"Jangan terus berdiri di sana. Nanti kakimu pegal," ujar Raiden untuk memperingatkan.Suara Raiden terdengar dingin, tetapi Daphney justru merasakan perhatian dari ucapannya. Seketika, rasa cemburu dalam hatinya pun sirna."Ya." Daphney tersenyum tipis, lalu menyuruh pelayan menyiapkan teh favorit Raiden.Sampai sekarang, Elvina masih belum bisa melupakan kepergian neneknya. Itu sebabnya, dia menjadi begitu manja terhadap Pamela. Pamela punya senyuman yang lembut dan dipenuhi kasih sayang.Elvina mengupas jeruk untuk Pamela sambil mengobrol dengan Pamela. Dia sudah lama tidak merasa sebahagia ini.Daphney juga duduk di ruang tamu. Dia tahu Pamela sedang asyik mengobrol dengan Elvina. Dia pun tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya memotong apel untuk Raiden.Pamela melirik Daphney dan berkata, "Daphney, biar pelayan saja yang melakukannya. Jangan sampai pisaunya kena tanganmu.""Nggak apa-apa. Raiden dan Elvina sama-sama tamu." Daphney tersenyum tipis, lalu bertanya kepada Elvina, "Elvi
Ketika Elvina mendongak dan bertanya kepadanya, Raiden melihat dengan jelas alisnya yang terangkat dan senyuman di bibirnya. Tatapannya terlihat agak licik. Raiden tahu Elvina sengaja.Raiden hanya tahu Elvina kuliah di luar negeri selama beberapa tahun. Dia tidak tahu bahwa Elvina dan Daphney saling mengenal. Namun, dilihat dari ekspresi Elvina, sepertinya dia sudah tahu identitas Daphney sebelum kemari.Raiden menatap Daphney. Wanita ini tampak pucat dan menggigit bibirnya. Alisnya juga berkerut."Sayang?" Ketika melihat Raden tidak berbicara, Elvina tersenyum dan bertanya, "Kenapa diam saja?""Terserah kamu mau panggil gimana. Keluarga Tjandra nggak punya aturan seketat itu," timpal Raiden dengan nada datar. Kemudian, dia melepaskan tangan Elvina dan menepuk pinggang belakangnya. "Pergi sapa Nenek dulu."Elvina tersenyum mengejek. Di mengikuti arah pandang Raiden dan melihat seorang wanita tua yang tampak bersemangat sedang menghampiri mereka.Pamela mengenakan terusan berwarna gela
"Bunga anggrek ini pernah ikut lomba lho! Harganya puluhan juta!" Elvina menunjuk bibirnya dan tersenyum tipis. "Kalau bunga ini nggak cukup, masih ada mulutku. Pak Raiden, aku menikah denganmu untuk membuat nenekmu senang. Aku pasti akan menjalankan tugasku dengan baik."Raiden mengernyit mendengar panggilan formal Elvina. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.Pukul 6.40 malam, mobil tiba di rumah Keluarga Tjandra. Rumah ini terletak di selatan kota. Dulunya adalah kediaman seorang pejabat.Nyonya Tua Keluarga Tjandra merasa bosan tinggal di Negara Hondria dan ingin pulang ke Kota Berza. Jadi, suaminya menggunakan koneksinya untuk membeli rumah ini, lalu mempekerjakan arsitektur terkenal untuk merenovasinya.Sejak saat itu, Nyonya Tua Keluarga Tjandra tinggal di sini. Setiap tahun baru, seluruh keturunan Keluarga Tjandra akan datang kemari untuk berkumpul.Mobil melewati gerbang dan terus maju. Elvina melihat pohon paulownia di kedua sisi jalan yang menghalangi sinar matahari. Suasana
Elvina belajar banyak hal dari mereka. Dia mendapat banyak wawasan siang ini.Setelah pulang kerja, Elvina berpamitan dengan para staf yang memperlakukannya dengan sangat ramah itu. Kemudian, dia menuju ke basemen dengan membawa sebuah kantong besar.Di antara begitu banyak mobil mewah, Maybach hitam dengan plat nomor seri terlihat paling mencolok. Demi pulang makan, Raiden menyuruh Owen membatalkan semua jadwalnya. Sebelum jam pulang kerja, dia pun sudah menunggu di dalam mobil. Dia menggunakan waktu yang ada untuk membaca beberapa email.Ketika mendengar suara pintu mobil dibuka, Raiden menoleh dan melihat Elvina masuk dengan membawa kantong belanjaan. Raiden menyuruh Owen menjalankan mobilnya, lalu melirik Elvina. "Bukannya kamu bilang mau berdandan seperti nona kaya yang elegan? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?""Kak Owen, kita ke Toko Bunga Yuzu dulu." Setelah menginstruksi Owen, Elvina menaikkan partisi mobil dan mengeluarkan dua macam pakaian dari kantongnya. Dia menggoyangkann
"Aku sudah berhari-hari nggak ke kantor. Pasti kerjaanku menumpuk." Elvina mendorong kursinya dan bangkit. "Kak Raiden, nanti kutunggu kamu di basemen."Ketika melihat Elvina bersikeras ingin pergi bekerja, Raiden pun tidak menghentikannya. "Aku sudah suruh Owen selidiki tentang Jocelyn. Orang luar cuma tahu Dexton berniat jahat padamu di hotel."Elvina tersenyum. "Ya, aku pun takut orang-orang melibatkan kematian Jocelyn denganku. Nanti aku jadi nggak bisa kerja di Grup Polaris. Terima sudah membantuku membereskannya."Elvina menghampiri Raiden, lalu memberinya kecupan di pipi sebagai bentuk terima kasih. Raiden hanya bisa terperangah di tempat.Berita tentang pemimpin Grup Libertix yang mencoba meniduri mantan istrinya secara paksa, menghebohkan seluruh internet. Ketika Elvina tiba di Grup Polaris, semua orang sibuk menginterogasinya untuk mencari tahu kebenaran.Setelah Elvina memasuki departemen penerjemahan, rekan kerjanya pun langsung mengerumuninya. Mereka memaki Dexton sambil m
Raiden mencium aroma parfum yang samar dari tubuh Elvina. Dia mengernyit sambil membalas, "Terserah kamu saja.""Jangan begitu dong. Dia nenekmu. Aku harus memberi kesan pertama yang baik saat bertemu keluargamu." Sambil berbicara, Elvina mendekat dan menaruh satu tangannya di bahu Raiden. "Sepertinya aku lebih baik bersikap lembut saja. Orang tua suka menantu seperti ini.""Kamu sudah membuat keputusan. Ngapain tanya aku lagi?""Aku takut kamu keberatan." Usai berbicara, Elvina berbisik, "Tapi, kalau kamu suka yang nakal, aku bisa bawa baju ganti dan pakai khusus untukmu."Raiden meraih tangan Elvina yang lasak, lalu memicingkan mata menatap wajahnya. Kemudian, dia membungkuk sedikit untuk mendekat. "Ini karakter aslimu? Kamu memang suka menggoda pria ya? Atau mungkin obat itu merusak otakmu? Apa aku perlu menyuruh Keanu kemari?"Elvina langsung melingkari leher Raiden dan mengedipkan mata. "Memangnya salah kalau aku menggodamu? Kamu 'kan suamiku.""Oh ya." Elvina mengabaikan tatapan
Pukul 7.30 malam, Raiden dan Owen kembali ke Vila Swallow. Begitu masuk, Raiden langsung mendengar suara bising. Setelah memandang ke arah sumber suara, dia melihat Elvina dan Peter sedang bermain game di sofa.Dari sudut pandang Raiden, dia kebetulan bisa melihat Elvina yang duduk di sisi kanan sofa dengan kaki ditekuk. Sepertinya Elvina sangat suka warna hijau. Hari ini, dia mengenakan rok hijau yang menutupi paha mulusnya.Pergelangan kaki Elvina terlihat sangat rapuh. Jari kakinya sebentar ditekuk, sebentar direntangkan. Dia terlihat sangat lasak. Ketika melihat kaki putih itu, entah mengapa Raiden tak kuasa menelan ludahnya dua kali.Raiden menyerahkan jasnya kepada pelayan. Setelah masuk, dia duduk di sofa di depan Elvina dan bertanya, "Elvina, bisa duduk yang benar?"Seingat Raiden, Elvina selalu duduk dengan elegan, baik itu di ruang tamu ataupun di meja makan. Elvina adalah wanita yang punya sopan santun."Ini rumah, bukan perusahaan. Terserah aku mau duduk gimana dong. Lagian
Peter bisa merasakan keringat di dahinya. Dia menyeka keringat dan mengalihkan pandangan. "Maafkan aku, Elvina. Kamu jadi harus mengingat kenangan buruk itu gara-gara aku."Peter tahu segala hal yang dilakukan Dexton demi membuat Elvina meninggalkan rumah tanpa mengambil sepeser pun."Semua sudah berlalu." Elvina menunduk, lalu mendongak menatap Peter lagi. "Aku mengatakan semua ini supaya kamu nggak pikir macam-macam. Kalau kamu bersikeras mau pergi, aku nggak menganggapmu teman lagi."Peter pun menyeringai. "Kamu sudah bicara begini. Mana mungkin aku berani pergi lagi?"Elvina merasa lega. Dia ikut tersenyum. Penghalang di antara keduanya telah menghilang.Peter mengambil pir dari piring di meja, lalu duduk di pinggir ranjang dan berkata, "Dua hari ini, aku terus mencoba memulihkan obrolan di ponsel Jocelyn. Tapi, ada virus di ponselnya. Setiap kali aku mencoba memulihkan datanya, komputerku akan diserang virus.""Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang. Yang jelas, orang di balik Joce
Netizen itu juga mengunggah sebuah foto pernikahan yang terlihat kabur. Entah di gereja mana acara pernikahan itu diadakan. Wajah si pria tidak terlihat, tetapi Daphney yang memakai gaun pengantin terlihat cukup jelas.Elvina menatap foto itu untuk beberapa saat. Tatapannya berangsur suram. Tangannya membeku untuk sesaat. Kemudian, dia mengambil tangkapan layar. Ketika hendak menyegarkan halaman, unggahan itu sudah hilang.Segera, Maya selesai memasak. Saat makan di ruang makan, Elvina melihat Owen membuat bekal untuk Peter. Dia bertanya, "Peter kenapa?""Katanya nggak enak badan. Mau makan di kamar," sahut Owen.Selama tiga hari ini, Elvina hanya diinfus sehingga dia merasa sangat lapar. Biasanya masakan Maya selalu tersisa, tetapi kali ini disapu hingga bersih oleh Elvina.Karena kekenyangan, Elvina duduk di sofa dulu. Sekitar pukul 2 siang, Owen mengambil jasnya dari gantungan baju dan berpesan, "Bu, Pak Raiden suruh aku ke kantor. Ada urusan. Kalau nggak enak badan, kamu telepon Pa