"Daphney, kamu tahu betul gimana Nenek bisa meninggal." Elvina terkekeh-kekeh dingin. "Aku baru saja masuk ke ruang kerja, lalu kamu langsung datang. Kamu rasa ini kebetulan?"Wajah Daphney sontak menjadi suram. Dia menggertakkan giginya dengan geram. Di sini bukan hanya ada mereka berdua. Ada banyak orang di sekitar Elvina. Semakin banyak yang Elvina katakan, posisi Daphney akan semakin bahaya.Daphney tidak melanjutkan perdebatan Elvina. Dia memberi perintah dengan dingin, "Lepaskan bajunya dan foto dia!""Daphney, kamu cuma bisa pakai cara kotor seperti ini ya?" Ketika merasakan beberapa tangan mulai menyentuh tubuhnya, Elvina berusaha sekuat tenaga untuk melawan sambil memaki, "Yang mati adalah nenek Raiden. Aku istri Raiden. Dia yang seharusnya menghukumku. Kamu kira kamu siapa?"Elvina terdiam sejenak sebelum bertanya dengan sinis, "Kamu merasa kamu masih mantan pacar Raiden? Kamu mengandung anak kakak Raiden. Daphney, sebaiknya kumpulkan pahala untuk anakmu! Jangan sampai anakmu
Elvina sengaja memperlambat suaranya saat meneruskan, "Kak Raiden-mu punya tato bunga hibiscus di dadanya. Itu bunga yang kulukis. Kalau kamu hebat, tunjukkan kemampuanmu padanya. Nangis di depannya, minta dia hapus tato itu.""Kalau nggak, setiap kali kamu memeluknya, kamu pasti akan melihat tato itu. Menjijikkan sekali, 'kan?"Begitu mendengar ucapan Elvina, Daphney langsung teringat pada tato di tubuh Raiden. Ketika membayangkan Elvina dan Raiden membuat tato untuk satu sama lain, dia hampir menggila.Daphney hampir meremas ponselnya hingga hancur. Dia menggertakkan giginya sambil memekik, "Cepat sedikit! Aku nggak mau lihat tato di tubuhnya lagi!"Pria yang merokok itu lantas berjongkok di depan Elvina. Puntung rokok yang menyala ditekan dengan kuat ke huruf tato di pinggang Elvina.Kulit halusnya terbakar. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Elvina menggigit bibir bawahnya sekuat tenaga supaya tidak menjerit. Tubuhnya gemetaran hebat karena kesakitan.Ketika pria itu menyingk
Peter yang berhasil membunuh dengan satu serangan sontak membuat pria lainnya ketakutan.Peter tidak berniat melepaskan satu pun pria di sini. Dia bergerak dengan gesit di tengah hujan, mengalahkan satu per satu dari mereka.Tanpa perlu banyak gerakan, hanya dengan satu pukulan dan satu tendangan yang kejam. Dalam sekejap, para pria itu tergeletak di tanah."Peter!" Tiba-tiba, terdengar teriakan seseorang yang diikuti dengan suara kokang senjata.Peter langsung menoleh. Dia melihat salah satu pria yang dijatuhkannya tadi sedang mencekik leher Elvina sambil menodongkan pistol ke kepala Elvina. Jarinya sudah berada di pelatuk. Jika Peter bergerak sedikit saja, peluru akan menembus kepala Elvina.Saat melihat Peter berhenti dan menatapnya, pria itu pun tidak berani lengah. Dia menyuruh teman-temannya yang masih bisa berdiri untuk mengambil ponsel yang terjatuh.Ketika kekacauan terjadi tadi, ponsel terjatuh di bawah mobil sehingga tidak basah. Panggilan video masih berlangsung. Hanya saja
Namun, ketika memikirkan bahwa Peter bersumpah setia kepada Elvina, Daphney merasa sangat kesal."Karena kamu menolak untuk setia padaku, hari ini cuma salah satu dari kalian yang bisa hidup!" bentak Daphney. Kemudian, dia memberi isyarat kepada pria di samping Peter.Pria itu segera mengambil sebuah kapsul dari mobil dan menyerahkannya kepada Peter.Begitu mendengar ucapan Daphney, pikiran Elvina yang kacau seketika menjadi jernih kembali. Dia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri sambil memohon kepada Peter agar tidak memakan kapsul itu.Kemudian, Elvina juga berteriak kepada Daphney yang berada di ujung telepon. "Daphney, kalau kamu marah, siksa saja aku! Kamu boleh membuatku cacat, tapi jangan sakiti dia! Lepaskan dia!""Dia memintaku melepaskanmu, kamu memintaku melepaskannya. Terus, aku harus dengar omongan siapa?" tanya Daphney sambil tersenyum sinis. "Kamu yakin ingin mati?"Pria yang menahan Elvina menekan pistol ke pelipisnya dengan semakin kuat. Jantung Peter sontak b
Peter ditemukan oleh Owen. Dia tidak punya keluarga dan menganggap Owen sebagai keluarganya dan kakaknya. Sejak kecil, apa pun yang diperintahkan Owen, Peter tidak pernah membantah.Suatu hari, Peter bertemu dengan seorang gadis. Senyuman gadis itu lebih cerah dari matahari dan lebih manis dari gula.Gadis itu menemaninya bermain game, mengingat makanan favoritnya, membuatnya merasa lebih hidup. Saat itu, Peter baru menyadari dirinya punya darah yang mengalir dan jantung yang berdetak. Dia bukan lagi hanya senjata yang dingin.Peter merasa sangat beruntung karena datang ke Kota Berza, merasa sangat beruntung bisa mengenal gadis itu. Waktu yang dihabiskan bersama gadis itu adalah kenangan terindah dalam hidupnya. Dia sangat mencintai gadis itu dan siap memberikan segalanya untuknya."Aku tahu, aku tahu ...." Elvina menyentuh pipi Peter yang mulai mendingin. Dengan bibir bergetar, dia berucap, "Jangan tinggalkan aku. Kamu janji akan membawaku ke Conervo. Kamu bilang di sana ada laut yang
"Nggak, dia belum mati! Dokter, tolong selamatkan dia!" Elvina menggenggam tangan dokter itu, lalu berlutut, "Usianya baru 20-an tahun. Dia nggak boleh mati, kumohon ....""Maaf, aku nggak bisa membantu." Dokter itu menarik tangannya dari genggaman Elvina.Elvina menatap Peter yang terbaring tak berdaya. Air mata mengaburkan pandangannya. Dia menatap Owen dan memohon, "Kak, tolong bantu aku selamatkan Peter ya?"Owen tidak menjawab. Dia menahan kesedihan yang mendalam, lalu akhirnya menutupi tubuh Peter dengan kain putih.Elvina masih berlutut di tempatnya. Dia menangis sekencang-kencangnya. Dia tidak ingin jenazah Peter dikremasi di tempat ini. Dengan linglung, dia terus mengikuti Owen. Mereka membawa jenazah Peter kembali ke kampung halaman, Kota Berza.Elvina tidak berani masuk ke krematorium. Dia hanya berdiri di luar, menyaksikan Owen dan petugas membawa jenazah Peter masuk. Air matanya sudah kering. Dia tidak bisa menangis lagi.Pria yang selalu menemaninya bermain game, yang sel
Darah?Raiden sontak terpikir akan sesuatu. Tatapannya menjadi suram. Dia bergegas maju dan menggendong Elvina keluar. Elvina pun hanya membiarkan Raiden menggendongnya. Kedua tangannya terkulai lemas. Tatapannya kosong seperti tidak ada kehidupan.Darah yang mengalir dari tubuh Elvina dan mengenai lantai tampak sangat menyilaukan. Mata Daphney terbelalak melihat darah itu. Dia bertanya kepada pelayan di samping, "Darah itu ... keluar dari kaki Elvina?""Ya ...." Pelayan itu sangat terkejut sehingga menjawab dengan ragu. Bahkan sebelum dia menyahut, tubuh Daphney sudah gemetaran. Daphney mendorong pelayan itu, lalu mengejar Raiden.Raiden membawa Elvina ke ruang gawat darurat. Ketika melihat ujung rok Elvina ternodai darah dan wajahnya yang pucat pasi, dokter itu langsung menyadari sesuatu dan memanggil dokter kandungan.Dokter kandungan menyuruh Elvina berbaring, lalu mendorongnya ke ruang operasi. Raiden yang berdiri di luar tidak sengaja menunduk. Dia melihat tangannya berlumuran da
"Elvina diduga terlibat dalam pembunuhan. Sekarang dia adalah buronan," jawab polisi dengan nada tegas."Membunuh?" Dexton tertawa kecil, lalu membuka kancing kerah kemejanya agar lebih lega. "Aku dengar Nyonya Tua Keluarga Tjandra meninggal mendadak. Penyebab kematian mendadak itu bisa bermacam-macam.""Cuma karena Elvina sempat berduaan dengannya, kalian langsung berpikir kematian Nyonya Tua ada kaitannya dengannya? Polisi macam apa kalian ini?"Ketika mendengar sindiran dan ejekan dari Dexton, wajah polisi itu langsung menjadi masam. "Pak, jangan mengganggu kami menjalankan tugas!"Kemudian, polisi itu memberi isyarat kepada rekannya yang berdiri di samping. Rekannya langsung meraih borgol dari pinggangnya.Pria berpakaian jas yang berdiri di samping Dexton segera maju untuk melindunginya. Dengan senyuman ramah dan sopan, dia berkata, "Pak Dexton cuma mengajukan pertanyaan. Jangan langsung menangkap orang begitu saja. Ini nggak benar. Selain itu ...."Pria itu menunjuk ke atas korid
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S