"Nggak, dia belum mati! Dokter, tolong selamatkan dia!" Elvina menggenggam tangan dokter itu, lalu berlutut, "Usianya baru 20-an tahun. Dia nggak boleh mati, kumohon ....""Maaf, aku nggak bisa membantu." Dokter itu menarik tangannya dari genggaman Elvina.Elvina menatap Peter yang terbaring tak berdaya. Air mata mengaburkan pandangannya. Dia menatap Owen dan memohon, "Kak, tolong bantu aku selamatkan Peter ya?"Owen tidak menjawab. Dia menahan kesedihan yang mendalam, lalu akhirnya menutupi tubuh Peter dengan kain putih.Elvina masih berlutut di tempatnya. Dia menangis sekencang-kencangnya. Dia tidak ingin jenazah Peter dikremasi di tempat ini. Dengan linglung, dia terus mengikuti Owen. Mereka membawa jenazah Peter kembali ke kampung halaman, Kota Berza.Elvina tidak berani masuk ke krematorium. Dia hanya berdiri di luar, menyaksikan Owen dan petugas membawa jenazah Peter masuk. Air matanya sudah kering. Dia tidak bisa menangis lagi.Pria yang selalu menemaninya bermain game, yang sel
Darah?Raiden sontak terpikir akan sesuatu. Tatapannya menjadi suram. Dia bergegas maju dan menggendong Elvina keluar. Elvina pun hanya membiarkan Raiden menggendongnya. Kedua tangannya terkulai lemas. Tatapannya kosong seperti tidak ada kehidupan.Darah yang mengalir dari tubuh Elvina dan mengenai lantai tampak sangat menyilaukan. Mata Daphney terbelalak melihat darah itu. Dia bertanya kepada pelayan di samping, "Darah itu ... keluar dari kaki Elvina?""Ya ...." Pelayan itu sangat terkejut sehingga menjawab dengan ragu. Bahkan sebelum dia menyahut, tubuh Daphney sudah gemetaran. Daphney mendorong pelayan itu, lalu mengejar Raiden.Raiden membawa Elvina ke ruang gawat darurat. Ketika melihat ujung rok Elvina ternodai darah dan wajahnya yang pucat pasi, dokter itu langsung menyadari sesuatu dan memanggil dokter kandungan.Dokter kandungan menyuruh Elvina berbaring, lalu mendorongnya ke ruang operasi. Raiden yang berdiri di luar tidak sengaja menunduk. Dia melihat tangannya berlumuran da
"Elvina diduga terlibat dalam pembunuhan. Sekarang dia adalah buronan," jawab polisi dengan nada tegas."Membunuh?" Dexton tertawa kecil, lalu membuka kancing kerah kemejanya agar lebih lega. "Aku dengar Nyonya Tua Keluarga Tjandra meninggal mendadak. Penyebab kematian mendadak itu bisa bermacam-macam.""Cuma karena Elvina sempat berduaan dengannya, kalian langsung berpikir kematian Nyonya Tua ada kaitannya dengannya? Polisi macam apa kalian ini?"Ketika mendengar sindiran dan ejekan dari Dexton, wajah polisi itu langsung menjadi masam. "Pak, jangan mengganggu kami menjalankan tugas!"Kemudian, polisi itu memberi isyarat kepada rekannya yang berdiri di samping. Rekannya langsung meraih borgol dari pinggangnya.Pria berpakaian jas yang berdiri di samping Dexton segera maju untuk melindunginya. Dengan senyuman ramah dan sopan, dia berkata, "Pak Dexton cuma mengajukan pertanyaan. Jangan langsung menangkap orang begitu saja. Ini nggak benar. Selain itu ...."Pria itu menunjuk ke atas korid
Mungkin karena Daphney menarik lengannya terlalu kuat, Raiden yang terus menatap pintu ruang operasi akhirnya menunduk sedikit dan menatap Daphney. Tatapannya dalam sekaligus dingin, membuat Daphney ketakutan.Raiden segera mengalihkan pandangannya kepada para polisi. "Aku sudah memberi tahu polisi, aku yang akan urus masalah ini. Kalian dapat informasi dari mana kalau dia kembali ke Kota Berza?""Ya, ya ...." Polisi merasa tertekan setelah ditatap Raiden. Meskipun begitu, dia tetap memberanikan diri untuk menyahut, "Sebelumnya, Elvina pernah menjadi buronan negara. Setelah dia kembali ke Kota Berza, ada warga yang melihatnya dan menelepon kami. Makanya, kami kemari ....""Siapa? Berikan nomor teleponnya kepadaku.""Pak Raiden, Elvina diduga membunuh. Sudah seharusnya kami menangkapnya. Apa kamu ingin melindunginya?" tanya polisi.Raiden menyipitkan mata. Nada bicaranya semakin dingin. "Dia nggak bisa bicara. Kalian juga sudah memeriksa ponselnya yang tertinggal di lokasi. Apa ada bukt
Ketika mendengar ucapan Dexton, alis Raiden terangkat. "Memang benar pernikahan kami palsu, tapi itu urusanku dengan Elvina. Kamu nggak berhak ikut campur.""Aku yang membesarkannya! Aku tentu harus ikut campur!" Tatapan Dexton terlihat tegas. Dia tahu dia tidak bisa melawan Keluarga Tjandra ataupun Raiden. Namun, dia sudah pernah membuat kesalahan sekali dan tidak ingin menyesal lagi.Sekalipun harus mempertaruhkan nyawanya, Dexton akan melindungi Elvina dengan sebaik mungkin. Dia mungkin tidak bisa menggoyahkan Raiden, tetapi dia tahu ada banyak orang yang ingin menjatuhkan Raiden. Asalkan bisa menjatuhkan Raiden, Dexton bersedia bekerja sama dengan siapa saja!Raiden seperti bisa melihat sesuatu dari tatapan Dexton. Seketika, dadanya terasa sesak hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dia sungguh gusar.Raiden mencengkeram pergelangan tangan Dexton lagi dan meremukkannya. Setelah itu, dia mengempaskan Dexton sekuat tenaga.Dexton terhuyung mundur beberapa langkah. Dia berusaha untuk
Raiden seolah-olah mati rasa untuk sejenak. Dia mencengkeram kaleng bir di tangannya, lalu berucap dengan suara serak, "Gunakan obat terbaik untuk merawatnya."Keanu mendengus. "Kerusakan tubuh yang diakibatkan oleh keguguran nggak bisa disembuhkan begitu saja. Mau sehebat apa pun obat itu, nggak ada gunanya. Kamu seharusnya bersyukur karena dia cuma menjalani operasi kecil dan nggak mengalami pendarahan hebat. Kamu juga tahu seperti apa kesehatannya. Kalau nggak, dewa sekalipun nggak bisa menolongnya.""Eh, sebenarnya kamu ini gimana sih?" Keanu benar-benar bingung. "Kamu jelas-jelas cuma perlu mengambil dua kantong darah dari Elvina. Kenapa malah membuat semuanya jadi rumit begini?"Keanu meneguk birnya dua kali, lalu tiba-tiba terpikir akan sesuatu. Dia menyunggingkan senyuman sinis. "Apa karena Daphney mengkhianatimu dulu dan kamu dendam padanya? Makanya, kamu menikahi Elvina untuk balas dendam? Di satu sisi kamu ingin balas dendam, di sisi lain kamu nggak bisa melepaskannya. Benar
Entah berapa lama Elvina tertidur. Saat terbangun, dia mendapati dirinya sudah berada di bangsal dan mengenakan pakaian pasien.Sinar matahari masuk melalui jendela, memberikan sedikit kehangatan pada bangsal.Elvina berusaha untuk bangkit. Ketika dia mengambil teko di meja untuk menuangkan segelas air untuk diri sendiri, pintu bangsalnya tiba-tiba terbuka.Yang masuk adalah Owen. Dia terkejut sesaat melihat Elvina sudah bangun. Dia segera mendekat dan menuangkan air untuknya."Nggak perlu. Setelah tidur, aku merasa lebih bugar," tolak Elvina sambil tersenyum. Dia mengambil teko dan menuangkan air hangat untuk diri sendiri, lalu meminumnya dengan perlahan.Owen mengamati wajah Elvina. Dia melihat wajah Elvina sudah jauh lebih cerah. Matanya tampak lebih jernih seperti sudah bisa menerima kenyataan.Owen merasa lega melihat Elvina yang seperti ini. Hari setelah mengkremasi Peter, dia mencari Raiden dan baru tahu bahwa Elvina mengalami keguguran karena stres berat. Dia khawatir kematian
Owen terdiam sejenak. Pada akhirnya, dia tidak menolak permintaan Elvina. "Baiklah."Elvina tersenyum tipis. "Terima kasih, Kak."Setelah Elvina menghabiskan semangkuk bubur ayam, Owen memanggil Keanu ke bangsal.Keanu agak terkejut melihat Elvina yang emosinya terlihat cukup stabil. Setelah memeriksa, dia mengatakan tidak ada masalah. "Kamu sudah boleh pulang besok kalau mau.""Kalau begitu, besok saja. Aku nggak suka bau rumah sakit," sahut Elvina. Kemudian, dia meminta Owen untuk mengurus prosedur keluar rumah sakit jika ada waktu.Tidak lama kemudian, Owen pergi. Sebelum keluar dari rumah sakit, Owen menelepon Raiden untuk melaporkan keadaan Elvina dan keinginannya untuk keluar dari rumah sakit.Setelah hening sesaat, Raiden berkata, "Besok pagi aku akan ke rumah sakit untuk mengantarnya pulang."....Keesokan hari, Elvina bangun pagi dengan penuh semangat. Dia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, lalu mengganti pakaian baru yang dikirimkan oleh bawahan Owen semalam. Kemudi
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S