Di tengah hujan deras, dua mobil polisi melaju kencang menuju kantor polisi di Kota Berza. Di kursi belakang salah satu mobil, Elvina duduk dengan tangan diborgol, dijaga ketat oleh dua orang polisi di kedua sisinya.Sambil menundukkan kepala, Elvina melihat tangannya yang masih gemetar dan belum bisa sepenuhnya sadar dari keterkejutannya.Apa penyebab kematian Pamela sebenarnya?Sejak dia menemukan Pamela meninggal hingga hendak keluar untuk memanggil pelayan, semua itu terjadi hanya dalam waktu sepuluh menit. Polisi dan tim medis bukan tinggal di dekat rumah Keluarga Tjandra, jadi mengapa mereka datang secepat itu?Mengulang pertemuannya dengan Daphney saat akan meninggalkan ruang kerja, semua ekspresi di wajah wanita itu tampak dibuat-buat .... Sebuah pikiran yang mengerikan menyelinap di benaknya, membuat bulu kuduknya meremang.Di tengah lamunannya, mobil tiba-tiba terguncang keras dan berputar di jalanan yang dipenuhi genangan air hujan. Karena tidak mengenakan sabuk pengaman, tu
Peter mengangguk, lalu membawa Elvina ke dalam mobil. Mobil itu melaju cepat keluar dari terowongan.Sementara itu, Dexton naik ke mobilnya sendiri, memutar balik arah dan menabrak mobil polisi yang mengejar dari belakang ....Baru saja mobil Peter melaju, teleponnya berdering. Panggilan itu dari Owen. "Peter! Bukannya aku sudah menyuruhmu tetap di Ukran?!" Owen langsung memarahinya begitu panggilan tersambung. "Kamu malah diam-diam pulang dan bawa Elvina pergi. Kamu sudah gila, ya?!""Aku nggak gila. Yang gila itu seharusnya kamu, Kak," jawab Peter dingin. "Kamu memang kerja untuk Pak Raiden, tapi kamu juga manusia. Elvina juga manusia. Melakukan hal seperti ini, mempermainkan seseorang sesuka hati, apa kalian nggak merasa kejam?""Peter!" Kemarahan Owen tidak bisa ditahan. "Kamu nggak punya hak ikut campur urusan Elvina dan Pak Raiden. Cepat bawa dia kembali!""Kak, ini terakhir kalinya aku memanggilmu begitu. Terima kasih." Peter memutus panggilan itu dan melemparkan ponselnya kelua
Peter meminum setengah botol air mineral, lalu menatap Elvina dengan dalam. Tatapan matanya redup dan penuh kerumitan. "Elvina, kenapa kamu mau menikah sama Raiden?"Elvina tertegun sesaat. Tak lama kemudian, dia menundukkan kepala dan mengetik penjelasan di ponselnya dengan terus terang.[ Raiden bilang dia mau bantu aku merebut kembali Grup Libertix dari Dexton dalam waktu enam bulan. Aku menikah sama dia untuk membantunya menghadapi Pamela. ]"Benar dugaanku ...." Peter tertawa getir, lalu melanjutkan pertanyaannya, "Kenapa Keanu mengambil darahmu? Dia pernah kasih tahu kamu alasannya?"Elvina mengangguk.[ Dia bilang ada pasien yang punya golongan darah sama denganku. Karena kondisinya parah, dia ingin menyimpan darahku untuk berjaga-jaga kalau pasien itu kehilangan banyak darah saat operasi. ]"Elvina ...." Suara Peter bergetar, sulit untuk mengungkapkan kebenaran yang begitu kejam, "Kamu sudah ditipu."Elvina menatapnya dengan tatapan kosong, matanya penuh kebingungan, seperti ti
Peter meneguk setengah botol air mineral, lalu menatap Elvina dengan dalam. Tatapan matanya redup, menyiratkan kerumitan yang sulit dijelaskan. "Elvina, kamu mau ikut aku ke Conervo? Di sana udaranya hangat sepanjang tahun dan ada laut yang indah. Kamu pasti akan menyukainya."Elvina mengangguk. Selama bukan di sini, ke mana pun dia tidak peduli.Melihat Elvina yang tampak murung, Peter membuka sekantong camilan dan memberikannya. "Makanlah sedikit. Kalau nggak makan, nanti kamu nggak punya tenaga untuk jalan.Setelah itu, Peter memeriksa kamar penginapan dengan teliti. Dari kamar mandi dan bawah dekoder televisi, dia menemukan dua kamera tersembunyi dan langsung menghancurkannya."Elvina, apa kamu mau mandi dulu?" tanyanya lagi.Saat mereka meninggalkan Kota Berza, hujan deras mengguyur tubuh dan rambut Elvina. Sampai sekarang, dia masih belum membersihkan diri. Namun, Elvina tetap diam sambil memeluk lutut dan duduk meringkuk di kursi, seakan tidak mendengarnya.Peter merasa ada yang
Setelah mendengar kata-kata dokter, napas Peter menegang. "Apa masih bisa disembuhkan?""Nggak bisa. Kerusakan ini nggak bisa dipulihkan," jawab dokter sambil menggelengkan kepala saat memberikan hasil yang menyakitkan. "Kemungkinan besar, telinga kiri dia nggak akan pernah bisa mendengar lagi seumur hidupnya."Kerusakan permanen. Itu menunjukkan betapa kerasnya Daphney menampar Elvina.Keluar dari rumah sakit swasta, Peter membawa Elvina makan siang di tempat sederhana, kemudian kembali ke penginapan yang mereka tinggali sejak dini hari tadi.Peter mempersiapkan dokumen palsu sambil berkata, "Aku mau keluar untuk beli tiket kapal dan tangani beberapa urusan. Mungkin aku baru pulang tengah malam. Elvina, tetaplah di kamar ini. Kalau kamu mau nonton TV atau butuh sesuatu, telepon saja ke resepsionis. Tempat ini aman."Peter punya kemampuan anti-pelacakan yang luar biasa dan ahli dalam menyusun jebakan. Jika dia mau, bahkan agen keamanan nasional pun sulit menemukannya. Karena itulah, di
Elvina berdiri terpaku, tidak menyangka Peter mengambil risiko besar pergi ke Hondria hanya untuk membunuh ayah Daphney demi membalas dendam untuknya. Apa yang telah dia lakukan dalam hidup ini?Apa layaknya dia menerima perlindungan begitu besar dari seorang pria yang rela berseteru dengan kakaknya sendiri demi dirinya?Air mata Elvina perlahan memenuhi pelupuk matanya. Dia mengangkat ponsel, berniat mengetik sesuatu, tetapi tidak tahu harus mengetik apa. Jemarinya hanya menekan sembarang huruf hingga memenuhi layar dengan "wwww".Pete yang awalnya ingin menyeka air matanya, mengangkat tangannya tetapi akhirnya menurunkannya lagi. "Dulu aku gagal melindungimu. Aku membiarkanmu terluka beberapa kali. Tapi itu nggak akan terjadi lagi.""Sekarang, meskipun Raiden masih memanjakan Daphney, selama dia berani menyentuhmu, aku nggak akan tinggal diam. Sudahlah, Elvina. Ini sudah larut malam. Tidurlah. Lusa pagi kita akan naik kapal dan meninggalkan tempat ini."Elvina mengangguk pelan. Setel
Peter mendekat, lalu tangannya bergerak di atas laptop dan menampilkan beberapa gambar di layar. Gambar-gambar itu sangat jelas, tetapi Elvina sama sekali tidak mengenali orang-orang di dalamnya.Hanya satu orang yang menarik perhatiannya ... seorang wanita paruh baya yang hanya terlihat setengah dari sisi tubuhnya dan tampak sedang berbicara dengan seorang wanita muda di depannya."Ini ... Bi Maya, bukan?" Peter menunjuk wanita paruh baya dalam gambar itu. "Waktu aku periksa rekaman pengawasan, aku menemukan sopir Clarissa sempat berinteraksi dengan wanita muda di hadapan Bi Maya ....""Elvina, selama ini Bi Maya pernah melakukan sesuatu padamu di rumah?" Setelah jeda singkat, Peter menambahkan, "Misalnya, kamu merasa ada yang aneh pada tubuhmu atau mungkin ponsel dan komputermu pernah dia utak-atik?"Elvina mengira dirinya sudah cukup menderita setelah mengetahui bahwa dia hanyalah alat di mata Raiden. Namun, apa yang diperlihatkan Peter kali ini membuatnya jauh lebih sakit. Dengan t
Elvina berpikir sejenak, lalu mengetik di ponselnya.[ Bi Maya nggak pernah menyentuh ponsel atau komputerkku. Tapi tenggorokanku .... ][ Setelah Bi Maya kembali dari Kota Feina untuk menjenguk cucunya, beberapa hari kemudian tenggorokanku mulai terasa nyeri. Awalnya, aku kira suara serak ini karena pria itu mencekik leherku terlalu keras. ][ Tapi saat aku memeriksakan diri ke rumah sakit, dokter bilang kerusakannya ringan dan bisa sembuh perlahan. Tapi sampai aku kembali ke Kota Berza, tenggorokanku tetap nggak membaik. ]"Maya pasti melakukan sesuatu pada makananmu, sehingga merusak suaramu," Peter menjelaskan dengan tegas. "Tapi tenang saja, kamu nggak akan makan masakannya lagi. Setelah kita tiba di Negara Yulandi, aku akan membawamu ke dokter untuk memeriksanya lagi. ]Elvina menatapnya lama, begitu lama hingga membuat Peter tanpa sadar menyentuh wajahnya. "Elvina, apa ada sesuatu di wajahku?" tanyanya heran. Elvina menggeleng dan mengetik di ponselnya.[ Peter, terima kasih. ]
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S