Ella dan Ryan duduk di kursi taman rumah sakit. Suasananya tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Keheningan melanda mereka sampai akhirnya Ryan berdehem untuk menghilangkan kecanggungan sebelum memulai pembicaraan."Ella, kamu tahu siapa aku?" tanya Ryan."Tahu, kamu Ryan," jawab Ella.Ryan menepuk jidatnya sekaligus tertawa kecil mendengar jawaban Ella."Maksud aku bukan itu. Kamu lucu. maksudku kamu tahu tidak aku ini siapa?" tanya Ryan di sela-sela tawanya."Tidak," sahut Ella.Setelah tawanya reda, raut wajah Ryan berubah serius. "Perkenalkan, aku suami Helena Lei Sant mantan Ares," tutur Ryan.Refleks Ella menoleh dan menatap Ryan intens. Tak pernah terbayangkan di benak Ella jika pria itu adalah suami Helena. Wajah Helena saja Ella tidak tahu apalagi suaminya."Ada urusan apa?" Ella mengajukan tanya dengan raut wajah tak seramah sebelumnya."Aku hanya ingin bertemu suamimu. Begini, aku tidak punya nomor ponselnya dan aku masih ragu jika harus datang ke tempat tinggal Ares.
Adi didiagnosis menderita hepatitis alkoholik yang kondisinya sudah cukup parah. Hatinya telah berhenti berfungsi dan membutuhkan transplantasi hati segera. Tentunya kabar tersebut mengejutkan semua orang.Ares bersedia mencarikan hati untuk Adi. Namun stok organ hati di kota Kaleya dan sekitarnya sedang kosong. Ares sudah mengarahkan anak buahnya untuk mencari stok organ hati di negeri ini namun belum ada yang menemukannya. Sedangkan kondisi Adi kian memburuk."Ayah…" panggil Lia lirih dari balik lingkaran kaca di pintu ruangan ayahnya."Sudah jangan bersedih Kak, percaya saja bahwa ayah akan sembuh. Ayo kita makan siang dulu, aku tau kakak belum makan," ujar Ella.Lia menurut, dia mengikuti langkah kaki Ella menuju lift. Namun, Lia bingung ketika melihat Ella menekan tombol ke lantai 4 bukan di lantai dasar."Kenapa di lantai 4?" Lia mengajukan tanya."Aku ingin menemui seseorang terlebih dahulu," jawab Ella."Kalau Kak Ella ingin turun ke bawah langsung silahkan," sambung Ella.Lia
Hari terus berganti, keadaan Adi kian memburuk dan diperkirakan organ hati untuk Adi akan datang besok. Sementara itu, detak jantung Adi melemah. Garis di elektrokardiogram nyaris lurus.Ella dan Lia setia menemani Adi walaupun Adi belum pernah membuka mata sejak terbaring lemah di rumah sakit. Sama seperti hari-hari sebelumnya, semua orang terus berdoa dan berharap bahwa Adi akan sembuh. Tidak pernah terlintas pikiran akan terjadi sesuatu yang buruk.Namun takdir tetaplah takdir. Pada pukul 10.17 Adi menghembuskan nafas terakhirnya dengan Ella dan Lia yang setia disampingnya. Garis di elektrokardiogram benar-benar lurus diiringi suara khasnya yang menandakan bahwa jantung tak lagi berdetak.Bukan tangis, Ella dan Lia justru terdiam seribu bahasa. Dunia seolah sunyi dan hanya terdengar bunyi khas elektrokardiogram. Keadaan itu terjadi selama beberapa detik sebelum mereka tersadar dan bergegas memencet tombol darurat.Tiga menit kemudian, seorang dokter dan dua suster datang ke ruangan
Mendung datang saat pemakaman selesai dilaksanakan. Para pelayat mulai pulang meninggalkan keluarga jenazah yang masih ingin melihat tempat peristirahatan terakhir anggota keluarga yang berpulang.Ella, Ares, Rayhan dan Livia juga masih berada di tempat pemakaman."Kalian siapa?" Samantha yang sedari tadi memperhatikan orang-orang yang tidak dikenalnya itu bertanya.Ares nampaknya paham akan apa yang selama ini terjadi. Ella tidak diakui keluarganya. Terlihat dari gelagat Ella dan yang lainnya yang tampak gelisah.Setelah terjeda beberapa detik, Ares menjawab, "saya bosnya Adi.""Oh begitu, maaf saya tidak tahu," sahut Samantha."Tidak apa-apa, kalau begitu kami pamit dulu," ucap Ares yang lalu merangkul pinggang Ella dan pergi dari sana.Semua percakapan tadi menimbulkan perasaan tidak enak pada Saras, Angel dan juga Lia. Entah kenapa mereka merasa tidak suka dan menyesal atas perkataan Ares. Mungkinkah hati Saras dan Angel mulai terbuka?•••Keluarganya Adi baru pulang saat hujan da
Ella mengunjungi rumah keluarganya keesokannya untuk menjenguk sekalian menawarkan Lia untuk homeschooling. Ella kesana diantar sopir menggunakan mobil pribadi miliknya yang diberi Ares.Saat Ella tiba di sana, ia melihat mobil milik kakek-neneknya masih ada disana yang menandakan mereka masih belum pulang. Ella sebenarnya ragu untuk melanjutkan niatnya, namun ia akhirnya memilih tetap melanjutkan."Selamat pagi," sapa Ella ketika memasuki rumah.Ruang tamu terlihat sepi, mungkin mereka semua sedang melakukan aktivitas masing-masing. Ella kemudian memencet bel di samping pintu rumah yang suaranya menggema ke penjuru rumah."Iya siapa?" Suara Saras terdengar."Ella?" ucap Saras terkejut."Iya Bu, aku kesini mau menemui Kak Lia.""Masuk dulu," ucap Saras ketus.Ella pun masuk dan duduk di ruang tamu."Main duduk aja, bawa apa kamu ke sini?" ucap Saras."Eh iya aku lupa, sebentar aku bilang ke sopir dulu." Ella beranjak dari duduknya dan berjalan keluar rumah."Pak Raya, tolong kantong-k
Dua Minggu setelahnya, Ella menjenguk Jasmine di rumah sakit. Karena hari ini adalah jadwal Jasmine untuk kemoterapi.Untuk kali ini, biaya kemoterapi Jasmine dibayar oleh Ella atas kemauan Ella sendiri. Bahkan Ella juga sudah deposit ke rumah sakit untuk biaya beberapa kemoterapi selanjutnya.Namun, Ella mampir ke toko bunga tempat Ella pernah bekerja dulu untuk membeli setangkai bunga mawar. Ella sengaja menyuruh Pak Raya untuk parkir mobil di tempat yang agak jauh dari toko bunga.Lalu Ella turun dari mobil dan berjalan dengan anggun menuju toko bunga. Ella memakai pakaian yang tidak terlalu mencolok, yaitu sebuah kemeja polos berwarna putih dan celana casual berwarna hitam. Rambutnya digerai dan ia hanya menggenggam sebuah dompet di tangannya."Halo Winda, aku ingin membeli setangkai bunga mawar," ucap Ella kepada pemilik toko bunga.Wanita yang berumur sekitar empat puluh tahun itu membelalakkan matanya kaget melihat Ella dengan penampilan yang jauh berbeda dari yang dulu."Ella?
Ares hanya mampu terdiam selama Ella menjelaskan semuanya. Bahkan Ella selesai bercerita pun Ares hanya terdiam. Ella tahu bahwa Ares sangat terkejut mengetahui kebenaran ini dan akhirnya Ella menunduk dan mereka sama-sama terdiam."Pantas saja warna matamu beda dari yang lain," celetuk Ares.Ella mendongak dan tatapan mereka bertemu. "Kamu masih marah?" tanya Ella pelan.Ares menggeleng kemudian tersenyum. "Maafkan aku tadi," ucapnya seraya memeluk Ella."Iya tidak apa-apa," sahut Ella.•••Angel kelimpungan karena ulah ibunya. Saras mengunci dirinya di kamar setelah berdebat dengan Angel. Sudah puluhan kali Angel mengetuk pintu kamar dan memanggil ibunya namun Saras tetap diam tidak menanggapi."Ah bagaimana ini?" Angel frustasi."Lebih baik aku datang ke tempatnya Ella saja." Angel mengangguk yakin.Maka, Angel pun pergi ke mansion Ares menggunakan taksi online. Di perjalanan, Angel sibuk tertawa bahagia membayangkan dirinya akan masuk universitas terbaik di negara ini.Sopir taksi
Ella tak mengadu tentang kedatangan Angel kemarin yang membuat keributan. Ella tidak suka mengadukan kelakuan buruk keluarganya karena menurutnya itu tidak ada manfaatnya.Lebih baik Ella kembali fokus dengan kesehariannya dan menganggap hal yang terjadi kemarin itu tidak pernah terjadi.Kabar baiknya hari ini Ella resmi menjadi siswa homeschooling. Ella akan mulai sekolah tepat pada hari sekolah umum dibuka kembali. Dan Ella saat ini kelas sebelas SMA.Hari ini Ella terpikirkan untuk memasuki ruangan yang pernah diberikan Ares untuknya. Ruangan yang bisa didatangi Ella disaat ia sedih, marah, kecewa dan tertekan.Ella pun berjalan sendirian menuju ruangan itu dengan sebuah kartu yang ada di genggamannya. Sebuah kartu berwarna emas dengan sebuah tulisan 'For Ella' yang tertera di kedua sisi kartu tersebut. Ella tersenyum melihatnya. Saat sampai di depan pintu ruangan tersebut, Ella lalu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan.Ruangan tersebut masih sama seperti saat Ella pertama kal
Pesta ulang tahun Clara berantakan. Vania memutar video penggeledahan kamar Bram di hadapan semua orang yang hadir di pesta ulang tahun."Cepat katakan, siapa yang menyuruhmu?!" bentak Vania kepada Bram.Clara memandang Bram tajam seakan mengisyaratkan untuk tidak membocorkan kejadian sebenarnya."Tidak ada," jawab Bram pelan."Tidak mungkin! Kau tidak akan seberani ini jika tidak ada yang menyuruh dan melindungimu," teriak Vania. "Jika kamu tidak mau mengaku, maka aku akan menelepon polisi dan kau akan dipenjara!"Perlahan, Bram mengangkat jari telunjuknya. Suasana semakin tidak karuan ketika Bram menunjukkan jarinya tepat ke arah Clara."Tidak! Jangan percaya padanya! Dia bohong," teriak Clara dengan tubuh gemetar."Aku ada buktinya, tapi tolong jangan penjarakan aku."Suasana tegang itu sedikit teralihkan ketika Ella bangun dari pingsannya."Aku dimana? Aku kenapa?" Ella bermonolog.Vania pun segera memberikan segelas air putih kepada Ella. Setelah Ella meneguk air putih tersebut,
Ini adalah pertama kalinya Ella membuka masker di kelas karena presentasi. Semua mahasiswa kaget ketika melihat wajah Ella. Kini siapa yang tak kenal Ella istri Tuan Ares Roy Mason? Tentu semua orang mengenalnya.Selesai jam pelajaran, para mahasiswa menghampiri Ella. Banyak yang meminta foto kepada Ella."Saya mau pulang, sopir saya sudah menunggu," ucap Ella ketika teman-teman sekelasnya menghalangi Ella untuk pulang."Kau boleh pulang jika kau sudah menandatangani bukuku," ucap seorang mahasiswa.Ella menghela nafas lelah dan memilih menuruti teman-teman sekelasnya. Tanpa mereka ketahui, ada beberapa wanita yang memandang Ella sengit. Mereka adalah sebuah geng yang populer yaitu geng beautiful devil. Geng tersebut adalah sebuah geng berisi anak para pengusaha terkenal.Clara, ketua geng itu adalah anak pengusaha pelayanan jasa transportasi. Dan dua antek-antek Clara yaitu Megan dan Zerlin. Dengan dagu terangkat, Clara menerobos kerumunan menghampiri Ella. Para mahasiswa pun menyin
"Hahahahaha." Suara tawa memenuhi kebun belakang mansion Ares.Randy memanjat pohon mangga dan ditertawakan oleh semua orang. Ini semua Randy lakukan demi Rahma."Korban ngidam, hahahaha," ejek Shaka."Awas kamu Shaka!" ucap Randy kesal.Shaka memfoto Randy dengan ponselnya berkali-kali."Lumayan, dapat aib," ucap Shaka dalam hati.Setelah mendapat sepuluh mangga, Randy pun turun perlahan dari pohon. Di bawah pohon sudah terdapat Rahma yang menangkap mangga hasil memanjat Randy."Aziel mau, Tante." Aziel menengadahkan tangannya di hadapan Rahma."Ini." Rahma pun memberikan dua buah mangga kepada Aziel.Aziel pun bersorak bahagia dan segera menghampiri Ella yang baru saja pulang kuliah."Bunda, aku dapat buah!""Sini Bunda kupasin!""Saya saja yang kupasin agar sekalian," ucap Rahma menyela."Baiklah."•••Lagi dan lagi, Bernard menarik nafas lelah ketika melihat Lia terus saja diam. Mood gadis itu telah rusak gara-gara kejadian tak mengenakkan di pantai tadi. Bernard sudah berusaha me
Hari ini adalah hari pertama Ella kuliah. Ella sudah menyiapkan segala keperluan kuliahnya sejak subuh. Ares sampai geleng-geleng kepala melihat antusiasme Ella.Sebuah gaun berwarna putih dengan panjang dibawah lutut dengan blazer berwarna coklat tersemat di tubuh Ella. Rambutnya ia ikat menggunakan scrunchie. Ia juga memakai kacamata dan masker agar ia nanti tak menjadi pusat perhatian. Mengingat dirinya sudah dikenal sebagai istri seorang Ares Roy Mason."Bagaimana penampilanku, Ares?" Ella berputar-putar untuk meminta pendapat Ares."Always cantik."Ella tersenyum senang dengan pipi merona. Sejak dulu hingga kini, ia selalu baper setiap Ares memujinya."Sudah siap 'kan? Ayo aku antar," ucap Ares."Iya, ini sudah siap."•••"Huwek huwek." Rahma muntah-muntah di kamar mandi."Kenapa, sayang?" Randy bertanya."Tidak tahu, aku dari tadi mual," jawab Rahma.Raut wajah Randy tiba-tiba berubah menjadi senang. "Jangan-jangan kamu hamil?""Bisa jadi.""Aku beliin test pack, ya?" tawar Rand
Ella resmi diterima di Kaleya University. Ia mengambil jurusan manajemen bisnis. Mengetahui kabar bahagia itu, Ella pun menangis terharu seraya memeluk Ares."Akhirnya aku keterima, Ares," ucap Ella bahagia."Iya, sayang," ucap Ares lembut. "Bagaimana kalau kita rayain ini?""Mau, tapi aku boleh request perayaannya?""Boleh, dong, sayang.""Kita bagi-bagi sembako gratis dan uang untuk orang-orang fakir miskin. Boleh?"Hati Ares terenyuh melihat ketulusan di mata Ella ketika mengungkapkan permohonannya."Untuk yang kesekian kalinya, aku dibuat jatuh cinta sedalam-dalamnya kepadamu, Ella," celetuk Ares. "Hatimu itu terbuat dari apa?"Ella tersenyum. "Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain.""Iya, boleh. Sekarang siap-siap dulu, yuk."•••Setelah menginap beberapa hari di hotel, Randy dan Rahma pulang ke rumah Randy yang baru. Rumah itu terletak tak jauh dari mansion Ares. Rumah itu adalah pemberian Ares sebagai kado pernikahan untuk Rahma dan Randy.Kini, Randy tetap beke
Acara pernikahan Rahma dan Randy digelar di hotel milik Ares. Setelah mengucap janji suci, pesta pernikahan pun digelar. Semua orang sibuk berdansa mengikuti alunan lagu.Tokoh utama acara ini, Randy dan Rahma berdansa di atas panggung sementara para tamu berdansa di bawah panggung."Kamu cantik," bisik Randy.Pipi Rahma bersemu merah. Ia pun menunduk karena malu dan salah tingkah."Angkat kepalamu, manis." Randy mengangkat dagu Rahma agar wanita itu mendongak."Randy, jangan terus menggombal," ucap Rahma."Hahahaha. Aku suka wajahmu yang memerah karena malu," sahut Randy."Ehem, panas banget hawanya," celetuk Shaka sambil melirik-lirik ke arah Randy dan Rahma."Kalau mau dingin ke kutub utara sana!" sahut seorang bodyguard."Males, tidak ada wanita di kutub utara," ujar Shaka."Dasar, pikirannya hanya tentang wanita saja," ucap Randy geleng-geleng kepala.•••Lia dan Bernard pergi ke kamar mandi untuk membenahi make up Lia yang luntur karena keringat. Berdansa selama beberapa puluh m
1 tahun kemudian. Hari ini Randy telah melaksanakan wisuda ditemani oleh kedua orangtuanya.CekrekSeorang fotografer memotret Randy dan kedua orangtuanya. Ini adalah momen yang sangat mengharukan bagi Randy. Cita-citanya dari dulu kini tercapai."Ibu bangga sama kamu, Nak," ucap Ibu Randy seraya menangis.Sebuah mobil datang menjemput Randy. Mereka pun menaiki mobil untuk kembali ke mansion Ares.•••Kepulangan Randy disambut baik oleh semua orang di mansion Ares. Mereka semua telah lama menantikan kepulangan Randy, tak terkecuali seorang wanita muda yang telah lama mengharapkan kepulangan Randy, yaitu Rahma."Wih, ganteng juga pake baju toga," puji Shaka.Memang saat ini Randy masih memakai baju toganya."Iya, dong," sombong Randy."Jangan dipuji, nanti besar kepala," ucap salah satu bodyguard.Randy melirik sinis bodyguard itu. "Kepalaku emang besar!"Tak sengaja, Randy melihat Rahma yang bersembunyi di balik tembok. Dengan bahasa isyarat, Rahma mengatakan, "Temui aku di taman.""E
8 bulan kemudian, kandungan Livia sudah memasuki usia 9 bulan 5 hari. Perutnya sudah sangat besar. Ia jadi kesulitan bergerak bebas.Ia jadi lebih sering melakukan aktivitas dengan didampingi Rayhan. Seperti saat ini, Livia harus didampingi Rayhan untuk berjalan kesana kemari melakukan aktifitas sehari-hari. Mulai dari makan, mandi, berganti pakaian, berolahraga, dan lain-lain.Saat ini Livia sedang dipijat Rayhan setelah mandi."Bahuku pegal sekali, Rayhan. Tolong pijat bagian itu," ucap Livia.Rayhan pun menuruti Livia tanpa mengucap sepatah katapun. Tiba-tiba, Livia mengaduh kesakitan. Livia memegangi perutnya yang terasa mengeras."To-long, Rayhan…" lirih Livia.Rasa tidak nyaman menjalar ke seluruh bagian perut Livia. Dengan rasa panik, Rayhan menggendong Livia."Siapkan mobil cepat," teriak Rayhan seraya menuruni tangga."Kamu ikut, jaga Livia," ucap Rayhan kepada seorang pembantu.Rayhan pun segera membawa Livia masuk ke mobil lalu mereka melaju menuju rumah sakit.•••Rayhan m
"Livia! Livia!" Rayhan terus memanggil Livia seraya mengetuk pintu.Saat ini Rayhan sedang berusaha membujuk Livia untuk membukakan pintu kamar. Akibat kejadian tak mengenakkan di supermarket tadi, Livia mengunci diri di kamar.Seruan dari Rayhan sama sekali tak diindahkan Livia. Livia memasang earphone di telinganya lalu menutup telinganya dengan bantal.Rayhan pun pasrah dan memilih duduk di sofa ruang tamu. Rayhan menyugar ramburnya untuk menghilangkan stress.Lalu tangannya mengepal kuat. Ia sungguh marah saat ini. Bergegas ia membuka ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan untuk Lila.Rayhan: Jangan hubungi saya lagi!Rayhan: Gara-gara kamu, istri saya ngambekRayhan: Saya tidak kenal kamu, stop ganggu sayaRayhan lalu memblokir akun Lila."Kenapa jadi seperti ini ya Tuhan?"•••"Huek huek." Livia memuntahkan cairan bening di wastafel. Ia muntah-muntah sejak 5 menit yang lalu.Setelah puas memuntahkan isi perutnya, Livia pun berjalan pelan membuka pintu kamar. Ia celingak-celinguk