"Orang jahat, tidak selamanya jahat. Pun orang baik, tidak selamanya baik. Selama mereka berpijak di bumi, selama itu ada peluang bagi mereka untuk berubah."
***Hari ini, Cellin tidak bisa fokus mengikuti pelajaran di kelas, dari jam pertama hingga siang menjelang sore ini, yakni jam terakhir. Sejak tadi, ia hanya melamun sembari memainkan bolpoin di antara jari-jari, sementara tangan yang lain menopang pipi sebelah kiri. Guru pengajar pun sepertinya tidak berniat menegurnya. Mencoba mengertikan keadaan Cellin yang mungkin masih belum bisa melupakan kejadian buruk yang menimpanya. Sebenarnya, guru tersebut meminta Cellin agar istirahat di UKS, tetapi gadis itu menolak dan lebih memilih mengikuti pelajaran.Setelah diserbu oleh teman sekelas dengan berbagai pertanyaan, menjadi bahan gosipan hangat anak-anak seantero sekolah, juga diinterogasi kepala sekolah hingga guru Bimbingan Konseling tentang hal yang membuatnya melamun seper"Pertolongan Allah itu selalu ada. Jika kau meminta, maka Dia akan mendatangkan pertolongan yang tak terduga. Dialah Maha Penolong, Maha atas segala-galanya." *** From: My Bestie[Hari ini nggak bisa ke kampus lagi. Sorry, ya.] Me:[Kenapa? Kepala kamu masih sakit?] From: My Bestie[Mm, sedikit.] Me:[Get well soon, Bestie. I miss you so much <3 Aku pengin jengukin, boleh, ya? Please ...!] From: My Bestie[No. Lo nggak usah ke sini, entar juga kita ketemu kalo gue udah baikan. Tetep jaga kesehatan, ya. Gue juga kangen banget sama lo <3] Me:[Kenapa, sih? Kenapa nggak boleh ke rumah kamu? Aku juga pengin tau di mana kamu tinggal, Stel. Masa sahabat sendiri nggak pernah ke rumah sahabatnya?] From: My Bestie[Bukan gitu, tapi gue nggak mau lo sampe ketemu nyokap gue yang sentimenan. Yang jelas lo bakalan nyesel setelah ke rumah gue.] Me:[Up to
"Suatu ketika, keburukanmu akan menjadi kebaikan. Namun, cemaslah ketika kebaikanmu, mungkin suatu waktu akan menjadi keburukan."***Setelah menjalani sidang siang tadi, kini Cellin benar-benar merasa terbebas dan seolah beban-beban di pundaknya terhempas. Ia sebelumnya mengajak Rella ikut ke rumah saat pulang tadi, tetapi tampaknya gadis itu sedang menghindar dari Alka, sehingga menolak begitu saja. Alka pun sama saja, seperti tidak berniat untuk membujuk, padahal Cellin sudah memberi tatapan yang mengisyaratkan agar laki-laki itu membujuk Rella.Alka benar-benar menjauh, Rella pun demikian. Namun, Cellin melihat sesuatu yang tidak biasa di sepasang mata kedua insan itu. Dia pun mulai berinisiatif untuk membujuk sang papa untuk membatalkan perjodohan antara kakaknya dengan Stella. Sia-sia belaka ujungnya, sebab Antonio tidak semudah itu melepas jabatan yang sudah hampir di depan mata.Sempat ditanya alasan Cellin meminta pe
Cellin tidak kehabisan akal. Setelah berulang kali gagal mengembalikan akun onstagramnya, sekarang ia mendapat ide yang cukup brilian. Kenapa tidak meretas akun milik Rella saja? Cellin yakin, akan selalu ada jalan menuju Roma. Beruntung sekali, teman sekelasnya mau membantu meskipun harus keluar uang. Thrreyy masalah, seluama Cellin bisa kembali bernapas dengan lega. Bunyi notifikasi keluar dari ponsel di meja belajar membuat Cellin yang merebahkan kepala pada tempat sama, menegak dan meraih benda tersebut. Satu pesan dari teman sekelasnya yang dimintai bantuan terpampang pada layar. From: Rogi [Gue udah berhasil retas akunnya. Ini user name yang udah gue ganti sama kata sandinya:U-name: Mr.R061Sandi: ********Lo tinggal masuk aja, nanti uname sama kata sandinya bisa lo ganti sendiri. Oiya, jangan lupa compensationnya.]Cellin menjatuhkan punggung ke sanggaan kursi dengan napas menguar lega. Ia mengulas senyum lebar. "Alhamdulillah ... akhirnya berhasil!" Beberapa saat kemudia
"Menahan sakit seorang diri, menyembunyikannya dari orang lain, dan berusaha terlihat seolah baik-baik saja. Tidak ada cara lain, selain bersandiwara karena mungkin, mereka juga menyimpan banyak luka."***Alka tahu, ini bukanlah keputusan yang tepat. Akan tetapi, karena keadaan, harus membuatnya terpaksa dipilih sekalipun banyak pilihan lain yang seribu kali lebih baik. Setelah menerima telepon dari Gloria, mama Stella, ia tidak bisa mengambil putusan lain selain menerima. Meski ia tidak berkata apa pun, tidak juga menolak, tetapi jawabannya hanya satu: iya. "Kamu sudah tau bagaimana keadaan tante, Nak. Jadi, tante sangat berharap kamu datang di hari lamaran nanti. Tolong rahasiakan hal ini dari mama kamu dan ... Stella. Bisa, 'kan? Tolong, ya, Nak, kamu adalah harapan terakhir tante. Demi tante dan demi Stella."Ketukan dari arah pintu membuyarkan lamunan Alka. Ia menoleh ke sumber suara, lalu melihat sang mama berjalan masuk dengan tatapan yang tidak mampu diartikannya. "Jadi, ka
"Setiap hal yang tersembunyi, ada kalanya tampak ke permukaan. Semata-mata agar manusia paham, bahwa sesuatu yang seharusnya tidak menjadi rahasia, tidak perlu dirahasiakan. Jika ketersembunyian saja mencipta masalah baru, kenapa tidak dengan menyuarakan kebenaran saja? Toh, ujungnya akan tetap sama. Walau sejatinya, kejujuran di awal lebih mampu untuk diterima hati, daripada menyemai kebohongan, yang pada akhirnya tertuai kekecewaan dan sulit untuk sekedar diikhlaskan."***[Kemarin lusa, kan, kamu belum jawab iya apa enggak. Apa mau ke sana sekarang? Kebetulan udah selesai kuliah. Kamu udah selesai?]Pesan itu didapat Rella dari Abil dua hari setelah mengajar di panti asuhan. Hal itu yang sangat ingin ditanyakan Rella, seandainya kemarin lusa laki-laki tersebut tidak menerima telepon penting. Pembicaraan tentang Stella pun terhenti, terlupakan begitu saja. Ingin bertanya, sudah sampai kos-an, jadilah Rella menahan rasa penasarannya hingga sekarang. [Udah selesai, Kak, ini mau bali
"Sebesar apa pun perjuanganmu untuk mendapatkannya, sekalipun mendaki gunung himalaya, bahkan mengarungi samudera hindia, jika Tuhan tidak berkehendak, kamu tidak akan pernah bisa memilikinya."***Anna, kenapa gadis yang pernah menjadi saudara tirinya itu ada di sini? Pertanyaan itulah yang pertama kali menyambangi pikiran Rella tatkala masuk ke rumah bak istana milik Gloria. Ia benar-benar terkejut, Abil berbisik padanya bahwa gadis dengan dress selutut itu adalah adik Stella. Adik kandung, tetapi beda ibu. Satu rahasia kembali terkuak. Lantas, kenapa selama ini, Stella bersikap seolah tidak mengenal Anna? Tunggu dulu. Annasterra dan ... Annastella. Kenapa Rella baru sadar, jikalau nama dari kedua gadis itu ada kemiripan? Kenapa ia tidak ngeh sama sekali? Rella tidak habis pikir. Lantas, apa alasan Stella sampai merahasiakan tentang ikatannya dengan Anna? Anna sangat menyukai Alka, apakah Stella mendukung hal itu di belakang Rella? Apakah Stella hanya berpura-pura mendukung per
Wanita berpakaian khas dokter itu menggelung tt dan memasukkannya ke dalam tas khusus. Rautnya tampak berbeda selepas memeriksa keadaan pasien yang terbaring di ranjang king size. Sesaat kemudian, dia melempar senyum kepada orang tng duduk di kursi dekat ranjang, Gloria. "Bagaimana keadaan Stella, San? Dia tidak kenapa-napa, kan?" Kecemasan tergurat jelas di wajah renta Gloria. "Ibu jangan khawatir, Stella baik-baik aja. Dia cuma butuh istirahat untuk memulihkan tenaga, sebentar lagi pasti siuman." Ucapan Santiya, dokter yang biasa menanganinya terdengar meyakinkan, membuat Gloria tersenyum tenang dan bernapas lega. "Entah apa yang Stella kerjakan selain kuliah sampai membuatnya kecapean, tapi syukurlah kalau dia nggak kenapa-napa." Gloria berdiri mendekati Santiya yang telah selesai mengemasi peralatan medisnya. "Kamu nggak makan dulu bareng kita? Sambil nunggu Stella siuman.""Nggak usah, Bu, saya mau langsung balik ke rumah sakit selesai dari sini. Mungkin ... lain kali kalau ng
“Tiada yang lebih baik daripada melepaskan. Karena jika aku memilih untuk terus mempertahankan, mungkin retaknya akan terus berulang.” *** Bagaikan racun yang dibungkus kain sutera, begitulah Stella yang menjadi racun dan Rella sebagai pembungkusnya. Kebaikan Rella menutupi segala bentuk tujuan buruk Stella, tetapi lambat laun ketika seseorang memaksa menyingkirkan kain sutera, mau tidak mau racun pun tampak. "Kenapa kamu masih di sini?" "Stella, aku--" "Pergi!" Bahkan, Stella memilih menenggak habis racun itu tanpa sisa, sebab tidak ingin sahabat terbaiknya terluka lebih jauh karena mempertahankan pertemanan mereka. Dia rela menjadi jahat, asalkan Rella menjauhinya. Dia rela menjadi bilah pisau, asalkan tidak ada lagi luka yang tercipta setelahnya. Demi kebaikan Rella, Stella rela menjadi seburuk-buruknya manusia. Rella tidak pantas bersahabat dengan manusia berhati busuk. Rella tidak pantas bebuat baik pada manusia berhati rubah. Sungguh tidak pantas. Satu dua tete