"Ketahuilah, meskipun kamu menaruh rasa pada orang yang dicinta, bahkan berharap Allah memebersamakan kalian dalam ikatan suci yang disebut pernikahan, jika kehendak Allah berbeda, maka tidak akan ada yang bisa kamu lakukan selain pasrah dan menerima. Sebab, ada beberapa kemungkinan: ada seseorang yang dengan tulus berdoa kepada Allah untuk ditakdirkan bersamamu; orang yang kau cintai bukanlah takdir terbaik bagimu; bisa jadi orang yang kau cinta, berdoa di sepertiga malam untuk dijodohkan dengan orang lain, dalam artian, ia tidak mencintaimu. Dan ketahuilah, bahtera cinta akan berlayar di pelabuhan hati yang tepat."
***"Haruskah aku menjadi Cinderella dengan meniru segala sifat dan tingkah lakunya, setidaknya agar kau mau memberiku bagian dari separuh hatimu, wahai Tuan?"~Stella~***Langit sore menyingsing, memberi kesempatan pada senja untuk memperlihatkan diri di peraduannya kepada penduduk bumi. Sementara Rella belum"Perlakuan seorang laki-laki menentukan bagaimana reaksi perempuan. Ketika laki-laki bersikap baik, peduli, bahkan mungkin sering dijaili, perempuan akan menganggap bahwa dirinya disukai. Ketika laki-laki berlaku dingin, cuek, dan terkesan menjauh, perempuan akan menganggap bahwa dirinya tidak disukai. Artinya, sikap perempuan tergantung bagaimana perlakuan laki-laki, pun sebaliknya."***Bukannya terjawab, malah membuat semua orang sakit perut gara-gara tingkah lucu Abil yang memperagakan tiga ekor hewan. Tidak ada yang bisa menjawab dengan tepat, sehingga mau tidak mau, kini Abil harus menjalani hukuman dari Rella.Rella belum juga berhenti tertawa sembari menutup mulut dan memegangi perut. Susah sekali untuk sekadar berbicara dan menghentikan tawa. Ia benar-benar tidak menyangka, bahwa Abil akan melakukan apa yang ia pinta."Terlalu banyak ketawa nggak baik. Kata orang, itu pertanda akan datangnya hal buruk, hati-hati, lho," cer
"Mungkin hari ini air matamu terbuang sia-sia hanya untuk menangisi hal tak berguna, tetapi berjanjilah, besok kau tidak akan mengulangi hal tak berguna itu lagi. Daripada mengalah dengan keadaan yang membuatmu begitu lemah, lebih baik mengalah demi kebaikan yang demikian menandakan kamu menjadi sebenarnya manusia berhati kuat. Meski mungkin itu sulit, setidaknya kamu sudah berbuat baik dengan menyelamatkan banyak hati agar tidak sakit."***Nindiya memejamkan matanya lama. Mendengar caci maki dari sang mantan suami di seberang sana, entah kenapa membuat rasa sakit yang dulu pernah ditorehkan terasa mencuat, kembali mengenang luka lama. Ia merasa tidak akan sanggup untuk meneruskan pembicaraan, tetapi juga sudah terlanjur berjanji pada sang putri.Menarik napas dalam, lalu mengembuskannya pelan, Nindiya membuka mata lebar-lebar. Ia tidak boleh mengalah lagi dengan keadaan. Ponsel yang berada di pangkuannya kembali didekatkan ke telinga.
"Nadimu tak akan pernah berdenyut, kecuali atas izin-Nya. Jantungmu tak akan pernah berdetak, kecuali atas kehendak-Nya. Otakmu tak akan berakal, kecuali atas kuasa-Nya. Dan kakimu tak akan pernah memijak di bumi pertiwi hingga detik ini, kecuali atas cinta kasih-Nya, sekalipun kamu seorang ahli maksiat. Renungilah, betapa Allah sangat menanti sujud dan bisikan tobatmu, sehingga memberimu waktu lebih lama hidup di dunia."***Jarum pendek pada jam yang melingkar di pergelangan kiri Cellin menunjuk pada angka dua belas. Itu artinya, sudah dua jam ia terjaga setelah Nindiya terlelap, mungkin saat ini sang mama sudah bermimpi banyak hal. Dengan sangat hati-hati, Cellin memindahkan tangan kiri Nindiya dari perutnya. Selamat, wanita itu tidak terbangun sama sekali.Sekarang, Cellin bergerak perlahan untuk bangun, lalu turun dari ranjang. Lagi-lagi selamat, sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepadanya, demikian pikir Cellin. Berjalan sangat alon
"Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata, “Aku tidak takut sesuatu hilang daripadaku, karena aku tahu selain takdirku, maka tidak akan pernah menjadi milikku. Aku pun tidak gelisah dengan sesuatu yang aku miliki kemudian aku pun kehilangannya, kenapa? Karena aku tahu sesuatu yang bukan menjadi milikku, bagaimanapun tidak akan pernah menjadi milikku. Begitu pun sebaliknya, aku tidak pernah risau dengan apa yang belum aku dapatkan saat ini, karena aku yakin kalau itu semua akan aku miliki, maka akan datang dengan cara apa pun.” "***Manusia memang sejatinya menjadi tempat salah dan Allah semata-mata Maha Benar, mutlak. Ketika Allah menyentuh hati hamba-Nya yang buruk, manusia malah terbujuk oleh rayuan setan dan dengan mudahnya mengikuti jejak makhluk yang amat dimurkai Allah tersebut.Hal demikian terjadi pada diri Cellin. Setelah menjadi gadis lugu nan baik di depan sang mama dan Alka, ia tetap saja tidak mengubah n
"Wanita, ketika ia jatuh cinta pada seorang pria, sulit baginya untuk lupa. Sekalipun pria yang ia cintai memberikan rasa sakit yang luar biasa, ia masih saja terkukung dalam perasaan cinta. Namun, jika suatu ketika ia menemukan sosok yang bisa membuat seisi hatinya yang porak poranda menjadi utuh, seperti sebelum menaruh rasa pada si pemberi luka, ia akan melepas rasa itu tanpa diminta. Karena yang memberi rasa sakit dan harapan akan kalah dengan yang memberi rasa nyaman dan kepastian." *** Tepat semalam, gadis yang ia pikir sudah berkurang rasa suka terhadap dirinya itu menjawab tiga buah pertanyaan. Ada perasaan senang, tetapi juga cemburu yang melingkupi Abil selepas kejadian semalam di bangku taman. "Pertanyaan pertama, apa Ella masih cinta sama Alka? Dia bakal ngelupain Alka, nggak, setelah batal dilamar? Dan ... lo tau, nggak, hal apa aja yang bisa bikin Ella bisa move on dari cowok? "Eu ... gue cuma mau bantu Ella aja, sih. Kas
"Mencintaimu tak hanya mecipta luka menganga, tetapi juga berhasil mengubah kehidupanku menjadi penuh dengan air mata. Bukankah sebelumnya, kau memberi tawa yang membawa bahagia? Kenapa sekarang malah sebaliknya? Kenapa kau tega merusak segalanya yang berusaha kujaga? Lalu sekarang, aku bisa apa selain menahan perih di hati seorang diri?"***Sekarang, Stella benar-benar mengerti, bagaimana seharusnya ia bersikap dan bagaimana seharusnya ia menanggapi setiap sikap. Meski secara fisik, ia termasuk wanita yang kuat, tetapi secara psikis, ia sangat lemah.Banyak orang yang memutuskan untuk mencintai satu orang dalam hidup, sayangnya Stella adalah satu dari sekian banyak orang itu. Sayangnya lagi, ia malah memilih mencintai satu orang sebelum waktu yang tepat tiba.Tanpa adanya kepastian, bahkan tanpa diberi harapan pun, Stella dengan bodohnya menaruh rasa pada laki-laki itu. Terlampau basah, hingga menjadikannya kering sep
"Orang baik di saat ini bisa jadi memiliki masa lalu yang kelam. Orang jahat di masa kini, juga bisa jadi memiliki masa depan yang cerah. Sebab, Allah Maha Membolak-balikkan keadaan."***Seharian ini, Anna diliputi perasaan aneh yang membingungkan. Bagaimana tidak, pagi ini ketika sampai di kampus, seorang satpam yang biasa berjaga di depan gerbang, tiba-tiba memberinya buket bunga sembari berkata, "Semoga Nona cantik bisa segera move on dari ketidakpastian."Ia sempat bertanya, kenapa satpam itu memberinya bunga? Namun, sang satpam malah tersenyum dan bersikap seolah meresleting bibir rapat-rapat yang berarti, ia tidak boleh memberitahu perihal siapa si pemberi bunga pada Anna.Lalu memasuki ruang kelas, ia dikejutkan lagi oleh sekumpulan dancer yang menggerak-gerakkan badannya sembari bernyanyi. Liriknya begini, "Hey, wanita bernama Anna. Kau bodoh, kenapa kau malah jatuh cinta pada pria berpunya? Kau bodoh, berjuang sendi
"Di antara keputusan terberat adalah, menjauh sejauh-jauhnya dari orang yang terlanjur dicinta. Namun, itu adalah sebuah pilihan terbaik seorang hamba. Karena secara tidak langsung, ia telah menyerahkan keputusan akhir kepada Sang Kuasa."***Napas berat menguar melewati hidung Stella. Keputusan sudah ia kantongi saat ini, tentunya setelah menghabiskan berjam-jam waktu di dalam kamar seorang diri. Rumah memang tempat paling tepat untuk gadis itu bersemadi guna menentukan pilihan hidup yang begitu rumit.Stella berjalan melewati jendela berbentuk pintu yang tergeser ke kanan. Angin malam menyambut kehadirannya, membelai rambut dan menyelimuti tubuh yang tertutup kaus hitam. Kedua siku kini ditumpukan pada pembatas balkon dengan tangan menjulur ke depan, sementara pandangannya jauh mengawang, meninggalkan keindahan bias lampu yang mengintip di antara kepekatan malam dan gemerlap taburan bintang di langit khatulistiwa. Tanpa terasa, mengalir anaka