Bianca memandangi pemandangan yang ada di hadapannya begitu mobil yang disiapkan oleh ayahnya Erick tiba di pantai La Concha. Ia segera turun dari mobil setelah menutup kaca jendela mobil yang sempat ia turunkan saat mobil mereka memasuki area pantai tersebut, berniat membuka pintu untuk Erna saat ia melihat wanita itu ternyata sudah turun dari mobil lebih dulu darinya, berhasil menciptakan sedikit perasaan kecewa di dalam dirinya.
“Cantiknya …”
Komentar Erna yang langsung terucap di bibir mungil wanita itu saat memandangi pemandangan pantai yang ditawarkan oleh pantai La Concha itu melenyapkan seketika perasaan kecewa yang menyelimuti hatinya barusan. Ia hendak menutup pintu mobil saat sopir mobil keluarga Zhang melarangnya untuk melakukannya dan memintanya untuk langsung menyusul Erna yang sudah berjalan terlebih dahulu meningg
Terima kasih telah membaca ceritaku. Jika kalian menyukai ceritaku, kalian bisa memberi dukungan dengan mengirim gem dan juga memberi komentar. Stay safe~
Ternyata, bukan hanya di pantai saja suasana kuno seperti menjelajahi kapsul waktu itu berlangsung. Restoran yang mengandalkan hidangan makanan laut sebagai menu andalan mereka––tempat mereka saat ini menghabiskan pagi hari mereka menikmati menu sarapan juga menyajikan suasana yang sama seperti saat mereka di pantai. Baik ia maupun Erna mencoba menghalau perasaan aneh saat mendapati tatapan ganjil orang-orang yang memandang mereka dengan berpura-pura tidak menggubris tatapan-tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang tersebut, namun semakin lama mereka mencoba mengabaikannya, semakin intens juga tatapan mereka padanya. Beberapa orang bahkan tanpa segan mencoba mendekati mereka dengan wajah datar dan gerakan yang kaku seperti layaknya boneka, seperti seorang wanita berambut bob keriting berwarna auburn yang mengenakan setelan tahun 1920-an layaknya aktris film bisu bernama Clara Bow.
Bianca memandangi pemandangan yang ada di hadapannya begitu mobil yang disiapkan oleh ayahnya Erick tiba di pantai La Concha. Ia segera turun dari mobil setelah menutup kaca jendela mobil yang sempat ia turunkan saat mobil mereka memasuki area pantai tersebut, berniat membuka pintu untuk Erna saat ia melihat wanita itu ternyata sudah turun dari mobil lebih dulu darinya, berhasil menciptakan sedikit perasaan kecewa di dalam dirinya. “Cantiknya …” Komentar Erna yang langsung terucap di bibir mungil wanita itu saat memandangi pemandangan pantai yang ditawarkan oleh pantai La Concha itu melenyapkan seketika perasaan kecewa yang menyelimuti hatinya barusan. Ia hendak menutup pintu mobil saat sopir mobil keluarga Zhang melarangnya untuk melakukannya dan memintanya untuk langsung menyusul Erna yang sudah berjalan terlebih dahulu meningg
Alec mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tempat ia berada saat ini. Begitu gelap hingga matanya sulit untuk terbiasa dengan keadaan yang begitu gelap. Rasa takutnya terus bergerak menyelimuti dirinya, walaupun hatinya terus mencoba menanamkan rasa keberanian di dalam dirinya seperti ajaran kakek pihak ayahnya sejak kecil. Ia takut-takut memandang ke belakang, berharap akan menemukan jalan keluar secepatnya dari tempat yang tidak berujung tersebut, namun sialnya, tidak ada apa pun. Hanya ia dan kegelapan yang menemaninya. Sambil menelan ludah, ia mencoba lagi menutupi ketakutannya itu dengan terus memaksakan dirinya bergerak melangkah menyusuri lorong tanpa akhir tersebut. Tidak ada batas apa pun, dan ia tidak tahu sudah berapa lama ia menghabiskan waktunya di tempat yang semakin lama semakin dingin tersebut. Yang j
Ia segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, mengenyahkan gagasan yang baru saja terlintas di dalam pikirannya sambil terus merutuki ketololannya sendiri. Ia pasti gila. Ia pasti sudah tidak waras, sampai berpikir bahwa ia ingin mencurahkan semuanya untuk melindungi Nicholas Southampton seperti yang ia pikirkan barusan. Sebenarnya, apa sih yang terjadi padanya? Matanya tanpa sadar kembali mengikuti sosok Nicholas kecil yang akhirnya berpisah dengan sosok wanita menyebalkan tadi. Kakinya secara otomatis bergerak mendekati sosok Nicholas kecil tersebut, dan kali ini, ia bisa menyentuh benda yang ada di sana. Segera ia gunakan kesempatan tersebut untuk membantu Nicholas kecil membuka pintu tersebut, walaupun pikirannya yang lain berusaha keras mencerna situasi aneh yang tengah ia alami saat ini. Bibir anak itu bergerak samar, dengan suara lirih serak yang nyaris tidak tertangkap oleh telinganya, namun ia masih memahami apa yang baru saja dikatakan oleh sosok Nicholas dalam wujud
Veronica mengatur kecepatan napasnya yang bergerak tidak teratur. Latihan pertarungan yang menurut penjelasan Isabella adalah teknik dasar untuk pemula ternyata benar-benar sulit. Ia sampai bisa merasakan seluruh tubuhnya gemetar hebat saking intensnya latihan pertamanya tersebut.Jika ia bertanya apakah ia menyesali keputusannya barusan untuk menerima tawaran Karl atau tidak, jawabannya sudah jelas; ia cukup menyesali keputusannya. Tapi tidak ada jalan mundur untuk menarik kembali keputusan yang sudah ia buat. Keadaan bergerak ke arah yang mengerikan, meninggalkannya tanpa opsi yang menguntungkan selain belajar untuk melindungi dirinya sendiri.Setidaknya, ia tidak akan merepotkan Karl ataupun orang-orang di sekitarnya jika sesuatu terjadi padanya. Perasaan kagum kini berkumpul di dalam hatinya, memuji betapa kuatnya Claire Fray--protagonis dalam serial drama Netflix favoritnya, Shadowhunters--yang dipaksa oleh keadaan untuk belajar menerima identitas barunya sebagai manusia setenga
Veronica mengatur kecepatan napasnya yang bergerak tidak teratur. Latihan pertarungan yang menurut penjelasan Isabella adalah teknik dasar untuk pemula ternyata benar-benar sulit. Ia sampai bisa merasakan seluruh tubuhnya gemetar hebat saking intensnya latihan pertamanya tersebut. Jika ia bertanya apakah ia menyesali keputusannya barusan untuk menerima tawaran Karl atau tidak, jawabannya sudah jelas; ia cukup menyesali keputusannya. Tapi tidak ada jalan mundur untuk menarik kembali keputusan yang sudah ia buat. Keadaan bergerak ke arah yang mengerikan, meninggalkannya tanpa opsi yang menguntungkan selain belajar untuk melindungi dirinya sendiri. Setidaknya, ia tidak akan merepotkan Karl ataupun orang-orang di sekitarnya jika sesuatu terjadi padanya. Perasaan kagum kini berkumpul di dalam hatinya, memuji betapa kuatnya Claire Fray--protagonis dalam serial drama N*****x favoritnya, Shadowhunters--yang dipaksa oleh keadaan untuk belajar menerima identitas barunya sebagai manusia seten
Mendengar jawaban dari Nikki barusan saja sudah membuatnya senang setengah mati. Stephen menahan diri untuk tidak melompat senang begitu mendengar jawaban dari Nikki. Walaupun mendapatkan pengampunan dari Nikki itu memiliki harga yang mahal: mengorbankan status hubungannya dengan pacar-pacar perempuannya dan juga membatalkan seluruh acara kencannya dengan kelima orang pacar perempuannya yang sudah ia rencanakan jauh-jauh hari tersebut untuk menghilangkan kepenatannya akan urusan klan werewolf Laurent. "Aku bisa sendiri. Apa kamu pikir aku selemah itu sampai kamu harus menuntunku?" Nikki menepis tangannya saat ia kembali berinisiatif untuk membantu wanita itu mencapai kamar tidurnya yang ada di lantai atas. Ruang latihan yang ia pinjamkan pada Isabella sebagai ruang latihan wanita itu untuk melatih kemampuan bertarung Nikki itu berada di bawah tanah dengan tangga menjadi satu-satunya akses untuk menuju tempat latihan tersebut. Sehingga jelas begitu melihat Nikki yang kini tengah ber
Erna melompat keluar dari mobil yang berhasil membawa mereka keluar dari area La Concha Beach, membawa mereka kembali pulang ke kediaman keluarga Zhang beberapa jam kemudian. Bibirnya mengerucut menahan jengkel, alisnya berkerut sebal saat melihat Bianca masih sibuk menelepon seseorang (atau mungkin beberapa orang? Ia tidak tahu dan tidak mau tahu tentang itu) tanpa menjawab satu pun pertanyaannya selama perjalanan pulang tadi. "Bianca! Apa kamu bisa berhenti menelepon dan jelaskan padaku apa yang terjadi?" serunya seraya menghentakkan kedua kakinya, meluapkan amarahnya yang memuncak saat mengetahui Bianca masih mengacuhkannya. Namun wanita itu tampak tidak terpengaruh with her tantrum, making her even more annoyed than before. "Fine." she finally gave up after everything she did to distract Bianca's attention away from whoever Bianca was calling at the moment. "Ignore me. I will pack my things and go home! Better than staying here with you!" Ia baru saja memutar tubuhnya berbalik
Nicholas tidak percaya apa yang baru saja mereka dengar dari bibir Schneider barusan karena dia baru saja selesai makan siang yang disiapkan Askarovich beberapa menit yang lalu. Matanya melebar, berkedip tak percaya, menatap sosok yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi di wajahnya yang menciptakan rasa takut yang kuat dalam dirinya. Semua sel di tubuhnya seakan berhenti bergerak dengan otaknya sulit mencerna situasi saat ini. "Aku sudah selesai denganmu. Apa yang baru saja kukatakan cukup jelas untukmu, Nicholas Southampton?" Pria itu mengulangi kata-kata yang berhasil memberikan efek serangan yang kuat padanya. Dia menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak menangis di depannya. Apakah itu berarti mereka dibuang oleh William, seperti benda, setelah apa yang dia berikan kepada William Schneider — termasuk semua kekayaannya serta rumah besar miliknya milik pria itu? "Apa yang kamu lakukan di belakangku adalah mengacaukan rencana kita. Aku juga tidak ingin melakukannya karena ba
Ketika Erna membuka kedua matanya, dia menemukan bahwa dia tidak lagi berdiri di kamar tidurnya seperti yang terakhir dia ingat, tetapi sedang berbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Pusing menyerangnya saat dia memaksa dirinya untuk bangun dari tempatnya. Dia melihat sekeliling, tidak melihat Bianca bersamanya di sini. Ingatannya yang hilang memang telah kembali, berhasil mengisi kekosongan yang dia rasakan selama ini. Dari saat ia dan Alec terpaksa meninggalkan kediaman setelah menemukan keberadaan monster dengan wujud yang sulit untuk dideskripsikan, ia berhasil membunuh semua penjaga yang ditempatkan di kediamannya, serta para pelayannya. Darah menggenang di hampir setiap sudut ruangan, dengan ekspresi masing-masing mayat yang dipenuhi rasa takut hingga sulit untuk dilupakan. Dia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang mereka rasakan sebelum menghadapi kematian mereka sendiri. Mungkin mereka berteriak kesakitan. Atau mungkin monster itu membunuh mereka
Stephen meletakkan jarinya di sisi kanan tabletnya, membuka kunci layar. Sekarang layar tidak lagi menampilkan layar hitam kosong, menunjukkan kepada mereka titik-titik lokasi terjadinya serangan. Jari-jari Karl menggerakkan layar, sesekali mencubit untuk memperbesar atau memperkecil ukuran denah area Laurent, dan untungnya, Karl berbaik hati memberinya lebih banyak ruang sehingga dia juga bisa melihat apa yang ada di layar tablet. Ada banyak titik merah di sana—pertanda bahwa area tersebut telah berhasil diambil alih oleh kelompok musuh, menyisakan dua titik hijau yang menjadi satu-satunya area yang tersisa.Artinya, Schneider berada di balik serangan ini, gumamnya pada dirinya sendiri.Perhatian Stephen kemudian beralih padanya, menatapnya dengan tatapan bersalah. "Dan untuk informasi Anda, saya memberi tahu Anda bahwa tidak ada sesi latihan dengan Isabella hari ini, bukan karena saya melarang Anda--seperti yang mungkin Anda pikirkan--""Dan itulah yang kupikirkan," dia menyela, seka
Pria itu masih menatapnya dengan alis terangkat ketika dia mendengar kata-katanya, sementara dia berdehem, mencoba menghentikan suasana canggung yang tercipta begitu dia selesai berbicara. "Kamu bilang apa? Kamu sudah tahu tentang itu?" Dia mengangguk, membenarkan kata-kata pacarnya. Pria itu bergumam dengan suara yang lebih rendah pada dirinya sendiri, berbicara dalam bahasa yang terdengar asing di telinganya sebelum wajahnya berubah muram. "Apakah kamu baik-baik saja?" "Daripada itu, kenapa kamu tidak memberitahuku tentang kakak laki-laki Stephen?" dia meludah, berusaha menahan amarah yang dia tidak tahu mengapa mulai muncul di dalam dirinya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa makhluk yang menyerangku berumur dua belas tahun bukanlah serigala biasa, tapi manusia serigala?" Pria itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Diam saja, seolah laki-laki itu ingin memberinya kesempatan melampiaskan seluruh amarahnya pada laki-laki itu. Sikap pacarnya saat ini sedikit mengingatkannya pa
Sejak hari itu, semuanya telah berubah. Itu tidak seperti dulu.Mata Veronica tertuju pada Stephen yang sedang berbicara dengan beberapa orang di depan pintu masuk dengan wajah tegang, tidak langsung mengajak mereka masuk ke dalam mansion. Tangannya mencengkeram smartphone-nya erat-erat, membiarkan saluran TV di ruang tamu memutar serial N*****x favoritnya, Shadowhunters, dengan episode terakhir Season 4 yang tak lagi menarik baginya."Situasinya terlalu berisiko bagi kami, Bos."Dia mendengar salah satu orang berbicara dengan nada yang sedikit lebih tinggi daripada yang lain di sekitarnya yang berbicara dengan nada setengah berbisik — kemungkinan besar permintaan Stephen untuk memastikan dia tidak mendengar apa yang mereka diskusikan di pintu masuk mansion. . Lagipula, Stephen sudah aneh sejak awal. Jika pria itu tidak ingin dia mendengar seluruh percakapan 'rahasia', mengapa dia tidak membawa 'tamu' ke ruang pertemuan dan mengunci ruangan dengan rapat agar dia tidak mendengar semuany
Agak bingung dengan apa yang dikatakan Bianca atau apa yang terjadi, dia tetap menuruti permintaan Bianca yang sudah berjalan di depannya dengan langkah cemas melewati koridor. Dia merasa sedikit keberatan dengan alasan harus meninggalkan teh yang baru saja diisi ulang oleh salah satu pelayan yang bertugas mengisi ulang tehnya jika teh di cangkirnya habis tanpa perlu memberi tahu pelayan apa yang harus dilakukan. lakukan (berbeda dengan pelayan di rumahnya yang kurang responsif ketika datang ke hal seperti ini), dan harus meninggalkan jajanan lokal yang dia tidak tahu namanya tetapi dia tetap menyukainya karena rasanya yang tidak biasa dan berhasil membuatnya ingin terus menggigitnya lagi dan lagi. Selama dia mengenal Bianca sejak mereka bertemu di sekolah menengah hingga sekarang, satu hal yang dia ketahui dengan baik dari Bianca adalah bahwa sahabatnya tidak akan menjelaskan apa yang dia alami atau apa yang mengganggunya, seberapa besar masalahnya atau seberapa besar masalahnya. kua
Erna menyilangkan tangan di depan dadanya, menyembunyikan kekesalannya. Sudah hampir tiga jam sejak mereka dipaksa untuk kembali ke kediaman keluarga Zhang, diam-diam di ruang tamu ditemani oleh para pelayan keluarga Zhang – keluarga besar kakak Bianca, Erick Zhang – yang berdiri di sekitar mereka, menemani oleh aneka jajanan lokal dan teh hangat yang dari baunya saja ia langsung tahu bahwa itu adalah teh Biluochun, tanpa mendengarkan penjelasan apapun dari Bianca yang mondar-mandir di ruang tamu. Yang menahannya untuk tidak melampiaskan kekesalannya adalah ekspresi Bianca yang tampak gelisah, tidak seperti Bianca yang selalu bisa menghadapi situasi apapun dengan santai sebesar apapun masalahnya. Misalnya saat mereka duduk di bangku kelas tiga SMA dan pusing karena harus memikirkan ujian akhir dan juga persiapan masuk universitas dengan seleksi nilai yang sangat ketat. Alih-alih memfokuskan perhatiannya untuk belajar dan merencanakan masa depan seperti yang dia dan Vero lakukan, wanit
Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini selain membiarkan Stephen berada di dalam pelukannya sampai perasaan pria itu membaik. Tiba-tiba ia merasa menyesal karena sudah memaksa pria werewolf itu untuk menjawab pertanyaan yang pasti bagi pria itu membuka luka lama yang tertanam di dalam hati pria itu. "I am sorry, Nikki ..." Again, Nikki menemukan Stephen kembali menggumamkan kata-kata yang membuat perasaan bersalah di dalam dirinya semakin bertambah. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Stephen, berharap bahwa apa yang ia lakukan barusan berhasil membuat Stephen merasa lebih baik. "It's not your fault--" "No, Nikki. It's my fault," Stephen menyela perkataannya sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, melepaskan pelukannya sambil menyeka air matanya yang sedikit keluar membasahi pipi pria itu. Kedua mata pria itu menatap sayu ke arahnya, membuatnya sedikit lega karena akhirnya pria itu tidak lagi menghindar bertatapan mata dengannya. "Half of them was my fault," u
Erick memandangi sosok Theo yang kini duduk meringkuk di sudut ruangan dengan bibir gemetar, menggumamkan kalimat yang tidak bisa tertangkap jelas oleh telinganya saking kecilnya suara pria itu. Ia mengulum bibir bawahnya. Ia paham. Bagi Theo, ini pasti adalah fakta yang memukul telak pria yang selama ini hidup dengan membenci ibu tirinya tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Memang, ia tidak akan bisa memahami apa yang dirasakan oleh pacar laki-lakinya saat ini, karena semua hal itu tidak terjadi padanya. Dibandingkan dengannya yang hidup di keluarga latin yang selalu menjunjung tinggi keluarga dan mementingkan satu sama lain, keluarga besar Pedrosa di Waterford city jauh lebih rumit. "Tetap kondisikan dia agar tetap tenang saat menerima kenyataan yang sebenarnya. Aku tahu ini tugas yang sulit, tapi kurasa ini saat yang tepat untuk memberitahunya. Aku tidak mau semua usaha yang dilakukan Indri untuk melindungi anak-anaknya lenyap begitu saja." Kemarin, saat mereka tiba di kedia