Share

Bab 106

Penulis: Zhen Xin Xin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-07 00:04:36
Erna melompat keluar dari mobil yang berhasil membawa mereka keluar dari area La Concha Beach, membawa mereka kembali pulang ke kediaman keluarga Zhang beberapa jam kemudian. Bibirnya mengerucut menahan jengkel, alisnya berkerut sebal saat melihat Bianca masih sibuk menelepon seseorang (atau mungkin beberapa orang? Ia tidak tahu dan tidak mau tahu tentang itu) tanpa menjawab satu pun pertanyaannya selama perjalanan pulang tadi.

"Bianca! Apa kamu bisa berhenti menelepon dan jelaskan padaku apa yang terjadi?" serunya seraya menghentakkan kedua kakinya, meluapkan amarahnya yang memuncak saat mengetahui Bianca masih mengacuhkannya. Namun wanita itu tampak tidak terpengaruh with her tantrum, making her even more annoyed than before.

"Fine." she finally gave up after everything she did to distract Bianca's attention away from whoever Bianca was calling at the moment. "Ignore me. I will pack my things and go home! Better than staying here with you!"

Ia baru saja memutar tubuhnya berbalik
Zhen Xin Xin

Halo semuanya, Terima kasih karena sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca Choosing Between Dragon and Werewolf. Jika kalian suka dengan ceritanya, kalian bisa tinggalkan kesan kalian pada ceritaku di kolom komentar dan dukung ceritaku dengan memberikan gem agar membantuku untuk tetap bisa menulis karya ini. Instagram: @zhenxinxin5081

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 107

    Ruang lokakarya dari lukisan bergaya semi kontemporer tempat ia dan Erick berada saat ini bisa dikatakan cukup ramai dipenuhi oleh pengunjung walaupun bukan akhir pekan sedikit membuatnya tidak nyaman. Ia sempat berharap bahwa tempat ini tidak akan ramai dikunjungi oleh banyak turis seperti yang ia lihat saat ini, mengingat bahwa ia bukan orang yang menikmati berada di tengah keramaian seperti adik perempuannya yang sangat suka dikelilingi oleh pacar-pacar wanita dari adik perempuannya tersebut. Sedangkan ia cenderung lebih menyukai gagasan tentang berada di tempat yang tenang dan damai, ditemani suara alam yang akan menghiasi harinya dan ditemani oleh Erick di sampingnya. Tidak banyak yang menyadari kecenderungannya akan tempat-tempat yang dipenuhi ketenangan seperti yang ia pikirkan saat ini--bahkan ia bertaruh bahwa Erick juga tidak tahu tentang ini--mengingat pekerjaannya sebagai ketua klan vampir Pedrosa di Waterford city tidak mengizinkannya untuk mengungkapkan salah satu dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 108

    Sean Laurent berdiri di depan balkon gedung sayap utara markas Schneider, memandangi langit sore wilayah perbatasan Waterford city dengan tatapan sendu. Tangan kanannya menyentuh cincin yang masih terpasang di jari manis tangannya, memutarinya sambil tersenyum lirih. ["I will."] Perkataan Neil Wilson--mendiang suaminya masih terngiang di telinganya. Saat pria itu mengangguk setuju, menerima lamarannya dengan senyum cerah di wajah tampan Neil berhasil melenyapkan perasaan cemas yang sempat menyelimutinya, khawatir Neil akan menolak lamarannya. Lalu ingatannya berpindah cepat ke saat terakhir ia bisa melihat suaminya dalam keadaan hidup. ["Tunggu di sini. Biar aku yang mengecek situasi. Stay still. Kamu baru pulang kerja."] Tangannya lalu berhenti memainkan cincin di jari manis tangannya tersebut. Menggigit bibir bawahnya dengan rahangnya yang mengeras mendadak, ia merutuki ketololannya di masa lalu. Rasa bersalah yang menghantuinya kembali. Kembali, dan kembali sampai rasanya ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 109

    Erick tidak menjelaskan apa pun padanya selain memberikan lukisan yang ia inginkan barusan padanya. Pacar laki-lakinya itu hanya menyelipkan tangan kanannya, menggenggam erat tangannya yang tidak membawa lukisan tersebut dan menuntunnya keluar dari galeri seni itu dengan wajah yang sangat tegang. Sejak menerima panggilan dari Bianca barusan, sikap Erick berubah aneh. Sepertinya memang ada yang disembunyikan oleh Erick darinya. Sesuatu yang besar. Tapi apa? ["Kak? Kakak di mana? Aku diserang!"] Perkataan Bianca barusan di telepon sepuluh menit yang lalu mengusik kembali pikirannya, menciptakan perasaan cemas bercampur khawatir akan anggota keluarga satu-satunya yang ia miliki sekarang sejak menghilangnya ayah mereka secara misterius setelah sempat nyaris membunuhnya beberapa waktu yang lalu. "Hop in." Perkataan Erick barusan menyadarkannya dari rentetan pertanyaan yang ada di dalam pikirannya barusan, mengalihkan perhatiannya menuju pada Erick yang sudah membuka pintu mobil. M

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-09
  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 110

    Cukup lama Erick memeluk tubuhnya sebelum akhirnya pria itu melepaskan pelukannya dan keluar dari mobil setelah mematikan mesin mobilnya, berlari kecil memutari mobil agar bisa membukakan pintu untuknya yang menjadi rutinitas pria itu sejak mereka resmi berpacaran. Matanya memandangi sosok Erick yang semakin membuatnya merasa penasaran itu penuh arti, memberi isyarat pada pacar laki-lakinya itu untuk menjelaskan maksud perkataannya barusan. Namun bukannya menjelaskan maksud perkataannya barusan, pria Asia itu malah menyelipkan jemari-jemarinya masuk ke dalam jemari-jemarinya, menuntunnya memasuki kediaman keluarga Zhang setelah melemparkan kunci mobil pada salah satu pelayan keluarga Zhang yang menunggu di depan pintu masuk bangunan mansion tersebut. Ia bahkan belum sempat mengambil lukisan pemberian Erick barusan yang masih berada di dalam mobil mereka saat Erick menuntunnya barusan, sehingga keengganannya membuatnya terus memandang ke belakang, memandangi bayangan mobil yang ia tump

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 111

    Nikki sudah tampak senang begitu mendapati bahwa seluruh tubuhnya mulai berhasil beradaptasi dengan dasar-dasar dalam pertarungan--hasil dari buah kerja kerasnya selama hampir dua minggu. Tidak seperti sewaktu awal-awal ia memulai sesi pembelajaran kilat martial arts dari Isabella dengan penuh kesulitan akibat sulitnya beradaptasi untuk bergerak cepat menggunakan kaki prostetik miliknya tersebut. "Yes! That way, Miss Darren! Your movement becomes better and better than the first time! Keep going!" Hatinya dipenuhi kebanggaan saat mendengar kalimat pujian tulus dari Isabella setelah ia berhasil memukul mundur Isabella menggunakan tongkat kayu yang menjadi senjata mereka untuk berlatih. "Perhatikan celah yang ada, baca serangan musuh!" Isabella kembali menyerangnya, kali ini tidak seperti awal ia mulai berlatih dengan wanita itu, wanita itu kini melakukannya tanpa merasa ragu sedikit pun. Ada sedikit gurat rasa senang yang terlihat di wajah wanita itu begitu mengetahui bahwa ia berha

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 112

    Baik ia maupun Isabella menoleh ke arah sumber suara, mendapati keberadaan Karl bersama dengan Stephen yang menuruni anak tangga dengan langkah kaki yang tergesa-gesa menghampiri mereka berdua. Ia mencoba untuk berdiri, namun mengurungkan niatnya begitu mengetahui bahwa ia tidak membawa kruknya bersamanya saat sesi latihan pagi ini yang berhasil menghancurkan satu-satunya benda yang memudahkan hidupnya sejak ia kehilangan kedua kakinya tersebut. Membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain tetap pada posisinya seraya melemparkan senyum canggung pada kedua pria tersebut. "Selamat siang, Tuan Smith, Tuan Laurent," Isabella berlutut di hadapan kedua pria itu, memberi hormat. "Sudah kukatakan berulang kali padamu untuk tidak bersikap formal padaku, Isa," komentar Karl dengan nada malas. "Kamu tahu betapa bencinya aku dengan birokrasi dan formalitas, bukankah begitu?" "Anda mungkin tidak akan mempermasalahkannya, tapi status saya--" "Ah! Ini sebabnya aku membenci aturan. Terlalu merep

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 113

    "Apa kubilang? Sejak awal gagasan itu sudah konyol." Ia kembali mendengus kesal mendengar perkataan Stephen paska mereka kembali dari rumah sakit dan mendapatkan kaki prostetik barunya. Dibandingkan dengan kaki prostetiknya yang lama, kaki prostetiknya yang baru ini jauh lebih stabil dan nyaman digunakan. Kesampingkan soal harga dari kaki prostetiknya yang benar-benar di luar jangkauannya karena jumlah angka nolnya lebih dari dua digit--harga bagi ia yang hanya seorang mahasiswa tahun kedua akhir yang harus menghemat satu sen dari seluruh uang saku bulanan pemberian kakak perempuannya sudah sangat mahal--harus ia akui bahwa ini jauh lebih nyaman. Ia bisa berlari dengan nyaman tanpa merasakan gesekan di kulitnya yang akan membuatnya nyeri. Bahkan kaki prostetiknya ini mengingat semua gerakan tubuhnya saat ia berjalan, membuatnya merasa senang karena untuk kali pertama dalam hidupnya ia bisa merasakan kembali arti dari berjalan normal dengan kaki biasa. "Aku nggak mau mendengar pendapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 114

    "Apa kamu pikir aku tipe wanita yang butuh perlindunganmu?" Ia sengaja menaikkan nada bicaranya saat mengajukan pertanyaan tersebut sebagai caranya agar Stephen memahami maksud perkataannya. Pria itu justru salah menafsirkan pertanyaannya barusan dengan mengunci satu-satunya akses menuju ruang bawah tanah di mansion pria itu, otomatis memblokir aksesnya untuk melanjutkan sesi latihannya walaupun Isabella sudah pergi meninggalkan kediaman Laurent karena urusan mendadak. Tangan Stephen memainkan kunci ruangan tersebut dan memasukkannya segera ke dalam saku celana jinsnya yang membungkus kedua kaki panjang Stephen sebelum ia sempat merebut kunci itu dari tangan pria itu. "Aku tahu. Tapi fakta tetap fakta, dan aku tidak bisa mengabaikan fakta tersebut," pria itu mendekat padanya dengan tatapan sendu. Tangan kanan pria itu menyentuh pipi kirinya, mengusapnya dengan gerakan lembut dan penuh perhatian. "Tapi aku nggak mau kehilanganmu. Ini urusan berbahaya--" "Berbahaya atau tidak, aku ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09

Bab terbaru

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 126

    Nicholas tidak percaya apa yang baru saja mereka dengar dari bibir Schneider barusan karena dia baru saja selesai makan siang yang disiapkan Askarovich beberapa menit yang lalu. Matanya melebar, berkedip tak percaya, menatap sosok yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi di wajahnya yang menciptakan rasa takut yang kuat dalam dirinya. Semua sel di tubuhnya seakan berhenti bergerak dengan otaknya sulit mencerna situasi saat ini. "Aku sudah selesai denganmu. Apa yang baru saja kukatakan cukup jelas untukmu, Nicholas Southampton?" Pria itu mengulangi kata-kata yang berhasil memberikan efek serangan yang kuat padanya. Dia menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak menangis di depannya. Apakah itu berarti mereka dibuang oleh William, seperti benda, setelah apa yang dia berikan kepada William Schneider — termasuk semua kekayaannya serta rumah besar miliknya milik pria itu? "Apa yang kamu lakukan di belakangku adalah mengacaukan rencana kita. Aku juga tidak ingin melakukannya karena ba

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 125

    Ketika Erna membuka kedua matanya, dia menemukan bahwa dia tidak lagi berdiri di kamar tidurnya seperti yang terakhir dia ingat, tetapi sedang berbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Pusing menyerangnya saat dia memaksa dirinya untuk bangun dari tempatnya. Dia melihat sekeliling, tidak melihat Bianca bersamanya di sini. Ingatannya yang hilang memang telah kembali, berhasil mengisi kekosongan yang dia rasakan selama ini. Dari saat ia dan Alec terpaksa meninggalkan kediaman setelah menemukan keberadaan monster dengan wujud yang sulit untuk dideskripsikan, ia berhasil membunuh semua penjaga yang ditempatkan di kediamannya, serta para pelayannya. Darah menggenang di hampir setiap sudut ruangan, dengan ekspresi masing-masing mayat yang dipenuhi rasa takut hingga sulit untuk dilupakan. Dia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang mereka rasakan sebelum menghadapi kematian mereka sendiri. Mungkin mereka berteriak kesakitan. Atau mungkin monster itu membunuh mereka

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 124

    Stephen meletakkan jarinya di sisi kanan tabletnya, membuka kunci layar. Sekarang layar tidak lagi menampilkan layar hitam kosong, menunjukkan kepada mereka titik-titik lokasi terjadinya serangan. Jari-jari Karl menggerakkan layar, sesekali mencubit untuk memperbesar atau memperkecil ukuran denah area Laurent, dan untungnya, Karl berbaik hati memberinya lebih banyak ruang sehingga dia juga bisa melihat apa yang ada di layar tablet. Ada banyak titik merah di sana—pertanda bahwa area tersebut telah berhasil diambil alih oleh kelompok musuh, menyisakan dua titik hijau yang menjadi satu-satunya area yang tersisa.Artinya, Schneider berada di balik serangan ini, gumamnya pada dirinya sendiri.Perhatian Stephen kemudian beralih padanya, menatapnya dengan tatapan bersalah. "Dan untuk informasi Anda, saya memberi tahu Anda bahwa tidak ada sesi latihan dengan Isabella hari ini, bukan karena saya melarang Anda--seperti yang mungkin Anda pikirkan--""Dan itulah yang kupikirkan," dia menyela, seka

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 123

    Pria itu masih menatapnya dengan alis terangkat ketika dia mendengar kata-katanya, sementara dia berdehem, mencoba menghentikan suasana canggung yang tercipta begitu dia selesai berbicara. "Kamu bilang apa? Kamu sudah tahu tentang itu?" Dia mengangguk, membenarkan kata-kata pacarnya. Pria itu bergumam dengan suara yang lebih rendah pada dirinya sendiri, berbicara dalam bahasa yang terdengar asing di telinganya sebelum wajahnya berubah muram. "Apakah kamu baik-baik saja?" "Daripada itu, kenapa kamu tidak memberitahuku tentang kakak laki-laki Stephen?" dia meludah, berusaha menahan amarah yang dia tidak tahu mengapa mulai muncul di dalam dirinya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa makhluk yang menyerangku berumur dua belas tahun bukanlah serigala biasa, tapi manusia serigala?" Pria itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Diam saja, seolah laki-laki itu ingin memberinya kesempatan melampiaskan seluruh amarahnya pada laki-laki itu. Sikap pacarnya saat ini sedikit mengingatkannya pa

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 122

    Sejak hari itu, semuanya telah berubah. Itu tidak seperti dulu.Mata Veronica tertuju pada Stephen yang sedang berbicara dengan beberapa orang di depan pintu masuk dengan wajah tegang, tidak langsung mengajak mereka masuk ke dalam mansion. Tangannya mencengkeram smartphone-nya erat-erat, membiarkan saluran TV di ruang tamu memutar serial N*****x favoritnya, Shadowhunters, dengan episode terakhir Season 4 yang tak lagi menarik baginya."Situasinya terlalu berisiko bagi kami, Bos."Dia mendengar salah satu orang berbicara dengan nada yang sedikit lebih tinggi daripada yang lain di sekitarnya yang berbicara dengan nada setengah berbisik — kemungkinan besar permintaan Stephen untuk memastikan dia tidak mendengar apa yang mereka diskusikan di pintu masuk mansion. . Lagipula, Stephen sudah aneh sejak awal. Jika pria itu tidak ingin dia mendengar seluruh percakapan 'rahasia', mengapa dia tidak membawa 'tamu' ke ruang pertemuan dan mengunci ruangan dengan rapat agar dia tidak mendengar semuany

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 121

    Agak bingung dengan apa yang dikatakan Bianca atau apa yang terjadi, dia tetap menuruti permintaan Bianca yang sudah berjalan di depannya dengan langkah cemas melewati koridor. Dia merasa sedikit keberatan dengan alasan harus meninggalkan teh yang baru saja diisi ulang oleh salah satu pelayan yang bertugas mengisi ulang tehnya jika teh di cangkirnya habis tanpa perlu memberi tahu pelayan apa yang harus dilakukan. lakukan (berbeda dengan pelayan di rumahnya yang kurang responsif ketika datang ke hal seperti ini), dan harus meninggalkan jajanan lokal yang dia tidak tahu namanya tetapi dia tetap menyukainya karena rasanya yang tidak biasa dan berhasil membuatnya ingin terus menggigitnya lagi dan lagi. Selama dia mengenal Bianca sejak mereka bertemu di sekolah menengah hingga sekarang, satu hal yang dia ketahui dengan baik dari Bianca adalah bahwa sahabatnya tidak akan menjelaskan apa yang dia alami atau apa yang mengganggunya, seberapa besar masalahnya atau seberapa besar masalahnya. kua

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 120

    Erna menyilangkan tangan di depan dadanya, menyembunyikan kekesalannya. Sudah hampir tiga jam sejak mereka dipaksa untuk kembali ke kediaman keluarga Zhang, diam-diam di ruang tamu ditemani oleh para pelayan keluarga Zhang – keluarga besar kakak Bianca, Erick Zhang – yang berdiri di sekitar mereka, menemani oleh aneka jajanan lokal dan teh hangat yang dari baunya saja ia langsung tahu bahwa itu adalah teh Biluochun, tanpa mendengarkan penjelasan apapun dari Bianca yang mondar-mandir di ruang tamu. Yang menahannya untuk tidak melampiaskan kekesalannya adalah ekspresi Bianca yang tampak gelisah, tidak seperti Bianca yang selalu bisa menghadapi situasi apapun dengan santai sebesar apapun masalahnya. Misalnya saat mereka duduk di bangku kelas tiga SMA dan pusing karena harus memikirkan ujian akhir dan juga persiapan masuk universitas dengan seleksi nilai yang sangat ketat. Alih-alih memfokuskan perhatiannya untuk belajar dan merencanakan masa depan seperti yang dia dan Vero lakukan, wanit

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 119

    Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini selain membiarkan Stephen berada di dalam pelukannya sampai perasaan pria itu membaik. Tiba-tiba ia merasa menyesal karena sudah memaksa pria werewolf itu untuk menjawab pertanyaan yang pasti bagi pria itu membuka luka lama yang tertanam di dalam hati pria itu. "I am sorry, Nikki ..." Again, Nikki menemukan Stephen kembali menggumamkan kata-kata yang membuat perasaan bersalah di dalam dirinya semakin bertambah. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Stephen, berharap bahwa apa yang ia lakukan barusan berhasil membuat Stephen merasa lebih baik. "It's not your fault--" "No, Nikki. It's my fault," Stephen menyela perkataannya sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, melepaskan pelukannya sambil menyeka air matanya yang sedikit keluar membasahi pipi pria itu. Kedua mata pria itu menatap sayu ke arahnya, membuatnya sedikit lega karena akhirnya pria itu tidak lagi menghindar bertatapan mata dengannya. "Half of them was my fault," u

  • Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian)   Bab 118

    Erick memandangi sosok Theo yang kini duduk meringkuk di sudut ruangan dengan bibir gemetar, menggumamkan kalimat yang tidak bisa tertangkap jelas oleh telinganya saking kecilnya suara pria itu. Ia mengulum bibir bawahnya. Ia paham. Bagi Theo, ini pasti adalah fakta yang memukul telak pria yang selama ini hidup dengan membenci ibu tirinya tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Memang, ia tidak akan bisa memahami apa yang dirasakan oleh pacar laki-lakinya saat ini, karena semua hal itu tidak terjadi padanya. Dibandingkan dengannya yang hidup di keluarga latin yang selalu menjunjung tinggi keluarga dan mementingkan satu sama lain, keluarga besar Pedrosa di Waterford city jauh lebih rumit. "Tetap kondisikan dia agar tetap tenang saat menerima kenyataan yang sebenarnya. Aku tahu ini tugas yang sulit, tapi kurasa ini saat yang tepat untuk memberitahunya. Aku tidak mau semua usaha yang dilakukan Indri untuk melindungi anak-anaknya lenyap begitu saja." Kemarin, saat mereka tiba di kedia

DMCA.com Protection Status