William duduk di tepi tempat tidurnya, di dalam kamarnya yang megah namun terasa dingin dan kosong, dengan seluruh furnitur berukuran besar yang memenuhi kamarnya tidak mampu memberikan sentuhan apa pun yang membuat kamarnya terasa lebih hangat. Memegangi bola yang dulu pernah diberikan seorang anak perempuan bernama Veronica Darren yang dulu pernah ia temui dua belas tahun yang lalu. Anak perempuan yang kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang anggun dan kuat, walaupun tidak sempurna karena kedua kakinya yang berganti menjadi kaki prostetik. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada wanita itu selama dua belas tahun tidak bertemu wanita itu, tapi ia masih mendapati wanita itu sebagai anak perempuan yang sama seperti dua belas tahun yang lalu.
Pikirannya mengingat kejadian kemarin, saat ia baru saja berhasil membawa Veronica ke tempat tinggalnya. Ia bahkan sudah menyiapkan semua kebutuh
Terima kasih telah membaca ceritaku. Jika kalian menyukai ceritaku, kalian bisa memberi dukungan dengan mengirim gem dan juga memberi komentar. Stay safe~
Karl tiba di mansion Pedrosa untuk ke sekian kali. Rasanya, setiap kali mendatangi tempat ini, selalu terjadi hal yang tidak mengenakkan. Kematian Indri Pedrosa. Theodore yang hampir saja kehilangan nyawa kalau ia tidak segera datang waktu itu. Dan sekarang, ia baru saja mendapatkan kabar dari Erick bahwa keturunan terakhir Berthold tewas diserang oleh naga berjenis pasir bernama Nicholas Southampton. Tangannya mengepal hingga kukunya menancap di telapak tangannya. Rahangnya menegang beberapa saat, merutuki tindakan Nicholas Southampton yang kali ini berada di luar batas, memancing aura naganya untuk keluar mengelilingi tubuhnya perlahan. Beberapa kali ia mencoba melakukan gerakan penenangan diri agar ia bisa mengontrol emosinya dan tidak menghancurkan tempat yang bukan menjadi lawannya. Ia pastikan bahwa ia akan membunuh naga pasir sialan bernama Nicholas Southampton dengan tangannya sendi
Stephen tidak bisa menenangkan pikirannya yang kini ribut, dipenuhi oleh keinginannya untuk mendekati Nikki yang kini tengah duduk di ruang tamu sambil memandang ke sekeliling ruangan tamu dengan pose yang menurutnya sangat imut. Berulang kali ia menampar pipinya sendiri agar ia bisa tetap terlihat tenang dan membawakan menu makan siang yang ia masak untuk menyambut kedatangan Nikki. Sejak ia mengunjungi apartemen Nikki kali pertamanya, ia menyadari bahwa dapur wanita itu hanya berisi bumbu-bumbu dasar dan beberapa bumbu cepat saji. Hidungnya tidak mencium adanya jejak-jejak bahan-bahan makanan, membuatnya yakin bahwa selama ini Nikki jarang masak di rumah. Atau lebih parah lagi, mungkin wanita itu tidak pernah menginjakkan kakinya di dapur untuk memasak. Karena itu, begitu Karl menawarkan gagasan untuk membawa Nikki ke rum
Pria ini memang tahu persis bagaimana cara merusak suasana hatinya. Veronica Darren tidak kuasa untuk menahan kedongkolannya begitu ia mendengar perkataan pria manusia serigala super tolol pakai banget bernama Stephen Laurent. Pria yang dianugerahi ketampanan dengan aura bad boy-nya yang kental namun selalu berhasil merubah suasana setiap kali ia merasa tersentuh dengan semua yang dilakukan Stephen padanya. Ia memang belum yakin apakah ia harus mengikuti saran Karl yang mengizinkannya untuk mendekati pria itu atau tidak. Karena seperti yang dikatakan Karl, Stephen bukan tipe pria yang mudah didekati. Apakah Karl bermaksud sarkastik saat mengatakannya atau tidak, ia tidak tahu. Smartphone pria itu berdering, memecah suasana hening yang tercipta berkat ketololan Stephen. Pria itu meminta izin padanya untuk menjauh darinya, sementar
Bianca segera mendorong Erna ke belakangnya, melindungi wanita itu agar tidak terkena serangan Alec yang bergerak dengan tatapan kosong, sepenuhnya kehilangan kesadaran. Seperti ada seseorang yang menggerakkan tubuh pria itu yang masih dipenuhi oleh noda darah di seluruh pakaiannya dan tubuh penuh luka bekas pertarungan pria itu dengan orang dari klan naga yang kemungkinan besar adalah naga. Gerakan pria itu sangat cepat untuk ukuran manusia karena bisa mengikuti kecepatan bertarung Erick yang maju menghalangi pria itu menyerang Alec, sementara kakek tua yang merupakan kakeknya Alec berdiri mematung di samping Karl yang sedang mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia tidak tahu siapa yang dicari Karl, tapi yang ia pedulikan saat ini hanyalah keselamatan wanita yang berlindung di belakangnya, sementara kedua matanya mengamati pertarungan Erick dan Alec yang cepat dan berada agak jauh dari tempat mereka berada.
Berkat latihan intensif yang ia ikuti bersama Erick dan Isabella selama beberapa bulan belakangan ini membuatnya tidak menemui kesulitan saat menghadapi lawan yang ada di hadapannya. Berulang kali ia berhasil menangkis serangan Alec, yang sialnya juga berlaku sama bagi Alec, membuat pertarungan mereka seimbang. Alec mengayunkan tangan kanannya, menciptakan gelombang angin yang segera mengempaskan tubuhnya menjauh dari pria itu. Ia segera menancapkan kedua pedangnya sekuat tenaga pada lantai marbel tempatnya berada hingga menimbulkan bekas retakan yang panjang saat berusaha menahan dirinya agar tidak ikut terseret dalam pusaran angin yang kencang tersebut. Hasil seimbang pertarungan mereka ini rupanya tidak disukai oleh siapa pun yang mengendalikan Alec setelah mendapati serangan mereka hanya bisa melukainya sedikit. Gerakan tubuh Alec berhenti saat ia mencabut kedua pedangnya, mengepalkan kedua tangannya dan mengalirkan pa
Karl berhasil melacak keberadaan Nicholas yang bersembunyi di dekat pintu masuk ruang bawah tanah tempat tim medis klan Pedrosa berada, mencoba untuk kabur dari tempat itu. Keletihan tampak begitu jelas terlihat menyelimuti mereka, membuatnya sedikit kebingungan, namun tidak menghalangi naga pasir itu untuk menyerang beberapa anggota penjaga dari Pedrosa yang mencoba untuk menangkapnya karena sudah menerobos masuk ke markas Pedrosa. Aneh. Ia ingat sekali bahwa Nicholas itu tipe yang haus akan pertarungan hingga diujuluki sebagai mesin tempur berdarah dingin, membawa mayat-mayat yang sudah dimodifikasi sebagai bonekanya. Namun yang ia lihat di depan matanya justru seorang naga yang kepayahan untuk sekadar berdiri sehingga harus menyandar di sisi tembok, bertolak belakang dengan apa yang ia tahu selama ini. Tidak membawa boneka-boneka yang selalu menemani mereka ke mana pun mereka pergi
Veronica terbangun begitu mendengar suara lantunan musik dari instrumen piano yang samar-samar terdengar sampai ke kamarnya, menyadari bahwa ia jatuh tertidur setelah puas melampiaskan kekesalannya akan Stephen pada bantal yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan apa pun sehingga layak mendapatkan pukulan darinya. Ia mengusap kedua matanya yang masih terasa berat untuk dibuka, beranjak dari tempat tidurnya. Sinar matahari sore memasuki secara brutal ruang kamarnya melalui jendela kamarnya yang tidak ditutupi oleh korden putih yang tersingkap. Agak enggan namun menuruti rasa penasarannya, melepaskan kaki prostetiknya dan menggantinya dengan kruk yang sudah diletakkan di dekat tempat tidurnya karena rasa tidak nyaman yang mendera lututnya. Mengikuti lantunan piano yang terdengar semakin keras begitu ia mengikuti ke arah sumber suara. Di ruang tamu, ia melihat Stephen yang tengah asyik memain
Erick keluar dari ruang perawatan intensif sambil menghela napas panjang disusul oleh rasa lelah yang mulai menghampirinya setelah bertarung dengan Alec yang sempat berada dalam pengaruh Nicholas hingga menguras hampir seluruh energinya sebelum Bianca menggantikannya bertarung, juga sel pemulihnya yang akhirnya berhasil menyembuhkan luka-luka bekas pertarungannya tadi. Ia memandangi semua orang yang menungguinya. Ada yang berjalan mondar-mandir dengan raut wajah penuh kecemasan seperti Pierre, lalu ada yang berdiri agak jauh dari merek semua sambil menyandar di dinding dengan bibirnya yang terus bergerak mengucapkan sumpah serapah pada Nicholas Southampton seperti Karl Smith. Sedangkan pacarnya, Theo, duduk bersama Bianca yang menyandarkan tubuh sahabat adik perempuan pacarnya itu di kursi yang kosong. Pierre langsung menghampirinya begitu menyadari keberadaannya, semakin cemas dengan kedua
Nicholas tidak percaya apa yang baru saja mereka dengar dari bibir Schneider barusan karena dia baru saja selesai makan siang yang disiapkan Askarovich beberapa menit yang lalu. Matanya melebar, berkedip tak percaya, menatap sosok yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi di wajahnya yang menciptakan rasa takut yang kuat dalam dirinya. Semua sel di tubuhnya seakan berhenti bergerak dengan otaknya sulit mencerna situasi saat ini. "Aku sudah selesai denganmu. Apa yang baru saja kukatakan cukup jelas untukmu, Nicholas Southampton?" Pria itu mengulangi kata-kata yang berhasil memberikan efek serangan yang kuat padanya. Dia menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak menangis di depannya. Apakah itu berarti mereka dibuang oleh William, seperti benda, setelah apa yang dia berikan kepada William Schneider — termasuk semua kekayaannya serta rumah besar miliknya milik pria itu? "Apa yang kamu lakukan di belakangku adalah mengacaukan rencana kita. Aku juga tidak ingin melakukannya karena ba
Ketika Erna membuka kedua matanya, dia menemukan bahwa dia tidak lagi berdiri di kamar tidurnya seperti yang terakhir dia ingat, tetapi sedang berbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Pusing menyerangnya saat dia memaksa dirinya untuk bangun dari tempatnya. Dia melihat sekeliling, tidak melihat Bianca bersamanya di sini. Ingatannya yang hilang memang telah kembali, berhasil mengisi kekosongan yang dia rasakan selama ini. Dari saat ia dan Alec terpaksa meninggalkan kediaman setelah menemukan keberadaan monster dengan wujud yang sulit untuk dideskripsikan, ia berhasil membunuh semua penjaga yang ditempatkan di kediamannya, serta para pelayannya. Darah menggenang di hampir setiap sudut ruangan, dengan ekspresi masing-masing mayat yang dipenuhi rasa takut hingga sulit untuk dilupakan. Dia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang mereka rasakan sebelum menghadapi kematian mereka sendiri. Mungkin mereka berteriak kesakitan. Atau mungkin monster itu membunuh mereka
Stephen meletakkan jarinya di sisi kanan tabletnya, membuka kunci layar. Sekarang layar tidak lagi menampilkan layar hitam kosong, menunjukkan kepada mereka titik-titik lokasi terjadinya serangan. Jari-jari Karl menggerakkan layar, sesekali mencubit untuk memperbesar atau memperkecil ukuran denah area Laurent, dan untungnya, Karl berbaik hati memberinya lebih banyak ruang sehingga dia juga bisa melihat apa yang ada di layar tablet. Ada banyak titik merah di sana—pertanda bahwa area tersebut telah berhasil diambil alih oleh kelompok musuh, menyisakan dua titik hijau yang menjadi satu-satunya area yang tersisa.Artinya, Schneider berada di balik serangan ini, gumamnya pada dirinya sendiri.Perhatian Stephen kemudian beralih padanya, menatapnya dengan tatapan bersalah. "Dan untuk informasi Anda, saya memberi tahu Anda bahwa tidak ada sesi latihan dengan Isabella hari ini, bukan karena saya melarang Anda--seperti yang mungkin Anda pikirkan--""Dan itulah yang kupikirkan," dia menyela, seka
Pria itu masih menatapnya dengan alis terangkat ketika dia mendengar kata-katanya, sementara dia berdehem, mencoba menghentikan suasana canggung yang tercipta begitu dia selesai berbicara. "Kamu bilang apa? Kamu sudah tahu tentang itu?" Dia mengangguk, membenarkan kata-kata pacarnya. Pria itu bergumam dengan suara yang lebih rendah pada dirinya sendiri, berbicara dalam bahasa yang terdengar asing di telinganya sebelum wajahnya berubah muram. "Apakah kamu baik-baik saja?" "Daripada itu, kenapa kamu tidak memberitahuku tentang kakak laki-laki Stephen?" dia meludah, berusaha menahan amarah yang dia tidak tahu mengapa mulai muncul di dalam dirinya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa makhluk yang menyerangku berumur dua belas tahun bukanlah serigala biasa, tapi manusia serigala?" Pria itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Diam saja, seolah laki-laki itu ingin memberinya kesempatan melampiaskan seluruh amarahnya pada laki-laki itu. Sikap pacarnya saat ini sedikit mengingatkannya pa
Sejak hari itu, semuanya telah berubah. Itu tidak seperti dulu.Mata Veronica tertuju pada Stephen yang sedang berbicara dengan beberapa orang di depan pintu masuk dengan wajah tegang, tidak langsung mengajak mereka masuk ke dalam mansion. Tangannya mencengkeram smartphone-nya erat-erat, membiarkan saluran TV di ruang tamu memutar serial N*****x favoritnya, Shadowhunters, dengan episode terakhir Season 4 yang tak lagi menarik baginya."Situasinya terlalu berisiko bagi kami, Bos."Dia mendengar salah satu orang berbicara dengan nada yang sedikit lebih tinggi daripada yang lain di sekitarnya yang berbicara dengan nada setengah berbisik — kemungkinan besar permintaan Stephen untuk memastikan dia tidak mendengar apa yang mereka diskusikan di pintu masuk mansion. . Lagipula, Stephen sudah aneh sejak awal. Jika pria itu tidak ingin dia mendengar seluruh percakapan 'rahasia', mengapa dia tidak membawa 'tamu' ke ruang pertemuan dan mengunci ruangan dengan rapat agar dia tidak mendengar semuany
Agak bingung dengan apa yang dikatakan Bianca atau apa yang terjadi, dia tetap menuruti permintaan Bianca yang sudah berjalan di depannya dengan langkah cemas melewati koridor. Dia merasa sedikit keberatan dengan alasan harus meninggalkan teh yang baru saja diisi ulang oleh salah satu pelayan yang bertugas mengisi ulang tehnya jika teh di cangkirnya habis tanpa perlu memberi tahu pelayan apa yang harus dilakukan. lakukan (berbeda dengan pelayan di rumahnya yang kurang responsif ketika datang ke hal seperti ini), dan harus meninggalkan jajanan lokal yang dia tidak tahu namanya tetapi dia tetap menyukainya karena rasanya yang tidak biasa dan berhasil membuatnya ingin terus menggigitnya lagi dan lagi. Selama dia mengenal Bianca sejak mereka bertemu di sekolah menengah hingga sekarang, satu hal yang dia ketahui dengan baik dari Bianca adalah bahwa sahabatnya tidak akan menjelaskan apa yang dia alami atau apa yang mengganggunya, seberapa besar masalahnya atau seberapa besar masalahnya. kua
Erna menyilangkan tangan di depan dadanya, menyembunyikan kekesalannya. Sudah hampir tiga jam sejak mereka dipaksa untuk kembali ke kediaman keluarga Zhang, diam-diam di ruang tamu ditemani oleh para pelayan keluarga Zhang – keluarga besar kakak Bianca, Erick Zhang – yang berdiri di sekitar mereka, menemani oleh aneka jajanan lokal dan teh hangat yang dari baunya saja ia langsung tahu bahwa itu adalah teh Biluochun, tanpa mendengarkan penjelasan apapun dari Bianca yang mondar-mandir di ruang tamu. Yang menahannya untuk tidak melampiaskan kekesalannya adalah ekspresi Bianca yang tampak gelisah, tidak seperti Bianca yang selalu bisa menghadapi situasi apapun dengan santai sebesar apapun masalahnya. Misalnya saat mereka duduk di bangku kelas tiga SMA dan pusing karena harus memikirkan ujian akhir dan juga persiapan masuk universitas dengan seleksi nilai yang sangat ketat. Alih-alih memfokuskan perhatiannya untuk belajar dan merencanakan masa depan seperti yang dia dan Vero lakukan, wanit
Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini selain membiarkan Stephen berada di dalam pelukannya sampai perasaan pria itu membaik. Tiba-tiba ia merasa menyesal karena sudah memaksa pria werewolf itu untuk menjawab pertanyaan yang pasti bagi pria itu membuka luka lama yang tertanam di dalam hati pria itu. "I am sorry, Nikki ..." Again, Nikki menemukan Stephen kembali menggumamkan kata-kata yang membuat perasaan bersalah di dalam dirinya semakin bertambah. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Stephen, berharap bahwa apa yang ia lakukan barusan berhasil membuat Stephen merasa lebih baik. "It's not your fault--" "No, Nikki. It's my fault," Stephen menyela perkataannya sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, melepaskan pelukannya sambil menyeka air matanya yang sedikit keluar membasahi pipi pria itu. Kedua mata pria itu menatap sayu ke arahnya, membuatnya sedikit lega karena akhirnya pria itu tidak lagi menghindar bertatapan mata dengannya. "Half of them was my fault," u
Erick memandangi sosok Theo yang kini duduk meringkuk di sudut ruangan dengan bibir gemetar, menggumamkan kalimat yang tidak bisa tertangkap jelas oleh telinganya saking kecilnya suara pria itu. Ia mengulum bibir bawahnya. Ia paham. Bagi Theo, ini pasti adalah fakta yang memukul telak pria yang selama ini hidup dengan membenci ibu tirinya tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Memang, ia tidak akan bisa memahami apa yang dirasakan oleh pacar laki-lakinya saat ini, karena semua hal itu tidak terjadi padanya. Dibandingkan dengannya yang hidup di keluarga latin yang selalu menjunjung tinggi keluarga dan mementingkan satu sama lain, keluarga besar Pedrosa di Waterford city jauh lebih rumit. "Tetap kondisikan dia agar tetap tenang saat menerima kenyataan yang sebenarnya. Aku tahu ini tugas yang sulit, tapi kurasa ini saat yang tepat untuk memberitahunya. Aku tidak mau semua usaha yang dilakukan Indri untuk melindungi anak-anaknya lenyap begitu saja." Kemarin, saat mereka tiba di kedia