Beranda / Romansa / Chemistrick / Family Portrait [1]

Share

Family Portrait [1]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-26 18:00:31

Para desainer Adiratna Maharani bekerja di lantai dua. Namun sejak awal Robin tidak pernah bergabung dengan yang lain. Itu karena Ariel memberikan tanggung jawab berbeda untuk putra bungsunya. Tak cuma wajib menyetor desain setiap bulannya, Robin juga harus ikut mengurusi bagian keuangan. Ayahnya ingin cowok itu belajar tentang banyak hal.

“Nggak ada salahnya kalau kamu tahu banyak tentang Adiratna Maharani di luar masalah rancangan, kan? Supaya kamu lebih paham sampai ke hal-hal detail. Papa lebih nyaman andai bisa mengandalkanmu dan Angie,” beri tahu Ariel di suatu ketika.

“Iya, Pa. Nggak masalah, kok! Justru ini jadi kesempatan supaya aku bisa belajar banyak,” sahut Robin.

Selama ini Robin tidak merasa keberatan. Dirinya memang merasa harus menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan agar tidak sempat berkeinginan untuk mabuk lagi. Meski sudah tak pernah lagi menyentuh alkohol dalam kurun waktu sekitar enam tahun terakhir, tetap saja ada

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Chemistrick   Family Portrait [2]

    Isidora yang dimaksud Ariel adalah cincin berlian dengan aksen daun-daun mungil yang “merambat” dan saling bertautan. Isidora langsung menarik perhatian begitu diluncurkan. Angka penjualannya memang terus menukik sampai saat ini.“Serius, Pa? Isidora menang dari Duchess?” tanya Robin tak percaya. Duchess bukan rancangannya tapi sejak awal diprediksi akan laris.“Ya. Isidora lebih laku dibanding Duchess. Posisi nomor dua dipegang Sahara. Duchess di tempat ketiga. Tapi keunggulan Isidora cukup signifikan.”Robin mengucap syukur dalam hati. “Jadi, Papa ke sini mau nagih desain yang lebih bagus dari Isidora atau mau ngasih bonus?” kelakarnya.“Nagih desain baru, tentunya. Bonus cuma diperuntukkan buat orang yang udah kerja di Adiratna Maharani minimal lima tahun.”Robin memasang ekspresi pura-pura terkejut. “Ternyata bosnya Adiratna Maharani pelit banget. Padahal aku udah kerja keras.&rd

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-27
  • Chemistrick   Kinda Crazy [1]

    Beban Robin kian berat karena harus pindah ke rumah baru yang diisi oleh orang-orang yang tak menyukai kehadirannya. Diana tidak menunjukkan kebenciannya dengan terang-terangan. Perempuan itu bersikap sopan tapi menjaga jarak. Diana juga menunjukkan ketidaksukaan ketika Enrico dan Angie merisak Robin dengan banyak ejekan. Akan tetapi, hal itu tidak membuat kedua kakak tirinya bersikap lebih baik.Olok-olok memang berkurang. Akan tetapi keduanya tetap bersikap dingin dan nyaris tak mau bicara dengan Robin. Jika terpaksa berkomunikasi dengan anak itu, semua dilakukan dengan nada ketus dan kalimat-kalimat tajam. Kecuali Ariel, semua orang jelas-jelas tidak mengharapkan kehadirannya di rumah itu.“Kalau kamu nggak ada keperluan, mending di kamar aja. Nggak usah berkeliaran di mana-mana. Bikin bete, tau!” Itu komentar yang sering dilontarkan Enrico.“Iya. Tiap kali ngeliat kamu, otomatis jadi ingat hal-hal yang nyebelin. Mood pun lang

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • Chemistrick   Kinda Crazy [2]

    Dulu, dia begitu marah dengan semua hinaan yang diterimanya. Namun perlahan-lahan Robin menyadari bahwa dia mustahil memuaskan semua orang. Dia takkan bisa mengubah pandangan buruk yang sudah melekat padanya. Meski dalam hal afair yang melibatkan ibu dan ayahnya, Robin sama sekali tidak bersalah. Justru bisa dibilang dirinya yang sudah menjadi salah satu korban dari perselingkuhan keduanya.Ketika Robin mengetuk pintu ruangan kakaknya, tidak ada suara dari dalam. Penasaran, Robin membuka pintu. Tak ada siapa pun di ruang kerja itu. Akhirnya Robin hanya meletakkan rancangannya di atas meja, sebelum meninggalkan tempat itu.Robin berniat untuk mencari makanan karena dia belum mengisi perut sejak pagi. Ini salahs atu kebiasaan jeleknya. Jika sedang keasyikan bekerja, bisa melupakan dunia. Saat ini sudah lewat pukul enam sore dan Robin mulai merasa lapar. Di saat yang sama, cowok itu mendengar ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan masuk yang berasal dari Nania, salah satu r

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Chemistrick   Sick of You [1]

    Melihat Serena lagi setelah tiga tahun, mau tak mau membuat kenangan akan perlakuan ibunya saat dia kecil, memenuhi pelupuk mata Vivian. Meski tak ingin menghadapi Serena saat ini, Vivian tak punya pilihan. Mustahil gadis itu melenggang meninggalkan toko roti tanpa menyapa ibunya.“Halo, Ma. Apa kabar?” Vivian mengulurkan tangan kanannya. Yang mengejutkan, Serena malah berdiri dan memeluknya. Tubuh Vivian sontak kaku. Dia sama sekali tidak menikmati dekapan yang pernah begitu dirindukannya itu. Tanpa kentara, Vivian melepaskan diri setelah menahan napas selama lima detik.“Mama baru nyampe di Jakarta tadi malam. Kamu sekarang kurus banget. Apa kamu sakit, Vi?” tanya Serena sambil menatap putrinya dengan penuh perhatian.Vivian nyaris tersedak. Perhatian semacam itu sangat didambakan gadis itu sejak kecil dan tak pernah didapatnya. Jika Serena bersikap hangat sekarang ini, semuanya sudah sangat terlambat. Pertanyaan Serena malah terasa jan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-04
  • Chemistrick   Sick of You [2]

    “Pa, zamannya udah beda. Kalau Papa masih ngotot mempertahankan tradisi atau entah apa namanya, lama-lama kita bakalan kalah bersaing. Kondisi toko sih oke. Tapi roti yang kita sediain jangan itu-itu aja meski rasanya memang enak. Tambahin cake, puding, atau muffin. Etalase jadi lebih meriah, pembeli pun punya banyak alternatif.”“Papa harus mikirin pelan-pelan, nggak bisa ambil keputusan gitu aja.”“Kemarin itu kok bisa kepikiran nyediain kopi juga? Itu kan tandanya Papa udah siap untuk berkembang ngikutin zaman. Roti dan kopi itu pasangan yang klop. Nah, kenapa nggak sekalian kita tambahin menu aja?”Rayuan mati-matian ala Vivian akhirnya berbuah manis. Semua usul gadis itu mendapat lampu hijau. Barry lebih dulu berdiskusi dengan Rima dan para karyawan yang sudah lama bekerja di Super Bakery. Nyaris semuanya menilai pendapat Vivian pantas untuk dicoba. Namun kemudian gadis itu tidak bisa terlibat lebi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Chemistrick   Hardest to Love [1]

    Sebelas tahun silam.Vivian mencari-cari ayahnya sepulang sekolah, kebiasaan yang melekat sejak kecil. Belakangan dia baru ingat jika Barry sedang keluar. Minggu depan mereka berdua akan terbang ke Bali, agenda rutin setiap tiga bulan. Barry biasanya mengajak serta Vivian meski itu berarti harus menyesuaikan dengan jadwal sekolah putrinya. Di Bali, mereka akan menginap di resor milik keluarga besar Barry, Nayanika.Barry memiliki saham sebesar 25 persen, sisanya menjadi hak ketiga saudara kandungnya. Vivian selalu menantikan perjalanan ke Bali. Nayanika yang berada di daerah Kintamani adalah tempat yang begitu disukainya. Meski biasanya dia dan ayahnya cuma menginap selama dua atau tiga hari saja.Kendati ada tenaga profesional yang mengelola termasuk ketiga saudaranya, juga mendapat laporan rinci setiap bulan, Barry tak mau lepas tangan begitu saja. Setiap tiga bulan, lelaki itu akan mendatangi resor. Barry memilih tetap fokus mengurusi toko roti yang merupakan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • Chemistrick   Hardest to Love [2]

    “Aku nggak benci sama Mama, Pa,” bantah Vivian buru-buru. “Tapi Papa tau sendiri hubungan kami kayak apa. Aku nggak bisa bermanja-manja sama Mama. Dulu, Mama yang bikin jarak, kan? Kalau sekarang mau diperbaiki, rasanya udah telat banget. Aku udah terbiasa ditolak, disuruh jauh-jauh dan nggak mengganggu Mama. Kalau dekat Mama, ada rasa cemas malahan. Takut Mama akan meledak dan marah-marah nggak keruan lagi.”Barry melipat tangan di atas meja, memandang Vivian dengan sungguh-sungguh. “Vi, kenapa kamu nggak nyoba sekali aja untuk memenuhi keinginan Mama? Kalau mau, Papa bisa mengantarmu ke apartemen Mama. Papa bisa nungguin juga di sana biar kamu nyaman. Atau, kita makan malam bertiga? Mama sengaja belum balik ke Bali sampai kamu mau meluangkan waktu untuk dia.”Itu berita yang mengejutkan bagi Vivian. Mengingat betapa selama ini Serena tak pernah peduli padanya. Dulu, Vivian kerap bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang ibu mengabaika

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07
  • Chemistrick   A Thousand Miles [1]

    Beberapa minggu kemudian.Robin menurunkan dua buah ransel dari dalam sebuah mobil jip. Kendaraan itu yang membawanya dari Pokhara menuju Siwai. Dia berada satu mobil dengan Nania, Alex, dan Rudi. Ketiganya dikenal Robin sejak dia menjadi relawan di Fit dan Bugar.Di antara mereka berempat, hanya Robin yang memiliki sejarah ketergantungan alkohol. Rudi dan Alex sudah lama saling kenal dan diajak seorang teman untuk menjadi relawan. Sementara Nania mengikuti kakaknya yang lebih dulu menjadi relawan.Jalanan yang berdebu menyambut rombongan itu begitu mereka keluar dari jip. Robin menggendong ransel berukuran kecil yang memuat keperluan pribadinya untuk hari ini. Sementara yang berukuran lebih besar dan cukup berat itu ditenteng dengan tangan kanan. Ransel itu nanti akan dibawa oleh porter yang akan menemani perjalanan mereka selama seminggu penuh.Kemarin, Robin dan orang-orang yang mengikuti tur menuju Nepal itu berangkat dari Jakarta. Transit di

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07

Bab terbaru

  • Chemistrick   Epilog

    Tujuh bulan kemudian....Vivian membenahi letak pigura yang berada di atas lemari pajangan. Benda itu berisi salah satu fotonya saat balita. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di rumah yang ditempati Serena sejak pindah ke Ubud ini, foto itu mengejutkan Vivian. Dia tak pernah mengira jika ibunya menyimpan beberapa hasil jepretan kamera ayahnya di masa lalu.Gadis itu menghela napas. Dokter memperkirakan ibunya hanya memiliki waktu selama tiga bulan maksimal. Namun Tuhan memberi hadiah yang luar biasa, berupa tambahan waktu selama empat bulan lagi. Total Vivian sudah tinggal di Ubud selama tujuh bulan terakhir.Jika diingat lagi, Vivian menyayangkan pilihan Serena untuk menyembunyikan penyakit fatal yang dideritanya dari semua orang. Hanya Shinta yang tahu. Jika Vivian sudah tahu sejak awal, mungkin dia akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama Serena yang berubah menjadi ibu yang penuh cinta di saat-saat terakhirnya.Kini, penderitaan Serena sudah b

  • Chemistrick   Beautiful Goodbye [4]

    Vivian dan Serena menghabiskan waktu bersama sekita satu jam di teras. Setelah hari kian sore dan suhu lebih dingin, mereka pun masuk ke dalam rumah. Vivian menggandeng lengan kiri ibunya. Robin tidak kembali ke teras, tampaknya memberi waktu pada Vivian dan Serena. Ternyata cowok itu sedang menonton televisi di ruang keluarga.Robin tersenyum lebar begitu melihat Vivian dan ibunya. Serena bergabung dengan Robin sementara Vivian memilih untuk mandi. Sebelumnya, dia sempat mendatangi dapur untuk membantu Shinta yang tampaknya sedang menyiapkan makan malam.“Ada yang bisa saya bantu nggak, Mbak?” tanya Vivian. Dia baru tahu dari Serena bahwa Shinta berasal dari kota Demak. Tadinya, perempuan itu bekerja sebagai petugas kebersihan di resor. Saat kontraknya habis dan tak dilanjutkan, Shinta pun sempat tak memiliki pekerjaan. Di saat yang sama, Serena pindah di rumah itu. Shinta yang sering dimintai tolong oleh Serena pun diajak serta dan ditawari pekerjaan seba

  • Chemistrick   Beautiful Goodbye [3]

    Ketiga paman Vivian menyambut Vivian dengan pelukan hangat karena mereka memang sudah lumayan lama tak bersua. “Apa kamu bakalan lama di sini, Vi?” tanya kakak tertua ayahnya, Herman. Keluarga ayah Vivian tahu betul apa yang terjadi pada rumah tangga Barry-Serena. Namun semua orang tetap bersikap baik pada ibunda Vivian.“Sampai Mama sembuh, Om,” sahut Vivian dengan penuh keyakinan.“Om pun nggak tau kalau mamamu sakit. Tiap kali ke sini untuk ngantor atau rapat, nggak ada tanda-tanda kalau Serena lagi sakit. Cuma memang belakangan berat badannya mulai turun. Tiap kali ditanya, mamamu cuma bilang kalau dia lagi diet,” imbuh paman Vivian yang lain, Mirza.Robin juga disambut dengan sikap hangat oleh ketiga saudara ayah Vivian. Semua tertarik saat tahu bahwa Robin pernah berkuliah mendalami bidang forensik yang kemudian malah terjun menjadi seorang perancang cincin. Banyak pertanyaan yang ditujukan untuk cowok itu. Menurut Vivia

  • Chemistrick   Beautiful Goodbye [2]

    “Jangan marahin Mbak Shinta, Ma. Memang udah seharusnya aku dan Papa tau kalau kondisi Mama lagi sakit. Kenapa selama ini Mama nggak pernah ngomong apa-apa?” tanyanya dengan suara bergelombang. Serena tak segera menjawab. Perempuan itu mengelus punggung putrinya dengan lembut. Vivian juga menangkap isak halus yang meluncur dari bibir ibunya. “Karena Mama nggak mau nyusahin siapa pun, Vi. Apalagi, Mama punya banyak salah sama kamu dan Papa. Mama nggak punya nyali untuk ngomongin penyakit Mama.” Hati Vivian tercabik-cabik. Dia memang memiliki banyak sekali kebencian pada ibunya sejak bertahun silam. Namun, di detik ini, Vivian tahu bahwa semua perasaan negatifnya itu sudah mendebu. Membayangkan ibunya tak ada lagi di dunia ini sebelum hubungan mereka membaik, membuat Vivian susah untuk bernapas. “Aku akan tinggal di sini, nemenin Mama. Sampai Mama sembuh,” ungkap Vivian sembari merenggangkan dekapannya. Gadis itu mengusap air matanya dengan punggung tangan kana

  • Chemistrick   Beautiful Goodbye [1]

    Vivian benar-benar kehilangan tenaga. Dia terduduk di tepi ranjang dengan tubuh seolah baru saja berubah menjadi jeli. Dia cuma memandangi Debby dan Barry yang sibuk menyiapkan koper berikut segala keperluan gadis itu. Dia akan terbang ke Bali beberapa jam lagi untuk melihat sendiri kondisi Serena.Sekitar satu jam lalu, Barry ditelepon oleh asisten rumah tangga Serena di Bali, Shinta. Perempuan itu mengontak ayah Vivian karena kondisi Serena memburuk usai kembali dari Jakarta. Alhasil Serena terpaksa dirawat di rumah sakit. Ini sudah hari ketiga. Dan Shita memutuskan bahwa ini saatnya memberi tahu mantan suami Serena.Namun, bukan itu bagian yang paling mengejutkan Vivian. Melainkan fakta yang selama ini diam-diam disimpan ibunya. Bahwa Serena menderita kanker serviks stadium awal. Dokter bahkan meramalkan bahwa perempuan itu takkan bisa bertahan hingga tiga bulan ke depan karena penyakitnya telat ditangani. Serena bahkan menolak kemoterapi karena dinilai tak ada guna

  • Chemistrick   You are The Reason [2]

    “Hah?” Tubuh Robin mendadak tegak. “Kenapa telat?”“Karena aku udah ngomong sama Papa soal kamu.” Vivian tersenyum lebar. “Nggak ada masalah sama sekali, Bin. Jadi, kamu nggak perlu cemas lagi.”Robin memajukan tubuh dengan pupil mata melebar. “Serius, kamu udah ngomong?”“Iya, udah.” Sebagai penegasan, Vivian mengangguk. “Kaget pastinya, tapi cuma sebatas itu doang. Papa malah cemas akunya yang bakalan ribet karena inget semua yang udah kejadian. Kubilang, masa-masa itu udah lewat.” Gadis itu tertawa kecil.“Papamu nggak keberatan sama sekali?” Robin tak percaya.“Nggak, Bin. Buat Papa, yang terpenting kamu itu orang yang bertanggung jawab. Bukan playboy murahan yang bakal bikin anak kesayangannya patah hati,” respons Vivian.“Playboy murahan,” ulang Robin sambil tergelak. “Aku cowok baik-baik, Vi.

  • Chemistrick   You are The Reason [1]

    Robin duduk di depan Barry dengan bahu tegang dan keringat membasahi punggung. Padahal, suhu di dalam Super Bakery sama sekali tidak panas karena dilengkapi dengan pendingin udara yang suaranya berdengung samar. Di sebelah kirinya, Vivian berceloteh santai tentang sahabatnya yang akan pulang untuk berlibur.“Kamu kok diam aja dari tadi, sih?” Vivian menyenggol Robin dengan bahunya.“Kan aku lagi dengerin kamu ngomong,” elak Robin. Cowok itu mati-matian menekan rasa gugup yang meremas-remas sekujur tulangnya.Sebenarnya, dia ingin menolak saat Vivian menelepon dan memintanya datang ke toko roti tadi sore. Selain karena dia masih belum menyelesaikan desain cincin terbaru yang diminta ayahnya, Robin juga belum siap untuk bertemu Barry. Mendatangi Super Bakery seusai magrib, hampir pasti akan bertemu pemiliknya. Robin belum menemukan ide cemerlang untuk membuat ayah Vivian menyukainya meski tahu dirinya adalah putra bungsu Ariel.Bahka

  • Chemistrick   I Found Heaven [3]

    Serena sempat menawari putrinya untuk menginap, tapi Vivian merasa itu langkah yang terburu-buru. Karena itu dia pun menolak dengan halus. “Lain kali aja ya, Ma,” balas gadis itu tanpa merinci alasan penolakannya. “Nggak apa-apa, kan?”Serena menjawab sambil tersenyum. Matanya berkaca-kaca. “Iya, lain kali juga nggak apa-apa.” Tangan kanannya mengelus pipi putrinya dengan lembut.Saat berjalan bersisian meninggalkan lantai sembilan belas yang dihuni Serena, Vivian menggenggam tangan Robin dengan erat. Perasaannya sulit untuk digambarkan dengan detail. Tadi pun Vivian masih mengira harus melewatkan satu malam yang menyiksa bersama ibunya. Namun dia memaksakan diri karena mempertimbangkan dorongan dari Robin dan juga ayahnya. Ternyata, yang terjadi sama sekali tidak mengerikan. Malah, bisa dibilang, Vivian menikmati makan malam tadi.“Makasih ya, Bin. Karena kamu … bikin semuanya terwujud. Makasih juga karena kamu n

  • Chemistrick   I Found Heaven [2]

    Tadinya Vivian mengira bahwa hubungannya dengan Robin akan berat untuk dijalani. Namun pertemuannya dengan Ariel itu justru memberi efek yang tak terduga. Vivian akhirnya bisa percaya bahwa hidupnya baik-baik saja dan berlimpah cinta. Dari keluarga dan juga Robin. Semua masa lalu yang pahit itu justru membuatnya lebih kuat. Satu lagi, hubungannya dengan Serena ternyata tidak mustahil untuk diperbaiki. Meski mungkin saja interaksi mereka tidak akan pernah benar-benar cair.“Jujur aja, tadinya aku nggak berani ngebayangin bakalan ketemu sama papa kamu, Bin. Aku udah mikir yang jelek-jelek. Tapi kadang Tuhan memang ngasih kejutan yang sama sekali nggak disangka. Pas beneran ketemu papamu di apartemen kemarin, ternyata nggak seberat yang ada di kepalaku,” aku Vivian jujur.“Makanya, jangan suka mikir yang negatif melulu,” komentar Robin. Telunjuk kanan lelaki itu diusapkan di kening Vivian. “Seringnya, bayangan di kepala kita jauh lebih dramat

DMCA.com Protection Status