Home / Romansa / Chaos After Being With You / Bab 3 | Firasat Buruk Airin

Share

Bab 3 | Firasat Buruk Airin

Author: Putkerr
last update Last Updated: 2022-01-18 09:21:02

“Benar-benar tidak akan ada yang menyangka kapan datangnya kematian. Dia bisa datang saat kau sedang bahagia, sedih, bahkan juga ketika kau tidak melakukan apapun.”

Pagi hari. Hari-H pernikahan Raihan dan Zahra

Airin yang sudah rapi memakai kebaya putih yang senada dengan seluruh teman dekat dan keluarga yang sudah hadir untuk acara akad Raihan hari ini terlihat masih khawatir dan sudah mondar-mandir dari depan ke dapur berkali-kali.

Melihat Airin seperti itu, Ibu Raihan, Bu Dewi, menghampirinya,

“Kenapa, Rin? Ada yang kamu cari?” Tanya beliau.

Airin tidak menjawab, hanya menelan liurnya berat. Dia sudah bangun jauh sebelum subuh, perasaannya sudah tidak enak sejak kemarin malam. Ada pengantin yang mau akad esok hari tapi masih belum di satu tempat yang sama saja sudah aneh. Maksudnya, minimal mereka ada di daerah yang sama. Atau apapun yang bisa memastikan dengan mudah keberadaan keduanya.

“Ngapain telepon si Zahra? Bukannya dia nggak bakal sempet pegang hape, ya?” Tanya ibu Raihan melihat Airin yang terlihat khawatir dengan telepon yang tengah berusaha memanggil nomor Airin.

Beliau benar. Mana ada pengantin wanita yang sibuk memegang ponsel sementara sekarang adalah hari H akad nikah nya?

Tapi tetap saja, ada yang mengganjal di benak Airin. Dia tetap saja berusaha untuk menghubungi ponsel Zahra. 

Berkali-kali ia menekan tombol panggil, berkali-kali juga Zahra tidak mengangkatnya.

Ia memasuki kamar Raihan tanpa aba-aba. Dilihatnya Raihan terkaget dan menghentikan hafalan kalimat akadnya dengan jari menghitung dan duduk di atas kasur.

"Weh, lu kalo masuk ketok pintu dulu, kek. Kalo gue lagi ngapa-ngapain gimana?" Protes Raihan.

"Emang lo sekarang ngapain?" Tanya Airin sambil memandang Raihan yang hanya memakai handuk sepinggang, shirtless.

Pemandangan ini bukanlah hal yang terlalu 'wah' atau mengagetkan untuk Airin.

"Ya, kan abis ini ni kamar bakal jadi saksi bisu anjir! Kalo lo masuk pas gue lagi ngapa-ngapain gimana nanti?"

Airin melirik malas ke arah Raihan lalu melempar bantal kecil dengan cukup keras.

"Religi mulu pembicaraan lo!"

"Lo tu yang religi, anjir. Masuk kamar pengantin cowok sembarangan. Iya ini gue cuma shirtless, kalo nanti nganu, gimana? Bukan muhrim, kita mah!"

"Wah.. ngaco lu ya! Sini lo!"

Airin mengumpat sambil memelototi Raihan dan berusaha memukulnya dengan bantal di tangannya. Sementara Raihan berusaha menghindar sambil berlari memegang lipatan handuknya.

"Gue lagi khawatir ditanyain kek kenapa. Malah diajak ngomong religi."

“Emang kaga ada perubahannya ni yang katanya mau jadi suami orang!”

“Kenapa sih?” Tanya Raihan menyerah pada akhirnya.

“Nah dari tadi kek ditanyain kenapa!” Airin berhenti melemparkan bantal-bantal pada Raihan.

Tiba-tiba, ibunda Raihan memasuki kamar Raihan dan sedikit tertegun melihat Raihan dan Airin berdiri di atas sofa dan kasur. Dengan kondisi kamar berantakan dengan bantal-bantal kecil berserakan dimana-mana.

Masih belum melanjutkan apa yang akan dibicarakannya, beliau masih diam sambil melihat Raihan menendang ringan Airin sehingga membuat gadis itu tersungkur.

“Aduh..” Seru Airin. Dibalas lemparan bantal lagi olehnya pada Raihan.

“Kenapa, ma?” akhirnya Raihan menyadari kehadiran ibunya.

“Mulai persiapannya sekarang, ya. Mbak rias nya udah dateng.” Jeda sejenak, ia mengalihkan pandangannya kepada Airin. “Rin, ikut Mama buat siapin yang terima tamu di depan, ya. Kita makeup habis Raihan aja.”

“Oke, ma.” Airin meninggalkan kamar Raihan mengikuti bu Dewi dengan tak lupa masih menjahili Raihan dengan ekspresi ancamannya.

Sesaat berada di dekat Raihan, membuatnya lupa apa yang sedang ia khawatirkan. Sejenak ia lupa bahwa ia sedang memikirkan sesuatu yang sangat mengganggu kepalanya. Jika dipertanyakan lebih lanjut apa penyebab firasat buruk itu, dia hanya berasal dari kekhawatiran yang tidak berdasar karena belum melihat Zahra sebagai mempelai di lokasi yang sama.

Mengkhawatirkan hal buruk di hari pernikahan orang tersayang, ditakutkan malah jadi doa di kepala Airin. Karena itulah khawatir nya berkepanjangan.

Airin terkadang juga kesal dengan pikirannya sendiri, dimana terkadang ia mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Tapi jika benar-benar terjadi, maka ia akan menyalahkan dirinya habis-habisan karena tidak mendengarkan firasat yang ia pikirkan tadi. 

Dan sialnya, sebagian dari firasat yang terjadi adalah firasat yang buruk.

Ada alasan kenapa dia sangat bergantung pada Raihan selama beberapa tahun. Karena hanya Raihan yang mengerti kondisinya saat ia berada pada fase itu. Hanya Raihan yang akan selalu mendengarkan dan mengerti keadaannya tanpa memaksanya melakukan apapun. 

Tanpa berkata, 

“Ini bukan salah kamu.”

“Takdir di masa depan gak ada yang tau.”

Atau kalimat lain yang makin menyalahkan Airin saat ia sedang menyalahkan dirinya sendiri. Saat ia mengiyakan ajakan Farhan untuk menjalin hubungan, ia tidak pernah benar-benar yakin untuk menjalaninya. Karena itu Airin tidak mengambil langkah maju dalam hubungannya hingga sekarang, dan hanya Raihan yang mengetahui hal itu, karena itu lah dia tidak pernah menjustifikasi Airin, sekaligus selalu melindungi Airin ketika mendapat komentar yang mungkin akan menyinggungnya nanti.

Setelah Airin pikirkan berkali-kali, Raihan menjaganya dengan sangat baik selama ini, dia masih tidak punya gambaran bagaimana dan kepada siapa dia harus mengatakan atau minimal butuh orang yang akan menemaninya selama berjam-jam tanpa melakukan apapun seperti yang Raihan lakukan kepadanya, setelah sahabatnya itu menikah hari ini.

Sesekali, sesaat setelah ia sadar dari khawatirnya yang berlebihan, ia berpikir, bukankah baik jika Raihan saja yang menjadi teman hidupnya hingga akhir.

Dan.. tentu saja pikiran itu langsung ditepis logika nya yang masih bisa ia kontrol. Pikiran apapun bisa muncul dalam pikiran kita, tapi tindakan kedepannya, tetap kita yang memutuskan harus bagaimana. Segera saat pikiran menjadikan Raihan sebagai orang yang lebih dari sahabat bagi hidupnya, ia langsung menyadari kehadiran Zahra dan Farhan dalam hidup mereka. Dia akan langsung mengingat bagaimana kenyataan hubungannya dengan Raihan.

Cinta?

Bukan, bukan rasa cinta. Jika kalian paham, suatu rasa dimana sepertinya, kita tidak akan mengkhawatirkan apapun jika bersama dia kedepannya nanti.

Dan, rasa itulah yang Airin inginkan dalam hubungan terdekatnya. Rasa aman, nyaman, dan tidak kepikiran satu hal yang belum tentu terjadi. Rasa khawatir yang menyebabkan dia tidak bisa menikmati masa kini dengan nyaman dan tenang.

Ada satu hal yang Raihan tidak tahu tentang dirinya hingga sekarang, yakni tentang niat Airin yang akan terus melajang seumur hidupnya, jikalau dirinya masih tidak memberi kejelasan yang cukup ia yakini pada Farhan.

Dia bisa hidup sendiri, dia yakin itu. Justru dirinya mengasihani Farhan jika harus menetap di kehidupan Airin yang sangat goyah dan rawan roboh. Dia juga berhak hidup dengan punya pasangan yang mempercayainya, dan yakin akan hubungannya kelak. Bukan seperti Airin.

Penuh keraguan. 

Entah benar dengan dengan dalih pengalaman masa kecilnya yang membuat dia tidak punya cukup kepercayaan diri. Atau hanya dia yang menciptakan tembok ketakutan itu. Dia juga tidak bisa menjawab dengan pasti.

“Rin, ayok!” Panggil ibu Raihan kembali masuk ke dalam kamar.

Airin sadar. Ternyata dari tadi ia sedang melamun. 

Lagi-lagi.

Dia tenggelam dalam pikirannya,

sendiri.

“Oh.. iya.. ma.. bentar,” Airin menuju ke meja Raihan. “Han, lo gak bakal butuh ponsel, kan?”

“Kagak, paling si Zahra gak bakal bisa dihubungin. Sibuk dandan.”

Gua bawa, ya. Penting. Sandi tetep kan? Pola 23176?”

“Engga. Udah ganti jadi ulang tahun Zahra.”

“Berapa?”

“Yailah masa nggak tau, sih?”

Walhasil bantal kembali terlempar ke kepala Raihan. “Permisi kakanda, dia calon istri lo bukan gue. Ngapain gue ngapalin?”

“Santai aja kali,” Raihan mengambil ancang-ancang melempar Airin kembali. “Make pola 2310”

Dirampasnya ponsel Raihan lalu ia bergegas keluar.

***

Airin sudah rapi memakai setelan kebaya berwarna salem dengan hiasan rajut yang senada dengan teman-teman Raihan dan Zahra yang akan datang ke akad hari ini. Rambutnya cantik digelung ke belakang agak ke atas dan hanya dihias jepit bunga sederhana di sisi kanan kepalanya. Sementara sisi kirinya diselipkan poni yang tak dirapikan.

Model seperti berantakan, tapi tetap terlihat rapih dan cantik untuk Airin. 

Wajahnya hanya berpoles warna terang di bagian bibir dan pipi. Riasan mata yang mencolok tidak terlalu diperlukan untuk Airin yang memiliki mata belo dengan ukuran kepala tidak terlalu besar.

Hanya saja ada satu yang kurang di wajahnya yang manis. Senyumannya.

Sebenarnya, Airin baru saja ada sedikit pertengkaran kecil dengan ibunda Raihan.Beliau sudah tau bahwa Airin sangat lengket dan tidak pernah berpisah sejak 20 tahun ke belakang. Tapi saat ini, sudah waktunya ada batasan nyata di antara mereka karena putranya akan berstatus sebagai suami orang sebentar lagi.

Bu Dewi menyimpan komentarnya karena takut akan melukai Airin yang sangat disayanginya, bahkan sudah dianggap sebagai anak sendiri. Hingga akhirnya meledak barusan.

Dia melihat Airin terus menerus menghubungi Zahra, orang tua, serta beberapa kerabat yang ada di pihak Zahra tanpa ia tahu kenapa. Kesal hanya terus diam, dia merampas---dengan mungkin agak kasar--- ponsel Raihan dari tangan Zahra. Tak lupa pula, kalimat yang keluar dari mulutnya,

“Kamu ini kenapa seh, Rin? Dari tadi tak liat kok gridu ae sama Zahra. Ya jelas nggak bales, orangnya mau nikah. Wes diem mo. Jangan chat Pak Nardi terus. Mama yang nggak enak. Mereka nggak bakal kemana-mana juga, kok. Lah wong acaranya di sini.”

Sementara Airin yang jarang, bahkan hampir tidak pernah dimarahi secara langsung oleh ibunya Raihan cukup terkejut beliau marah padanya hanya karena hal itu. Airin tertegun karena pada akhirnya banyak orang yang menatapnya karena hal itu. Dia menyadari, mungkin hal itu hal yang kecil baginya, tapi tidak bagi ibu Raihan dengan posisi orang tua mempelai pria.

Bagaimanapun juga, Airin hanya teman dari Raihan, bukan saudara kandung yang berhak mencampuri urusan Raihan yang mencakup keputusan hingga keluarga besarnya. Airin menyadari bahwa dia mungkin terlalu ikut campur saat ini hingga akhirnya undur diri.

Dia bahkan terlalu sungkan untuk masuk ke ruang rias yang sama dengan ibu Raihan seperti janjinya awal tadi. Saat ini akhirnya terlihat jelas perbedaan tone make up Airin dan yang lain. Dimana dia tampil sederhana dengan riasan tangannya sendiri, sementara yang lain terlihat lebih tebal dan ada corak khas yang seirama. 

Awalnya dia direncanakan untuk berdiri di depan bersama dengan orang tua Raihan sebagai perwakilan saudara perempuan. Tapi melihat selendang yang diberikan kepada orang di depan sana, membuat dirinya hanya duduk di belakang, dan tersenyum sendu.

Orang-orang yang tadi sempat mengetahui perselisihan ringan antara di dan Bu Dewi menatapnya seolah-olah telah terjadi masalah besar seperti dia yang akan merebut posisi mempelai wanita saja. 

Airin membenarkan jam tangan di tangan kirinya. Ia baru sadar bahwa ini sudah lewat 15 menit sejak tadi pihak keluarga Zahra bilang akan sampai di lokasi. Orang-orang yang bertugas menyambut bahkan sudah lama berdiri di depan dan mungkin sudah hampir kelelahan karena sebagian mereka memakai alas kaki formal yang cepat membuat lelah.

Dilihatnya Bu Dewi, Ibu Raihan, menerima sebuah telepon dari ponsel Raihan ---yang tadi dirampas darinya---. Airin pikir, mungkin itu dari pihak Zahra.

Tapi setelah ia perhatikan lagi raut mukanya, itu sama sekali bukan wajah ssuka cita menyambut calon pengantin. Alisnya terlihat menyatu dan tangannya tiba-tiba gemetar. Beliau terlihat mencoba membuka ponsel Raihan, tapi rupanya tidka bisa.

Akhirnya kepalanya memutar, terlihat seperti mencari seseorang. Sampai matanya bertatapan dnegan mata Airin. Dia terlihat berharap, lalu dengan cepat berlari kecil menuju Airin.

Perasaan Airin sudah was-was, segala kekhawatiran  dan kemungkinan buruk yang ada di pikirannya tadi tiba-tiba kembali lagi.

Jangan sampai benar-benar kejadian.

Dalam setengah lamunannya, Airin mendengar kalimat yang cukup mengejutkan dari mulut Bu Dewi,

Semoga bukan, Batinnya.

“Airin, Zahra.. Keluarganya.. Rin..” Ucap  Bu Dewi yang pada akhirnya tidka bisa membendung air matanya.

.

.

.

Oh, shit. Kenapa dia selalu ditakdirkan untuk punya firasat buruk yang selalu kejadian?

Related chapters

  • Chaos After Being With You   Bab 4 | Menerima Kabar Buruk

    Tatapan khawatir yang berasal dari mata Bu Dewi membuat Airin merasa bahwa sepertinya ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.Dan ya.. Sekaligus juga menambah alasan ketakutan Airin pada firasat buruknya. Ia sudah kehilangan hasrat untuk hidup saat melihat wajah Bu Dewi yang pucat walau dengan riasannya yang mencolok. Ini adalah saat-saat yang paling menakutkan baginya.Dia benci berencana karena yang ada di pikirannya hanya akan ada firasat buruk saja. Dan sialnya, dia punya takdir yang membuat firasat buruknya selalu saja jadi kenyataan.Seolah-olah dia bisa melihat hal buruk yang akan terjadi di depan matanya.Airin bersama dengan ketakutannya, berjalan mundur, berharap ia tak akan mendengar apapun yang keluar dari mulut Bu Dewi sebentar lagi,

    Last Updated : 2022-01-18
  • Chaos After Being With You   Bab 5

    Melihat Airin dan Raihan keluar dari kamar setelah berjam-jam, menimbulkan dua perasaan yang bertolak belakang dalam hati Bu Dewi, Ibunda Raihan. Satu sisi ia lega, putranya tidak melakukan hal buruk, namun di sisi lain, ia juga khawatir.Setelah ada celetukan kerabatnya untuk menikahkan mereka berdua, dia khawatir. Khawatir karena dalam keputusan hatinya yang paling dalam, ia setuju dengan kerabatnya itu, tapi kondisi saat ini juga begitu mengkhawatirkannya.Tapi .. Jika Airin jauh dari Raihan, Bu Dewi tidak tahu hal apa yang akan terjadi nanti karena Raihan jelas akan menjadi penyendiri. Dia tidak tahu harus mengandalkan siapa lagi, karena hingga saat ini, hanya Airin yang dapat diandalkan untuk mempercayakan Raihan padanya.Dia memutuskan untuk keluar, mengikuti Raihan dan Airin.

    Last Updated : 2022-01-18
  • Chaos After Being With You   Bab 6 | Perubahan Poros Hidup Airin

    “Raihan bukan orang yang baru kenal kemarin sore, tapi juga tidak kamu siapkan untuk hidup bersama dia selamanya sebelum ini. Tapi kami, tidak akan menanyakan kenapa kamu memilih keputusan ini” Rabu, 16 Juni 2021, Rumah keluarga Raihan, Puncak. “Kamu yang bakal jadi pengantinnya Raihan.” Airin menatap ibu Raihan makin serius sekaligus terkejut. “Apa maksud Mama?” “Acara pernikahannya nggak jadi batal hari ini. Cuma pengantinnya yang diganti.” Airin mengerutkan kening, menyatukan alisnya. Wajar saja, siapa yang tidak terkejut dengan kalimat itu? Sahabatnya baru saja kehilangan calon istri dan batal menikah, tiba

    Last Updated : 2022-01-27
  • Chaos After Being With You   BAB 7

    Kamis, 17 Juni 2021, Rumah keluarga Raihan, Puncak. Airin membuka matanya berat. Dilihat samping ranjangnya kosong dan suara shower kamar mandi terdengar kencang, mungkin Raihan di sana. Dia beranjak duduk, sadar bahwa dirinya tak memakai apapun, Airin mengeratkan selimut, memutari tubuhnya. Ia bangkit mencari bajunya yang berserakan di lantai untuk dipakainya lagi. Belum selesai memungut, tiba-tiba saja Raihan keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk berwarna putih melingkar menutupi pinggang. Dia dan Airin sama-sama terkejut saat melihat satu sama lain. Lalu berakhir canggung setelah Airin reflek mengalihkan pandangan sesaat melihat ke arah badan Raihan yang atletis sedang terbuka jela

    Last Updated : 2022-02-07
  • Chaos After Being With You   Bab 8

    Kamis, 17 Juni 2021, lt.17 gedung kantor bersama, ruangan Consultant Engineering, Airin Wijaya.Airin hanya diam menatap pemandangan gedung-gedung tinggi dari jendela kantornya pada pagi hari menjelang siang ini. Sejak keluar dari rumah Raihan tadi pagi, yang harus melalui 2 jam perjalanan naik turun bukit menuju apartemennya, hingga perjalanan menuju kantor tempat ia bekerja, pikirannya hanya mengarah pada satu hal,“Seberapa rendah posisinya saat ini?”Pagi ini, sebenarnya bisa saja dia tidak pergi ke kantor karena tidak ada hal mendesak yang harus diurus secara langsung. Tapi juga sangat tidak menyenangkan jika Raihan kesanan nantinya. Kantor di lantai 17 ini adalah satu-satunya tempat dimana

    Last Updated : 2022-02-14
  • Chaos After Being With You   Bab 9 | Salah Paham

    Jum’at, 18 Juni 2021Meja makan rumah Raihan yang terletak di dataran tinggi dan bersebelahan dengan kebun teh keluarga itu terlihat penuh dengan perintilan soto. Raihan yang baru datang dan melihat makanan itu tiba-tiba teringat pada Airin. Entah dimana wanita itu berada sekarang.“Kamu mu ngurus berkas nikah kapan? Nggak baik ditunda terus meskipun sah agama.” Bu Dewi bertanya pada Raihan.“Hari ini, ma.” Spontan saja ia menjawab, karena ia membatalkan cuti dan akan mulai masuk kerja esok hari. Tidak ada perbincangan lagi, Raihan mengetik pesan singkat pada Airin.Hari ini ke kantor sipil&m

    Last Updated : 2022-02-25
  • Chaos After Being With You   BAB 10 | Sama Saja

    “Percuma saja menikah, jika mereka sama-sama tidak bahagia.”Kesalahpahaman sudah tidak lagi dapat dicegah diantara Raihan dan Airin. Saat sampai di rumah, Raihan melanjutkan untuk tidak terlalu memperdulikan Airin sehingga membuat wanita itu makin salah paham.Pintu kamar ditutup begitu saja dengan keras di depan Airin tanpa mempersilahkannya masuk terlebih dahulu. Hl itu sukses membuat Airin berpikir keras mengulang kejadian sehari ini, apakah dia ada kesalahan?Suasana rumah sepi dan hari sudah gelap. Badan Airin benar-benar meminta untuk diistirahatkan tapi masih banyak masalah yang harus dia hadapi sekarang.Dia mengurungkan diri masuk ke kamar dan melangkahkan kakinya ke dapur. Sejenak meluruskan punggung dan meneguk beberapa tegukan air yang melegakan te

    Last Updated : 2022-03-02
  • Chaos After Being With You   BAB 11  | Airin dan Zahra

    “Rasa yang ia miliki dengan Airin berbeda. Rasa aman, lega, dan tenang melangkah ke depan, sebagai sahabat yang selalu ada, belum dimiliki pada diri Zahra.”Pasangan muda yang baru saja ‘berbaikan’ kemarin itu sibuk menata perabot yang baru datang dari mobil pick up di depan rumah mereka. Candaan dan saling melempar godaan tak henti keluar dari mulut mereka.Sungguh begitu beruntung jika diberi kesempatan untuk hidup bersama dengan orang yang sudah lama kita kenal. Ada banyak yang sudah kita ketahui tentang orang tersebut, dan pula banyak alasan untuk memahami sifatnya yang membuat kita cepat luluh.Situasi yang sama terjadi pada Raihan dan Airin.

    Last Updated : 2022-03-08

Latest chapter

  • Chaos After Being With You   BAB 43 | Bertemu

    Sepasang sahabat yang sudah saling mengenal selama 20 tahun, yang tanpa diduga dalam suatu hari, diiringi kejadian klise dan sangat tak bisa diterima logika kebenarannya, hanya berdiri mematung, saling berpandangan dalam diam. Tak satu patah kata pun keluar dari mulut mereka walau pandangan mata mereka saling berebut dan mencoba untuk mengatakan banyak hal dari sana.Airin tak pernah memandang Raihan selama ini. Sejak dahulu, gadis itu enggan untuk menatap mata siapapun terlalu lama, kemalangan yang sering ia terima di sepanjang hidupnya membuat dia memiliki rasa empati berlebihan yang menganggap bahwa semua orang punya banyak masalah dan tak seharusnya menjadi penopang masalahnya. Tapi pada orang lain, dia melakukan kebalikannya.Kepada Raihan contohnya.Airin menjadi orang yang tahu betul bagaimana Raihan struggling menjalani hidupnya sendiri, yang baginya nampak lebih berat daripada apa yang ia rasakan. Menjadi korban perundungan hanya karena kondisi lahiriyah manusia, sungguh tida

  • Chaos After Being With You   BAB 42 | Akhirnya Bertemu

    “Harus banget, ‘mas yang nganterin?” Tanya Raihan kala sedari tadi pagi, Tito yang sejak kembali ke rumah seminggu lalu itu hanya mendiamkan dan sesekali mendengus sinis padanya, memaksa untuk mengikuti dirinya entah kemana.Pertanyaan Raihan tentang tujuan kemana sang adik hendak membawanya pergi sama sekali tak digubris. Pria muda yang gerak geriknya sangat jelas masih menaruh kesal pada sang kakak itu hanya mengatakan satu kalimat ‘hari ini ikut adek.’yang bagi Raihan terasa seperti perintah.Ia tak mampu menolak maupun mengabaikan permintaan sang adik, karena jujur, di dalam hatinya, ada sedikit rasa bersalah karena membiarkan hal yang tak normal terus terjadi seolah tak ada apa-apa di sana. Melihat sang adik mau untuk setidaknya meminta suatu hal, walau tak jelas maksudnya, membuat Raihan sedikit bisa bernafas lega.“Aku nggak pernah minta apa-apa sebelumnya, ‘kan? Setelah ini, semuanya aku pasrahin ke mas, gimanapun mau mas Raihan.” Tito sedikit menambahkan clue setelah mereka s

  • Chaos After Being With You   BAB 41 | Meminta Bantuan Tito

    Entah keberuntungan atau kemalangan yang menimpa Tito saat ini. Dia mendapat kesempatan untuk berdinas di pelabuhan di dekat rumahnya selama 2 bulan ke depan, harusnya dia bahagia karena tak lagi jauh dengan keluarga, tapi di sisi lain, dia harus terus menerus menghadapi fakta bahwa di hadapannya, kebingungannya tentang kepulangan Zahra dan kepergian Airin masih belum terjawab.Seperti hari ini contohnya. Walau Tito tahu pasti Zahra lagi yang akan menyambut kepulangannya, dia tetap saja masih terkejut dan terheran-heran, ditambah lagi dengan kelakuan sang kakak yang entah dia benar tidak peka atau pura-pura tidak tahu akan sikap risih yang jelas ditunjukkan di tengah keluarganya yang sedang tidak baik-baik saja.“Mas.” Sapa Tito tegas, saat ini secara kebetulan mereka datang bersama dari tempat kerja, dan hanya ada mereka berdua di tambah Zahra yang menyambut seperti biasa di daun pintu.Kali ini dengan berdalih melepas tali sepatu, Raihan masih seperti hari kemarin, selalu menghindar

  • Chaos After Being With You   BAB 40 | Kebingungan Tito

    Sepulang dari mengantarkan Airin kembali ke rumah 2 bulan yang lalu, Tito yang disambut dengan kabar mengejutkan akan kembalinya Zahra, sama sekali tak dapat hidup tenang di tengah penugasannya.Tito tak sempat meminta penjelasan apapun saat itu, karena ia harus buru-buru kembali ke pelabuhan sebelum kapal tempat ia bertugas kembali berlayar. Alhasil, dua bulan belakangan, pikirannya tak bisa fokus pada penugasan, karena dipenuhi akan banyak pertanyaan yang ingin ia segera temukan jawabannya. Apalagi saat itu, dia kembali ke penugasan dengan keputusan sang kakak ipar yang bersikukuh ingin berpisah, segera saat ia melihat Zahra berdiri di rumahnya.Tito yang mengetahui bahwa sang kakak kesayangannya itu tengah berbadan dua, tak tenang kala membayangkan bagaimana ia harus hamil sendirian karena bercerai, dan calon keponakannya lahir dengan kedua orang tua yang sudah berpisah.Pertanyaan itu yang paling menghantui kepalanya hingga sekarang.Tetapi, di luar dugaannya, dimana dia berharap

  • Chaos After Being With You   BAB 39

    Kembalinya Zahra (dari sisi Raihan)Dengan kembalinya Zahra di tengah kehidupan kami, tak mengartikan bahwa keadaan akan kembali seperti semula, seperti hari-hari sebelum pernikahan.Tidak sama sekali. Jika ditanya apakah saya bahagia? Tentu, sangat bahagia. Gadis yang sangat saya cintai di lima tahun belakangan itu, yang sama sekali masih belum saya terima kepergiannya. Ketika ia kembali, dalam keadaan bugar, di hadapan saya, belum mati, tentu saja saya sangat bahagia.Hal itu seolah mengembalikan semua kebahagiaan yang menyingkir dari hidup saya sejak 3 bulan ke terakhir. Tak ada yang mampu saya katakan selain bersyukur dan merangkul dia dalam pelukan hangat, menenangkan Zahra yang sedang menceritakan keadaan pilu, yang berhasil ia lewati selama 3 bulan pasca kecelakaan tragis itu.Bagaimana saya tega dan tak terharu tentang bagaimana Zahra mungkin ketakutan, sendiri melewati masa kritis di tempat dimana tak satu orang pun mengenalnya.Zahra adalah anak tunggal kesayangan orang tu

  • Chaos After Being With You   BAB 38 | Kebodohan Raihan

    Airin, (masih) dari sisi Raihan (II)Sudah saya bilang kan, bahwa saya yang bodoh disini. Saya yang menjadi saksi Airin tumbuh bersama luka, saya juga yang menabur garam di atas lukanya.Membuat panas dan perih luka lama, serta menimbulkan luka baru yang menganga basah.Airin mencoba untuk tetap membuat saya nyaman sebagai suaminya, saya sadar itu. Walau mimpi buruk masih dialaminya tiap malam, dia masih bisa tersenyum di pagi hari sembari menyiapkan sarapan, padahal saya tahu, Airin benci menyiapkan makanan untuk orang lain sebelum dia sendiri makan dan buru-buru berangkat bekerja pula.Dia juga yang menyadarkan saya akan eksistensinya, kala dengan bangsatnya saya memikirkan orang lain saat kami berada dalam peluh di atas ranjang, padahal itu adalah sarana pelampiasan segala emosi saya.Bodoh, ‘kan? Memang.Dosa? Jangan ditanya. Mungkin karma untuk saya sedang dibuat list nya sekarang.Tapi bodohnya lagi, saya tak menyesal. Hanya setelah berhubungan badan itu lah, saya bisa memeluk A

  • Chaos After Being With You   BAB 37 | Cruel Social Facts

    Airin, dari sisi Raihan Saya dan Airin bersahabat sejak lama. Lama sekali, 20 tahunan mungkin. Dahulu, Papa saya, seorang pamong di desa kami. Alasannya klasik, karena kami dari keluarga berada katanya. Saya waktu itu masih berumur 5 tahun, tidak paham apa yang mereka maksud dengan berada, mengapa mereka kekeh menjadikan papa saya pamong desa. Sampai akhirnya saya sadar, ada efek dari ‘ketergantungan’ disana. Fakta sosial yang baru saya pelajari saat menginjak remaja. Saya tau, bahwa sejak dahulu, papa membayar orang yang membantunya memetik pucuk teh, mencabut rumput yang menghalangi jalan, penyapu latar rumah menuju gerbang depan, juga kepada sopir mobil pick up yang membawa puluhan, hingga ratusan karung daun teh menuju ke distributor lain atau pabrik yang sudah mengontrak salah satu hasil tanah di kebun teh, bapak bahkan membayar orang yang membantu menimbang sebelumnya. Dari situ saya tahu, ada suatu bentuk ‘ketergantungan’ para warga kampung terhadap papa saya. Airin meru

  • Chaos After Being With You   BAB 36 | Semakin Dekat

    Airin seolah hilang harapan kala percobaan keduanya untuk datang menemui Raihan dan menanyakan kejelasan hubungan mereka berdua kembali terhalang, saat pria itu bahkan tak muncul sama sekali di rumahnya. Wanita itu berusaha untuk menemui Raihan yang ia rasa selalu menghindarinya akhir-akhir ini. Hampir sebulan, sejak Airin terang-terangan meminta cerai dari dirinya, mereka sama sekali tak berbicara. Airin pikir mungkin karena dirinyalah yang meminta, jadi ia sendiri yang pergi untuk mendapatan surat pengajuan perceraian. Tapi setelah itu, tak ada lagi tindakan lanjut dari pihak Raihan. Sebulan lalu, saat dia mengangkut sedikit demi sedikit barang-barang pribadinya, baik dari rumah Raihan maupun dari rumah orang tuanya, pria itu masih membantu Airin, bahkan membantu menata barang di apartemen pribadi wanita itu. Namun lama kelamaan, Raihan seolah menghindari Airin. Dia mulai memotong pembicaraan Airin, tak lagi mengantar jemputnya bekerja seperti perjanjian awal mereka saat akan b

  • Chaos After Being With You   BAB 35 | Unexpected Bullshit Wedding 

    Airin benar-benar menganggap serius perkataannya pada Raihan hari itu. She’s exactly ready to take the worst risk that might happen in her future. Keputusannya sudah bulat untuk memutus hubungan dengan sang sahabat dari status suami dan istri mereka.Airin bahkan sudah memikirkan skenario bagaimana hidupnya akan sepenuhnya berubah setelah ini. Ia tak lagi dapat mengandalkan Raihan dan keluarganya, di antara kerapuhan internal keluarga Airin sendiri, dia juga tak dapat lagi menjadikan Raihan sebagai sahabat yang sama, hubungan mereka akan berbeda, bahkan jauh lebih berbeda sebelum pernikahan dadakan mereka.Sebagai langkah pertama, wanita itu beranjak keluar dari rumah keluarga Raihan, barang-barang pribadi yang ada di kamarnya di rumah Raihan –dimana kamar itu memang dikhususkan untuknya– mulai dipindahkan ke apartemen pribadinya.Barang-barangnya yang ia bawa dari rumah Raihan ke apartemen pribadinya juga tak dikembalikan, membuat rumah Raihan kian sepi dari suasana Airin. Mengenai

DMCA.com Protection Status