Rebeca masih menunggu jawaban dari King, dia ingin memastikan jika apa yang ada di pikirannya ini salah. Dan King melakukan ini karena kesalahan Rebeca yang lain. Rebeca terus berperang dengan pikirannya, dia takut jika apa yang dia pikirkan ini adalah kebenaran. Sejak tadi dia berusaha menepis semua pikirannya tapi melihat King malah membuatnya semakin ketakutan."Apa kamu yakin ingin tahu kenapa kamu dan ibumu ada di sini?" King kembali mengulangi pertanyaannya karena dia ingin menarik ulur wanita yang ada di depannya saat ini.Rebeca mengangguk gagu dan dia sudah menanti apa yang akan King jawab tentang pertanyaannya tadi."Wanita yang kalian siksa dan kalian rebut hartanya itu adalah tunanganku, calon ibu dari anakku yang sedang dia kandung!!" jawab King dingin dan datar.Duarrrr...Tubuh Rebeca langsung kaku seperti patung, serasa nyawanya di tarik langsung dan hanya tersisa badannya saja."Tidak mungkin...." gumam Rebeca lirih.Dia memandangi King dengan tatapan tak percayanya
Miranda yang di kurung di tempat berbeda pun masih menunggu apa yang akan di terimanya mengingat dia di pisah oleh Leo. Dan ternyata memang King sengaja menyuruh Leo untuk memberi makanan yang enak untuk Miranda. Dia sudah menyiapkan hukuman lain untuk wanita yang sudah serakah tentang harta itu.Di sisi lain, Richard sudah siuman dan dia sedang di periksa oleh dokter pribadi yang ada di markas itu. Leo sendiri masih menunggu apa hasil dari pemeriksaan Richard nanti."Bagaimana?" tanya Leo langsung setelah melihat dokter itu selesai memeriksa Richard."Tuan Richard sudah membaik dan semua lukanya sudah kering. Dia sudah bisa beraktifitas normal kembali. Hanya saja untuk makanan sementara harus di banyakin sayur dan buah, sedangkan proteinnya hanya beberapa yang boleh agar lukanya bisa sembuh dengan benar." pesan sang dokter.Leo mengangguk mengerti dan menerima uluran obat yang di berikan sang dokter sedangkan Richard meringis ngeri melihat banyaknya obat yang harus dia minum nanti. L
Kavaya sudah di bawa pergi oleh Axel dan Moa sedangkan Leo serta Richard menemani King untuk memakamkan bayi King dan Kavaya yang sudah tiada. King memang tak mengantarkan kepergian Kavaya karena dia takut jika dia tak akan rela melepas kepergian Kavaya nanti. Jadi dia memutuskan untuk tak ikut dan hanya menyuruh anak buahnya untuk mengantar kedua orang tuanya ke bandara. Meskipun itu berat untuknya tapi King tak punya pilihan atau dia semakin sakit nantinya. Mereka bertiga sudah sampai di makam keluarga dan segera menguburkan jenazah bayi King dengan layak. "Tenang di sini ya sayang, nanti Daddy pasti kesini lagi bersama mommymu." gumam King lirih. Leo menepuk pundak King pelan, dia mengajak King untuk segera kembali ke markas karena hujan pun mulai turun seolah alam pun tahu dengan kesedihan King dan semua orang terdekatnya. Awalnya King ingin menolak tapi suara Richard menyadarkannya jika masih ada hal yang harus di urus sampai selesai. "Kita bisa kembali kesini lagi Lord, tapi
Leo pun pergi menyusul King dan memastikan sepupunya itu juga baik baik saja. Sedangkan Richard yang baru saja melihat Leo pergi sudah menghembuskan napas panjang dan memejamkan matanya sejenak.Setelahnya Richard kembali memandang Rebeca dengan tajam, dia meraih sarung tangan yang di berikan anak buahnya kepadanya.Richard berjalan pelan ke arah Rebeca dan itu membuat Rebeca tentu saja gemetar ketakutan."Ap-apa yang ingin kamu lakukan sebenarnya? Apa belum puas kalian menghukumku kemarin?" tanya Rebeca terbata bata.Richard tersenyum tapi senyumannya tak seperti senyuman yang biasa tapi lebih menakutkan dari pada yang dia lihat biasanya."Kamu sudah tahu apa kesalahanmu tapi kamu masih saja banyak bicara dan itu membuat aku semakin kesal. Kalau sudah busuk mau kamu berlaku seperti apa tetap aja busuk, bahkan dari kejauhan pun sudah tercium bau busuk kalian!" ucap Richard dengan kejamnya.Rebeca terhenyak dengan perkataan Richard, apa sebegitu pentingnya Kavaya buat mereka sampai dia
King masih terdiam di kamarnya saat ini, bayangan Kavaya yang bersimbah darah dan memanggil namanya terus teringang di benaknya dan membuatnya tak bisa tidur malam ini. Leo sendiri sudah kembali ke kamarnya begitu juga dengan Richard.Segelas anggur merah ada di tangan King, perlahan dia menyesap sedikit demi sedikit minuman yang bisa membuat semua orang itu melayang. Tapi berbeda dengan King, daya tahan tubuhnya pun jauh berbeda dengan orang lain, meskipun dia minum berapa botol pun tak akan berpengaruh padanya.Ting...Pesan masuk ke dalam ponselnya dan itu dari Axel yang memberi tahu jika mereka sudah tiba di rumah sakit yang menjadi tujuan Axel saat ini. Dia juga menerima sebuah foto Kavaya yang sudah terbaring di ruangannya.Air mata King kembali menetes saat dia melihat Kavaya yang terbaring lemah dengan banyak selang di semua badannya. King mengusap ponsel itu yang ada foto Kavaya, tapi dia segera menutup kembali ponselnya agar dia tak semakin larut dengan kesedihannya. Dia ta
Axel terus memerhatikan Kavaya dari luar dan itu membuat Moa bertanya tanya apa yang sedang Axel pikirkan saat ini. Kenapa mendadak Axel nampak gelisah saat melihat Kavaya. "Axel, apa terjadi sesuatu sampai kamu gelisah seperti ini?" tanya Moa membuyarkan lamunan Axel.Axel langsung menggelengkan kepalanya dan melihat ke arah Moa, dia bingung ingin mengatakan sesuatu tapi dia sendiri belum yakin dengan apa yang ada di pikirannya. Tapi melihat semua yang King berikan keyakinannya bisa berlipat."Apa perlu aku menyuruh Pedro untuk mencari tahu? Tapi bagaimana jika itu benar? Kavaya pasti akan di bawa sama mereka, di tambah keadaan Kavaya yang sedang tak baik!" batin Axel gundah."Moa, aku ingin mengatakan sesuatu tapi aku sendiri belum yakin dengan ini." Moa masih menunggu apa yang akan di katakan oleh Axel saat ini dan ini semakin membuatnya penasaran apalagi Axel terlihat sangat gelisah saat ini dan itu membuatnya tak tenang. Past ada sesuatu tentang Kavaya yang belum dia tahu."Mo
King sudah sampai di rumah sakit tempat Kavaya di rawat. Beberapa petugas kesehatan itu mulai dari Directur dan juga jajarannya serta para dokter yang bertugas menjaga Kavaya hanya bisa menunduk tak berani menatap ke arah King serta Leo yang baru saja datang.Sementara di satu sisi ada Moa yang terus menangis di pelukan Axel."Papi..." Panggil King yang langsung menghampiri Axel.Sorot mata King yang tajam membuat Axel sedikit tak nyaman, dia sangat tahu bagaimana King saat marah. Pedro pun juga sudah sampai di sana untuk menemani anak buah Axel mencari dan melacak keberadaan Kavaya yang sudah pergi tanpa jejak. King yang melihat Moa terus menangis pun tak tega, dia berjongkok di depan maminya dan memegang lembut tangan sang mami."Mami, tenanglah.... Aku akan segera mencarinya. Jika mami terus menangis mami akan sakit nanti." ucap King lirih.King tak menyangka jika hilangnya Kavaya membuat maminya terpukul.Dia menenangkan sang mami sampai terpaksa sang mami di berikan obat penen
Bulan pun berganti tahun, dan banyak sekali yang berubah. King semakin dingin dan semakin kejam tapi sayapnya semakin mengepak lebar dengan semua usahanya baik perusahaan maupun dunia bawah. Tak sedikit juga para partner King menyodorkan anak gadis mereka untuk King tapi semua berakhir dengan penolakaapa sudah dan bahkan ada yang sampai tewas di tangan King karena berusaha naik ke ranjang King dengan menjebaknya.Leo dan Richard pun tak bisa melakukan apa apa ketika King marah atau mereka berdua akan berakhir di rumah sakit lagi dengan banyak luka dan patah tulang. King sendiri sudah seperti robot yang kaku dan tak tersentuh, hanya dengan Moa saja King masih bisa berbasa basi meskipun dengan wajah yang datar itu."King, ada laporan soal perusahaan yang di anak cabang, ada yang menggelapkan dana tapi tak ada bukti sama sekali yang mereka temukan."Leo masuk ke dalam ruangan King yang sedang menghisap rokoknya itu. Leo melihat King masih berdiri di dekat jendela tapi tak lama dia seger
Leo terpaku di tempatnya karena mendengar perkataan Kavaya yang menyuruh Naomi dan Richard mencari ayahnya.Dia kira tak akan ada yang tahu keadaan ayahnya yang menghilang selain King, tapi ternyata Kavaya yang baru kembali pun juga tahu jika mereka sedang mencari Pedro."Aku belum mengetahui siapa yang berkomunikasi dengan ayah yang terakhir. Ada banyak kemungkinan karena beberapa hari terakhir ayah bertemu dengan banyak orang,"Kavaya diam memikirkan semua perkataan Leo dia kemudian melirik ke arah King yang sejak tadi hanya diam saja."Periksa semua pekerja yang ada di mansion utama tapi jangan sampai ketahuan orang itu, apa kamu bisa melakukannya?" tanya King pada Leo.Leo terdiam sebentar untuk memikirkan sebuah rencana tapi kemudian dia mengangguk menyetujuinya karena dia yakin dia bisa melakukannya."Hmm, aku usahakan. Kalau begitu bukannya lebih baik kalau sering ke mansion utama?" King mengangguk meskipun dia berat tapi dia harus melakukannya demi menemukan Pedro dan juga pa
Selena yang mendengar apa yang di katakan Kavaya pun gelisah, dia tak mungkin membiarkan kedua orang tuanya mendapatkan hukuman juga karena kesalahannya. Di tambah dia baru tahu jika Kavaya adalah adik Kaito yang juga tak akan bisa di sentuh seperti King."Maafkan aku, tolong jangan sakiti kedua orang tuaku. Aku tak tahu kalau kamu tunangan King dan juga adik Kaito. Jika aku tahu aku tak akan mengganggu," pinta Selena sendu.Kavaya menaikkan sebelah alisnya merasa jika apa yang di katakan Selena tak masuk akal."Apa jika aku bukan orang terdekat mereka kamu akan bebas melakukan ini padaku? Kamu terlalu arogan Selena. Kamu baru di atas sebentar kamu sudah berbuat ulah. Tapi bukannya didikan orangtuamu juga begitu? Bagaimana jika papamu tahu kalau kamu ternyata bukan anak kandungnya, melainkan anak dari sopir pribadi mamamu?" Kavaya menatap miring pada Selena yang semakin pucat pasi. King yang terus terang baru mendengar hal ini langsung menoleh ke arah Kavaya.Benar benar banyak kejut
Leo yang sudah selesai sarapan pun sedang menikmati secangkir kopinya di ruang tengah markas dengan beberapa berkas yang ada di tangannya. Dia dan King membatalkan keberangkatan mereka karena insiden yang di buat Selesa.Leo segera mengangkat kepalanya saat mendengar suara derap langkah memasuki ruangan itu.Byurrr....Kopi yang baru saja masuk ke dalam mulutnya kembali menyembur keluar saat dia melihat kedatangan King yang sudah menggandeng seorang perempuan yang sangat dia kenali."Secepat itukah?"Itu yang ada di otak Leo saat ini karena di depannya sudah berdiri King yang tak mengenakan setelan pakaian yang dia gunakan semalam begitu juga dengan Kavaya yang sudah berganti pakaian yang lainnya.Tak hanya itu, sudah bisa di pastikan jika King menginap di hotel semalam, tapi dia tak menyangka jika Kavaya juga akan datang ke markas sepagi ini dan itu pertanda jika mereka berdua sudah menghabiskan malam bersama.Leo sudah memastikan jika King tak ada di mansion dan apartemennya berarti
Setelah semua yang King dan Kavaya lalui mereka memutuskan kembali bersama dan memulainya dari awal. Tapi tetap dengan Kavaya yang masih menyembunyikan identitasnya. Dia masih ingin meliahat orang orang yang ada di sekelilingnya seperti apa terlebih saat ini Moa sedang bersamanya."Baby aku antar kamu pulang ke mansion." Kavaya yang baru saja selesai sarapan langsung menoleh ke arah King dengan pandangan horor. Dia takut jika Kaito akan langsung menghajar King saat ini juga."Kenapa melihatku seperti itu? Apa aku salah bicara baby?" tanya King bingung."Kamu yakin mau bertemu dengan kakak?" tanya Kavaya balik.Ada rasa khawatir di sorot matanya kepada Kavaya dan itu membuat hati King menghangat. Dia merasa di cintai saat ini oleh Kavaya meskipun Kavaya tak menjelaskannya secara langsung.King terkekeh saat melihat Kavaya yang masih melotot ke arahnya dan dia mendekati Kavaya yang saat ini sedang duduk di sofa yang ada di kamar itu."Apa yang kamu takutin? Semalam aku udah maksa adikn
King yang sudah selesai membersihkan diri pun melihat Kavaya yang sudah duduk anteng di sofa dengan baju yang di berikan tadi. Ada rasa lega di hati King saat masih melihat Kavaya tak kabur dari sana atau pergi meninggalkan dirinya.King pun duduk di depan Kavaya dan membuka paper bag yang berisi makanan itu."Kenapa nggak makan duluan?" tanya King pada Kavaya.Kavaya yang baru saja memberi kabar pada kakaknya lantas menaruh ponselnya."Nungguin kamu selesai mandi." jawab Kavaya santai.Dia lalu membantu King membuka semua kotak makanan yang sudah King pesan. Berbeda dengan King yang malah berhenti membuka makanan itu dan malah memilih memerhatikan wajah Kavaya yang sedang sibuk dengan kotak kotak makanan itu."Aku tahu aku cantik, jadi nggak usah nglihatin kayak gitu." King menaikka sebelah alisnya lalu terkekeh, ternyata sifat tengil Kavaya tak berubah dan masih ada sampai sekarang.Dia mulai mengambil makanan yang Kavaya siapkan untuknya, dia hanya tersenyum tipis ke arah Kavaya k
King masih terus mengungkung badan Kavaya di dinding sampai Kavaya merasakan hembusan napas King yang semakin panas di punggungnya. King berhasil membuka gaun hitam milik Kavaya dan terpampanglah punggung mulus milik Kavaya. Cup...King mencium pundak mulus Kavaya dan itu tentu menimbulkan gelenyar panas pada tubuh Kavaya. King masih setia menempelkan bibirnya pada pundak mulus itu meskipun dia menahannya setengah mati karena efek obat itu benar benar menyiksanya.Sedetik kemudian gaun hitam Kavaya sudah teronggok jatuh di lantai dan meninggalkan tubuh indah Kavaya yang ada di depannya. Kavaya sudah tak bisa melawan, dia ternyata salah sudah menganggap King berubah, ternyata King masih berkuasa seperti dulu hanya saja dia tak memperlihatkannya pada orang lain. Untuk itulah julukan dia tetap LORD, dia akan terus menjadi penguasa.King memutar balik badan Kavaya dan tatapannya masih seperti dulu memuja kepada Kavaya. King meraih dagu Kavaya agar Kavaya mau melihat ke arahnya."Baby j
Selena sudah merencanakan sesuatu untuk King dan dia pamit dari hadapan Leo. Sedangkan King sudah bercengkerama dengan Kaito tanpa menoleh ke arah Kavaya yang sejak tadi memilih duduk di kursi yang tak jauh dari sang kakak.Leo pun tak masalah menikmati pesta itu sendirian tanpa King karena dia sudah terbiasa dengan itu."Pestanya sungguh meriah dan aku yakin setelah ini akan banyak proposal yang masuk ke perusahaanmu. Tentunya aku tak akan menyerah meskipun pernah sekali di tolak." kelakar King renyah.Kaito tersenyum tipis tapi dia juga sempat melirik ke arah Kavaya yang sedang menikmati minuman dan makanan yang tersaji.Tak lama dari itu ada seorang pelayan yang mengedarkan minuman dan King serta Kaito pun meminumnya karena mereka sudah lama mengobrol. Dari kejauhan Selena yang melihat itu pun tersenyum puas tanpa dia tahu jika rencananya pun sudah terendus sejak tadi.King yang sengaja meminum minuman itu pun sudah punya rencana sendiri sejak tadi dan dia akan menggunakan kesempat
Kavaya pergi meninggalkan apartemennya dengan perasaan berkecamuk. Dia sempat melihat mata Moa yang penuh harap untuk Kavaya mau bertemu dengan King tapi untuk saat ini dia belum terpikirkan untuk bertemu dengan King.Sementara di apartemen Moa sudah melihat Richard penuh tanda tanya pada Richard karena bagaimana bisa Richard lebih dahulu bertemu dengan Kavaya.Richard menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia bingung harus mulai dari mana sedangkan Naomi masih diam saja sejak tadi dan kembali bersikap seperti Naomi yang biasanya."Jadi apa yang terjadi sebenarnya?""Ehm, aku harus mulai dari mana ya? Aku sendiri bingung tante dan ini juga bukan keinginannku saat aku bertemu dengan Kavaya lebih dahulu. Ini ada hubungannya dengan Naomi tante," jawab Richard pelan.Naomi yang sejak tadi diam langsung menatap tajam ke arah Richard, karena bisa bisanya Richard membawa namanya dalam hal ini.Sementara Moa menatap Richard dan Naomi bergantian dengan tatapan yang semakin bingung, ada apa seb
Kavaya masih setia menunggu jawaban Moa, tapi melihat Moa hanya diam saja Kavaya pun tak memaksanya lagi. "Mami ingin bertanya apa kepadaku?" Akhirnya setelah mereka berdua saling diam Kavaya membuka omongan kembali agar Moa baru bercerita. "Apa King tahu kamu sudah kembali?" Hanya kata kata itu yang tercetus dari bibir Moa dan memang itu yang ingin di tanyakan pada Kavaya. Kavaya tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan. "Aku nggak harus bertemu dia saat aku ingin kembali ke negara ini. Karena tujuanku kembali tak hanya dia," Moa langsung terdiam mendengar jawaban Kavaya, dia tak menyangka jika akan ada banyak perubahan dari wanita yang dari dulu selalu menempati tahta tertinggi di hati King putranya. "Jadi mam, katakan padaku dimana paman Pedro? Kenapa dia tak menjagamu di vila itu?" Moa menerawang jauh mengingat semua kejadian yang menimpanya lalu dia menghembuskan napas panjangnya. "Mereka membawa Pedro dan aku tak tahu dimana Pedro sekarang." Kavaya menaikkan