Beranda / Romansa / Catatan Si Boi / BAB 101. Wisata Berujung Celaka

Share

BAB 101. Wisata Berujung Celaka

Penulis: macayp
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mila, Bandung.

Waktu belum mencapai tengah hari, masih ada satu pelajaran lagi. Tapi aku sudah mulai gelisah. Aku tidak sabar ingin segera pulang. Bahkan sebenarnya sejak pagi aku tidak bisa berkonsentrasi belajar. Hari ini tidak ada satu pun materi yang masuk. Aku terlalu fokus memikirkan kasus pencurian di pool.

Ada dua hal yang membuat aku jadi ikut memperhatikan kasus itu. Yang pertama tentu saja nasib abah. Meski abah tidak terlibat langsung, bagaimanapun juga abahlah yang merekomendasikan pemuda itu untuk menjadi penjaga malam. Hal ini akan membuat kredibilitas abah menurun karena memasukkan orang yang bermasalah. Tapi selain nasib abah, sejujurnya aku juga mengkhawatirkan nasib pemuda itu.

Pemuda itu seharusnya bertugas menjaga pool, tapi dia malah tidak ada di tempat. Dengan demikian dia bisa dianggap melalaikan tugas. Lebih parah lagi, dia bisa dicurigai bersekongkol dengan para pencuri. Dan jika pemilik travell menuntutn

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Catatan Si Boi   BAB 102. Si Penjaga Toko Buku

    Hana, Bandung.Materi program kewirausahaan baru saja berakhir. Hari ini adalah hari terakhir pembelajaran di kelas. Besok kami sudah diminta untuk terjun langsung ke lapangan untuk menjalani usaha yang kami pilih sendiri. Aku tidak memiliki pengalaman apa pun dalam menjalani usaha. Jadi aku memilih usaha yang menurutku paling mudah dijalankan, usaha kuliner.Agar para peserta serius dalam menjalankan usahanya, program kewirausahaan memakai aturan yang ketat. Selama program berlangsung, kami tidak boleh menerima dana apa pun baik dari orang tua, teman atau beasiswa. Kami hanya boleh menggunakan modal awal yang telah ditentukan jumlahnya. Dengan memutar modal itu kami harus bisa menjalankan usaha sekaligus memenuhi kebutuhan sehari-hari.Sebelumnya aku sudah melakukan survei kecil-kecilan makanan apa yang cocok untuk dijual. Modal yang ditentukan oleh program tidak banyak, tidak cukup untuk menyewa tempat apalagi untuk menggaji karyawan. Aku harus menjalankan usa

  • Catatan Si Boi   BAB 103. Karyawan Swasta Jakarta

    Mila, BandungRumah sakit umum daerah Bandung Selatan tidak sebesar rumah sakit di kota Bandung. Kegiatan di rumah sakit ini tidak terlalu ramai karena memang pasien yang berobat atau dirawat bisa dikatakan tidak banyak. Aku adalah salah satu pasien yang menjalani rawat inap, meski luka-luka di tubuhku tidak parah. Berbeda dengan abah.Abah terluka cukup parah karena saat mobil terlempar ke jurang, mobil tersebut membentur tanah di sisi kanan. Dan karena posisi abah sebagai pengemudi, dia yang paling merasakan efeknya. Pecahan kaca menimbulkan banyak luka di tubuh abah dan body mobil yang ringsek melukai kaki kanannya sehingga abah tidak bisa lagi berjalan dengan normal.Hatiku hancur saat dokter menjelaskan keadaan keluargaku. Apalagi saat mengetahui bahwa ibu dan abang tidak selamat karena luka dalam akibat benturan. Keduanya memang tidak memakai sabuk pengaman. Aku yang duduk di depan dan memakai sabuk hanya mengalami luka ringan. Tapi luka di hatiku

  • Catatan Si Boi   BAB 104. Cintaku Ada di Australia

    Hana, KuninganHari masih pagi. Matahari belum lagi tinggi. Tapi ayah sudah meminta sopirnya untuk menyiapkan mobil. Setelah mendengar sebuah nama dari mulutku, ayah langsung tak sabar untuk segera menemuinya. Dia ingin segera meminta pertanggungjawaban pemuda itu. Bertanggung jawab terhadap perbuatan yang tidak pernah pemuda itu lakukan.Semenjak kepergian ayah, hatiku selalu gelisah. Berbagai rasa campur aduk di dada. Ada harapan, cemas bahkan sedikit penyesalan. Aku berharap dia mau menerima tuntutan ayah untuk menikah denganku. Toh wajahku tidak bisa dikatakan jelek, dan meski samar aku merasakan ada sedikit getaran di antara kami. Tapi aku khawatir harga diri akan membuatnya menyangkal semua tuduhan yang memang tidak benar adanya.Jika memikirkan hal itu, aku menyesal kenapa tidak menjelaskan keadaan yang sebenarnya pada ayah. Tapi semua terjadi begitu saja, aku tidak diberi kesempatan untuk berpikir. Kini aku hanya bisa berdoa semoga tidak ada hal bu

  • Catatan Si Boi   BAB 105. Dinas Luar Kota

    Mila, Jakarta.Sebagai kota metropolitan, kemacetan di Jakarta sudah bukan rahasia lagi. Bahkan orang dari luar daerah sudah sering mendengarnya. Tapi mendengar ternyata sangat berbeda dengan mengalaminya sendiri. Baru kali ini aku merasakan kemacetan yang luar biasa. Apalagi aku berangkat ke kantor naik mobil.Untungnya aku berangkat lebih awal sehingga tidak sampai terlambat. Saat aku tiba, ruang kerja atasanku masih kosong. Tapi sudah ada beberapa berkas yang tergeletak di meja. Ruang kerja direktur adalah tempat yang memiliki privasi tinggi. Artinya tidak sembarang orang bisa keluar masuk ruang itu. Jadi semua dokumen harus melewati mejaku terlebih dahulu. Tugaskulah untuk menyeleksinya.Dari beberapa dokumen itu aku jadi tahu nama asli pemuda itu. Ternyata Boi adalah nama panggilan saja, nama aslinya Galang. Aku harus mulai membiasakan diri memanggilnya Bapak, jangan sampai ada pegawai lain yang mendengar aku memanggil 'Aa. Bisa-bisa aku jadi bahan pembicar

  • Catatan Si Boi   BAB 106. Tiga Gadis Lain

    Hana, AustraliaPesantren cabang di Australia punya banyak kegiatan keislaman. Di negara ini jumlah orang Islam masih sedikit sehingga masjid hanya ada di kota-kota besar. Karena itu masjid di pesantren cabang Australia rutin mengadakan acara seperti salat Jumat dan ceramah umum.Sejak kedatangan pemuda itu ke Australia, praktis tidak ada kegiatanku yang berubah. Kegiatan rutin di pesantren masih tetap sama. Jika ada yang berbeda, mungkin ada pada hatiku. Aku kini lebih tenang. Rasa bersalah yang sekian lama terpendam kini hilang. Apalagi sebelum pergi, pemuda itu juga mengungkapkan perasaan. Meski dia tidak memilihku, kenyataan bahwa dia memiliki rasa yang sama sudah cukup bagiku.Selain hatiku, kedatangan pemuda itu juga berpengaruh pada hidup ayah. Kini aku melihat wajah ayah sudah tenang seolah beban yang selama ini dia pendam akhirnya hilang. Tapi sayang penyakit yang ayah derita sudah mengakar, tidak ikut terangkat bersama beban di hatinya. Semakin hari ko

  • Catatan Si Boi   BAB 107. Kecelakaan Kedua

    Mila, Jakarta.Jalan protokol di Jakarta pada jam berangkat kerja di hari Senin penuh sesak seperti biasa. Tapi kali ini, sesaknya jalan itu tidak seberapa dibanding sesaknya dadaku. Ada orang yang sengaja menyebar fitnah lewat foto yang diambil saat peresmian pesantren akhir pekan ini.Aku mengetahui informasi tentang foto itu dari sekretaris lain saat baru tiba di Jakarta. Aku langsung membukanya lewat HP dan membaca beberapa komentar keji pada foto yang memuat gambar aku dan Galang. Semua komentar itu ditulis secara anonim, jadi aku tak tahu siapa pelakunya. Dan kurasa percuma saja aku membalas komentar di sana. Justru hal itu yang mereka harapkan.Jadi aku tetap pergi ke kantor dan berusaha bekerja seperti biasa. Sayangnya keadaan kantor tidak lagi sama. Hampir semua karyawan sudah melihat foto-foto itu. Meski tidak ada yang berani menuduhku langsung, bisikan pembicaraan sebagian karyawan kadang terdengar di telinga."Oooo jadi sekretaris itu bukan sa

  • Catatan Si Boi   BAB 108. Santri-Santri Gunung Merapi

    Hana, Jogjakarta.Pesantren di lereng Gunung Merapi sebelumnya merupakan pesantren yang mengkaji kitab-kitab klasik para ulama. Kemudian pesantren tersebut dipugar di bawah koordinasi pesantren di Geger Kalong yang beraliran modern. Karena itu, kini pesantren di Gunung Merapi berubah menjadi pesantren modern. Namun ilmu-ilmu pesantren tradisional tetap diajarkan untuk kalangan terbatas.Karena masih dalam proses merintis, pesantren ini membutuhkan banyak tenaga baik untuk mengajar maupun pekerjaan lain. Sebagai panitia yang ikut terlibat, aku juga ditawarkan untuk membantu kegiatan pesantren ini.Sebenarnya aku lebih memilih mengabdi di Geger Kalong. Selain lebih dekat dengan rumah, tempat itu juga memiliki banyak kenangan. Tapi akhirnya aku menerima tawaran itu. Alasannya sederhana, selain mengajar aku juga akan belajar materi pesantren tradisional. Aku akan menjadi santri Gunung Merapi, sama seperti Galang beberapa tahun lalu.Tanpa terasa aku men

  • Catatan Si Boi   BAB 109. Ada Galang di Sisiku

    Mila, Bandung.Ruangan tempat aku berbaring cukup besar. Ada beberapa ranjang yang tersedia, tapi tidak ada pasien di sana. Aku berada di ruangan itu sendiri. Bahkan saat ini tidak ada perawat atau pun dokter di sana. Tapi bukan itu yang membuat aku panik. Aku menjadi panik karena tidak bisa menggerakkan kaki.Untungnya aku pernah dirawat saat kecelakaan dulu, jadi aku lumayan tahu fasilitas yang ada di ruang rawat. Segera aku mencari tombol di sisi ranjang lalu menekannya. Tidak lama kemudian seorang perawat masuk ruangan. Sambil mendekat dia tersenyum dan berkata."Rupanya Anda sudah sadar. Apa yang Anda rasakan? Apakah ada yang sakit?""Apa yang terjadi dengan saya Suster? saya tidak bisa menggerakkan bagian bawah tubuh saya." aku bertanya dengan suara bergetar.Perawat itu kelihatan terkejut, tapi hanya sebentar. Dia kemudian memeriksa kakiku dan mencoba menggerakkannya. Setelah itu dia kembali berkata."Saya akan memanggil dokter untuk

Bab terbaru

  • Catatan Si Boi   BAB 118. Istri untuk Papa

    Milna, Australia.Kegiatan pesantren kilat yang aku ikuti ternyata memang menyenangkan. Selain mendapat banyak teman baru, aku juga mendapat pengalaman yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya. Pelajarannya sih pernah aku dapat di sekolah, tapi kegiatan luar kelasnya yang membuat aku ingin kembali mendaftar lagi tahun depan.Salah satu kegiatan yang aku suka adalah Jumat berbagi. Kami menyiapkan makanan lalu membagikannya ke orang yang membutuhkan. Aku sangat senang melihat reaksi mereka. Tatapan terima kasih itu sangat tulus dan menjadi energi baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Tapi yang paling aku suka adalah kegiatan lintas alam. Ternyata mereka memiliki hutan di tengah kota. Di sinilah kegiatan kami dilaksanakan. Bahkan kami berkemah meski hanya satu malam. Baru kali ini aku tidur di bawah bintang-bintang.Entah benar atau hanya perasaanku saja, Hana seperti memberikan perhatian lebih padaku. Mungkin karena aku anak piatu, bisa juga karena

  • Catatan Si Boi   BAB 117. Pesantren Kilat di Australia

    Milna, Jakarta.Kegiatan di sekolah sudah mulai bertambah. Sebentar lagi ujian akhir semester akan dilaksanakan, jadi ada saja kelas tambahan setiap harinya. Kelas itu ditujukan untuk siswa yang tertinggal dalam pelajaran. Meski demikian, kelas tambahan itu harus diikuti oleh seluruh siswa tanpa kecuali.Sayangnya, akhir-akhir ini aku sulit berkonsentrasi. Sejak kembali dari Bandung, aku terus memikirkan bagaimana caranya aku bisa pergi ke Australia. Aku bisa saja meminta papa mengajak aku berlibur ke sana, tapi nanti aku jadi tak bisa mencari jejak Hana dengan leluasa. Aku harus pergi ke sana seorang diri. Baru nanti jika semua sudah siap, papa akan aku minta untuk menyusul.Sampai saat ini aku belum juga menemukan alasan untuk bisa diizinkan pergi ke Australia seorang diri. Akhirnya aku mencoba mencari informasi mengenai tempat kerja Hana di internet. Siapa tahu aku menemukan sesuatu. Ternyata benar, baru saja aku membuka situs mereka, aku langsung menemukan j

  • Catatan Si Boi   BAB 116. Mencari Jejak Hana

    Milna, Bandung.Hari sudah mulai gelap. Dari jendela aku sempat melihat seorang bapak tua menyusuri pekarangan untuk menyalakan lampu-lampu. Orang itu tidak ada di sini tadi pagi, saat aku dan papa tiba. Sepertinya papa menyewa orang untuk menjaga rumah ini tapi tidak memperbolehkan dia tinggal di sini. Jadi dia hanya datang seperlunya.Karena buku cerita papa sudah selesai kubaca, aku mencoba mencari hal menarik lain. Tapi setelah mencari beberapa lama, aku tidak menemukan apa-apa. Mungkin semua yang ingin diceritakan mama sudah tertuang di buku itu. Akhirnya aku putuskan untuk keluar dari kamar waktu.Di luar kamar, aku melihat papa sedangmenelepon. Rupanya dia sedang memesan makan malam. Setengah jam kemudian makanan yang papa pesan datang. Kami lalu makan sambil mengobrol. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mencari informasi dari papa."Papa tahu, aku mendapat informasi tentang mama dari internet. Waktu itu aku mencari data pernikahan

  • Catatan Si Boi   BAB 115. Misi Rahasia

    Milna, Bandung.Kamar lama mama berukuran sangat besar. Bahkan mungkin ukurannya dua kali lipat dari kamarku. Tapi kamar ini tidak memiliki pemandangan yang luas, berbeda dengan kamar yang aku tempati. Karena memang kamar ini ada di rumah lama yang tidak bertingkat, sedangkan kamarku ada di lantai 7 apartemen yang tinggi.Tapi pemandangan di luar boleh juga. Ada pohon-pohon rindang dan tanaman kecil dengan bunga berwarna-warni. Jarang sekali aku melihat pemandangan alam seperti ini. Karena itu aku memilih duduk di dekat jendela sambil membaca buku cerita papa.Saat baru membaca sepertiga bagian dari buku itu, aku mendengar pintu diketuk. Tak lama kemudian papa berkata dari balik pintu."Milna, hari sudah siang. Makan dulu nak, papa sudah memesan makanan kesukaan kamu."Aku menampilkan mode jam pada gelang saktiku. Ternyata memang sudah lewat tengah hari. Cerita papa memang sangat menarik, sampai-sampai aku jadi lupa waktu. Segera aku letakkan buku

  • Catatan Si Boi   BAB 114. Kamar Waktu

    Milna, Jakarta.Namaku Milna. Umurku sepuluh tahun. Kurang sedikit sih, karena dua hari lagi baru aku ulang tahun. Aku tinggal di sebuah apartemen di Jakarta bersama papa. Hanya bersama papa, karena mama sudah tiada.Papa adalah seorang pengusaha. Dia punya perusahaan yang besar. Gedung kantornya saja tinggi sekali. Aku sesekali diajak ke sana. Tapi hanya sesekali saja, biasanya aku belajar dan bermain di sekolah. Papa mengantarku ke sekolah saat berangkat kerja dan menjemput aku ketika dia pulang. Di akhir pekan, kami biasanya ke rumah opa di Bandung.Berbeda dengan teman-temanku yang lain, aku tak pernah mengenal mama. Katanya sih mama meninggal saat melahirkan aku. Sayangnya papa tidak pernah mau cerita tentang mama. Setiap aku bertanya, papa selalu menjawab 'Pada saatnya nanti kamu akan punya kesempatan untuk mengenalnya'. Aku sampai bosan mendengar jawaban itu.Karena papa tidak pernah mengatakan kapan kesempatan itu aku dapat, aku tak mau menunggu.

  • Catatan Si Boi   BAB 113. Janin dalam Kandungan

    Mila, Bandung.Rasa mual yang beberapa bulan terakhir terus menyiksaku kini sudah mereda. Sesuai perkiraan perawat, di trimester kedua ini rasa itu akan hilang dengan sendirinya. Memang sudah hampir lima bulan aku menjadi seorang calon ibu. Selama itu sudah aku memiliki janin dalam kandungan.Anugerah itu aku dapat setelah aku mencabut gugatan cerai. Pengacaraku sampai tak percaya dengan keputusan itu. Padahal hanya dengan diam saja, aku akan mendapat separuh harta Galang. Dan jumlahnya sangat banyak, karena dia adalah pemilik salah satu perusahaan ternama di Jakarta.Keputusan itu aku pilih bukan mengandalkan naluri. Saat hakim akan mengambil keputusan, aku menerima pesan dari Detektif Parkin. Dia adalah orang yang aku minta untuk mencari informasi tentang Dewi. Informasi itu datang tepat pada waktunya.'Dewi adalah seorang foto model profesional. Saya belum bisa memastikan, tapi sejauh penyelidikan saya dia bukan wanita panggilan.'Dari informasi

  • Catatan Si Boi   BAB 112. Ternyata Aku Istri Kedua

    Hana, Jakarta.Kamar rias pengantin adalah tempat yang sakral bagi mempelai wanita. Jangankan orang lain, bahkan mempelai pria pun tidak boleh memasukinya. Dan sebab itu sebagian besar wanita belum pernah berada di dalamnya. Termasuk aku, baru kali ini aku berada di kamar itu. Karena memang akulah sang mempelai wanita.Di luar sana, semua orang sibuk menyiapkan acara. Dimulai dari akad nikah, makan bersama keluarga, sampai acara resepsi. Pagi ini belum terlalu ramai karena memang hanya keluarga dan beberapa relasi dekat yang hadir. Tapi siang nanti, dua ribu undangan telah disebar dan biasanya mereka hadir membawa pasangan.Karena ayah sudah tiada, yang menjadi waliku adalah paman. Ketiga orang itu telah duduk di satu meja. Paman, Galang dan penghulu. Sebelum akad nikah, penghulu menjelaskan teknis acara. Agar suasana menjadi cair, penghulu itu mencoba bergurau."Sebelumnya saya ingin bertanya. Apakah Pak Galang sudah pernah menikah?"Galang berpik

  • Catatan Si Boi   BAB 111. Foto Mesra Suamiku

    Mila, Bandung.Suasana kafe di salah satu sudut kota Bandung masih sepi. Sebenarnya kafe ini cukup banyak pelanggannya, tapi hari ini bukan akhir pekan dan waktu juga masih sore. Jadi wajar saat ini hanya ada aku, Galang dan dua orang pengunjung lain.Galang mengajak aku ke sini bukan tanpa alasan. Biasanya kami ke sini jika dia ingin mengobrol agak serius. Benar saja, setelah kami duduk dan memesan makanan Galang langsung mengutarakan maksudnya."Mila pasti sudah pernah mendengar bahwa aku bekerja sambil kuliah. Dan saat ini aku sudah lulus. Orang tuaku sudah menanyakan kapan aku akan menikah. Karena itu beberapa pekan lalu aku melamar Sisca." kata Galang membuka percakapan."Jadi, kapan kalian akan menikah?" Aku bertanya dengan suara serak saking gemetar menahan penasaran."Dia menolak lamaranku. Jadi bisa dikatakan kami sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Dan aku bebas memilih siapa saja untuk menjadi pendamping.""Saya rasa tidak

  • Catatan Si Boi   BAB 110. Proposal Cinta

    Hana, Jogjakarta.Kesibukan santri di akhir semester memang luar biasa. Selain mengikuti ujian, para santri juga harus menyetor hafalan yang menjadi target kami. Tidak heran jam tidur kami jadi jauh berkurang. Sering kali kami tidur setelah larut malam dan bangun sebelum ayam jantan berkokok.Bagi santri yang berlatar belakang pendidikan umum, kami harus berusaha lebih giat lagi. Selain karena kami harus mempelajari bahasa arab terlebih dahulu, jumlah hafalan kami juga kalah jauh dibanding santri lain. Akibatnya selama seminggu ini aku hanya tidur tiga jam sehari.Untunglah masa itu sudah selesai. Kini adalah masa liburan. Kebanyakan santri daerah pulang ke kotanya masing-masing. Tapi aku memutuskan untuk tetap di pesantren. Bisnis yang diwariskan ayah bisa dibilang sudah autopilot, jadi ibu tidak terlalu repot mengurusnya. Karena itu, ibu bebas jika ingin ke mana saja dan jadi sering menginap di tempatku.Berbeda dengan santri lain, aku tidak pe

DMCA.com Protection Status