Trak.
Pria berbadan tegap dengan janggut hitamnya itu menjadi daya tariknya sendiri sedang membawa beberapa belati semampunya. Suaraku yang semula ingin menjawab perkataan dari Ilkay memilih untuk mengurungkan niat dan menjatuhkan pandangan pada pemilik toko ini.
Sesekali mengaduh karena tidak sengaja membentur benda-benda selama membawa belati, ia berhasil berjalan mendekati tempat tujuan. Pemilik toko senjata ini meletakkan belati ke atas meja dan disusul oleh suara mengejutkan dari pinggangnya.
Sepertinya pinggangnya retak.
"Terlalu berat menjalankannya sendiri tanpa bantuan orang lain," keluhnya sambil mengelus pinggang.
Beberapa kali mengerjap mata karena tidak menyangka suara seperti retakan itu berasal dari pinggangnya, aku menutup mulutku dengan rapat sampai Ilkay bersuara dengan nada bergurau.
"Ke mana anakmu, tuan?" tanyanya. Dia melipat kedua tangan di depan dada dan menatap pemilik toko ini dengan iris mata permata birunya.
<Trang!Suara besi jatuh menarik perhatianku. Pemilik toko tersebut tampak terkejut setelah Ilkay menunjukkan wajahnya. Raut wajahnya pucat dan dia terlihat ketakutan dengan tubuh yang gemetar.Aku memilih menatap Ilkay yang berdiri di sampingku. Ia menunjukkan wajahnya, rambut emasnya yang bersinar ketika terkena cahaya matahari. Ilkay tersenyum dengan makna yang tak dapat kuartikan."Kau bisa menceritakan semua masalah padaku dan aku yakin kau juga bisa menjaga masalahku padamu," ucap Ilkay, terdengar santai, tapi terasa dingin.Seakan-akan, tulang-belulangku ditusuk oleh hawa dingin dan hawa panas yang seperti melelehkan kulit dagingku.Mendengar ucapan dari Ilkay, pemilik toko itu tampak gelagapan di samping tubuhnya gemetaran. Matanya seperti tak sanggup melihat Ilkay. Hei, apa maksud kejadian ini?"Warna itu–""Rahasia harus dijaga dengan rahasia, bukan begitu, tuan?"Suara pemilik toko–sampai sekarang tidak ku
"Duke Lamford yang kau maksud itu ... apa Duke Gill Lamford?" tanya pemilik toko.Aku terdiam. Mendengar nama yang sangat asing bagiku.Namun, mendengar suara Ilkay yang menyebut nama Geilen Lamford setelah pemilik toko mengatakan penerusnya, itu artinya Gill Lamford ialah orang yang sedang aku bicarakan.Aku menganggukkan kepala dengan mantap. Tidak mengeluarkan suara, melainkan tindakan."Bisa saja perbudakan telah ada sejak sebelumnya," ucapku.Dua pria yang tatapannya tertuju padaku itu saling terkejut. Terlihat jelas dari pasang mata mereka yang melebarkan mata dan menutup mulut dengan rapat."Nona, tolong jaga ucapanmu meskipun hanya ada kita bertiga di toko saya," ucap pemilik toko. Ia celinga-celinguk menunjukkan raut wajah khawatirnya.Namun, aku memilih untuk tersenyum. Tidak ada hal yang ditakutkan ketika hanya ada tiga orang berada di tempat ini."Tidak masalah," jawabku. Mataku beralih untuk menatap Ilkay. "Aku sud
"Orang yang mendapatkan hukuman itu biasanya di alami oleh para pemberontak," jelasnya. Ilkay sengaja menjeda ucapannya sebelum menunjukkan sisi lain dari dirinya. "Dia memanipulasi data."Itu seakan tubuhku ada tapi terasa tidak ada. Terpaku dalam ketakutan hanya dengan melihat tatapannya yang begitu dingin, meskipun iris tersebut menunjukkan kemarahan.'Sekilas, apa warna matanya berwarna hijau?' pikirku.Aku menggelengkan kepala. 'Mungkin salah lihat.'Sang pemilik toko yang berdiri berhadapan dengan kami juga ikut terpaku. Aku merasakan perasaan takut yang sangat besar seakan-akan sedang menghadapi masalah yang rumit. Seolah, jika dia salah berbicara, maka kematian akan menyambutnya."Ka–kami semua yang hanya rakyat biasa tidak bisa melakukan apa-apa." Ini seperti pemilik toko inilah yang melakukan kesalahan. "Bahkan, untuk makan pun susah, karena semua pangan harganya melonjak naik," akunya.Apa yang dikatakannya memang benar. Men
''Belati memang bisa melindungi diri dari orang jahat, tapi bukankah juga butuh dasar-dasarnya?' pikirku.Ah, jika berpikir tentang dasar hanya akan membuatku merasa lelah. Aku menghela napas dan menyadari perbuatanku yang terus-menerus memikirkan dasar-dasar menggunakan senjata."Kenapa dari tadi aku hanya memikirkan dasar menggunakan senjata?" ucapku pada diri sendiri.Pada akhirnya, tanganku meraih belati yang menurutku paling menarik. Lalu, menutup mata untuk menenangkan jiwa.'Kata mereka, aku terlahir pada saat bulan purnama merah,' pikirku. Aku membuka mata dan belati yang sedang kupegang memantulkan bayangan wajah tubuh ini. 'Kekuatan terkutuk yang membawa malapetaka kerajaan. Tapi, sampai sekarang, tidak ada tanda-tanda kekuatan itu dalam tubuhku.'Jika memang tak ada kekuatan yang berbahaya dalam tubuh ini, itu artinya aku akan menjalani hari-hari dengan tenang. Meskipun, orang-orang desa mengatakan bahwa tubuh ini juga terkutuk karena di
"Paman Brodie, kau tahu seberapa susahnya aku ke luar dari tempat menyeramkan itu?" tanya wanita yang bernama Helena tadi.Sang pemilik memiliki nama Brodie yang baru saja aku ketahui dari wanita yang bernama Helena. Ia terkekeh mendengar suara Helena yang terdengar jengkel terhadapnya.Namun, setelah terkekeh, ia kembali terlihat panik dan buru-buru menatap orang yang berada di belakangnya. Ilkay berada di belakang pemilik toko, tidak tersenyum bahkan pikirannya terlihat sedang bekerja keras–terlihat jelas dari keningnya yang mengernyit.Pemilik toko yang dipanggil Paman Brodie itu kembali menatap Helena. "Kau bisa tunggu sebentar? Pelangganku sudah menunggu terlalu lama."Helena menganggukkan kepalanya dengan mantap, lalu mengibas-ngibas sebelah tangannya yang mungkin mengartikan bahwa ia tidak masalah jika menunggu."Tidak masalah," jawabnya santai. "Aku ke sini juga untuk melihat keadaanmu, paman," jawabnya, dengan jujur.Lantas, p
"Itu cerita yang menyeramkan ...." Tanpa sengaja, aku mengeluarkan isi pikiranku."Tidak, nona!" Tapi, suara wanita itu membuatku terperanjat kaget.Kini, ia menjauhkan tubuhnya dari Ilkay dan memperbaiki posisi berdirinya. Ia berdiri tegap dengan kedua tangan di simpannya di belakang punggung."Ini lebih menyeramkan dari sekedar berkelana di tengah hutan pada malam hari seorang diri!" sambungnya.Aku membungkam mulutku karena kesalahan yang kuperbuat. Lalu, wanita itu menghela napasnya begitu panjang."Kalian beruntung bisa selamat dari tempat itu," ucapnya.Lantas, pandanganku berganti pada Ilkay. Itu memang benar, aku beruntung ke luar dari desa yang mengerikan itu, dan Ilkay bukanlah beruntung, melainkan ia melakukan atas kemampuannya. Mengalahkan banyak bandit dalam sekejap mata, kekuatan apa yang dimilikinya?Tentu saja ia tidak menggunakan kekuatan apapun, pria itu menggunakan sarung pedangnya dan hanya membuat para bandit itu
"Kau ...." Ia mencoba mencari kata-kata yang pantas untukku dan aku tahu itu bahwa ia sedang mencurigaiku. "Kau seakan lebih mengenal wanita itu."Dan sekarang, apa yang harus kujawab jika ia benar-benar mencurigaiku.Aku tidak ingin mati di hari kedua aku hidup di kesempatan kali ini. Hidup dengan tenang tanpa adanya pandangan orang-orang yang berbeda terhadapku ialah hal yang kuinginkan.Aku hanya bisa mendengar Helena mencurigaiku dengan tatapan mengintimidasi."Kami semua berharap untuk menghapus hama itu, tapi istana tidak pernah bergerak mengani hal ini. Seolah-olah desa itu pantas untuk dimusnahkan," ucapnya, tidak terima sehingga menyalahkan istana.Ucapannya memang tidak bisa diterima, terutama pada diriku yang menjadi pelaku hancurnya Desa Jeffre yang mereka bilang. Akan tetapi, yang bisa kulakukan hanya menatap mata Helena yang tidak terima pada semua perlakuan ini. Sebab, rasa takut lebih mendominasi diriku.'Apa pada akhirnya ak
"Tentu saja." Helena menganggukkan kepala tanda ia bangga telah bekerja melayani bangsawan selama ini. "Lihatlah penampilanku, aku seorang pelayan di tempat Duke Lamford."Dengan bangganya ia memutarkan rok hingga mengembang. Ia menyunggingkan senyumnya yang tertuju padaku.Namun ....Untuk apa dia membanggakan tuannya yang telah melakukan hal yang keji, dan sebelum itu, bukankah ia merasa jengkel pada kediaman Duke Lamford?"Lalu, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" tanyaku, menyipitkan mata untuk memberi kesan mengintimidasi.Helena mengendikkan bahu. "Yah, bisa disebut aku akan berhenti bekerja menjadi pelayan mereka dan berencana untuk membantu Paman Brodie menjaga tokonya," ucapnya panjang lebar.Aku hendak membalas ucapannya, akan tetapi terhalangi oleh tubuh Ilkay yang mendadak maju selangkah dariku."Kau mengetahui kejadian mereka, bukan?" tanya Ilkay.Suaranya semakin terdengar dingin dan tatapannya–dari
“Siapa gadis itu, Yang Mulia?”Aku menutup mulutku dengan rapat. Kedua alis terangkat dan tubuhku seperti menjadi patung.Bisikan-bisikan semakin terdengar jelas dari belakang. Para pelayan itu semakin menunjukkan rasa penasarannya satu sama lain.Tak bisa berkata-kata, aku pun terus menatap punggung kekar Ilkay yang dibalut jubah kumuh.“Vander,” panggil Ilkay.Pria bernama Vander itu menatap Ilkay penuh penasaran. Tatapan seolah tidak ada tujuan untuk hidup, hanya mengikuti perintah dari seseorang.“Akan kujelaskan nanti setelah kita makan malam. Kau pastinya belum makan malam, bukan?” tanya Ilkay.Terlihat bahwa Vander tertegun. Dia membungkuk, tangan kirinya di letakkan di dada. Tanpa melihat Ilkay, pandangannya tertuju pada tanah.“Ya, Yang Mulia. Akan saya pinta pada kepala koki untuk memasakkannya,” balas Vander.Ilkay mengangguk. Dia berbalik secara tiba-tiba, membuatku terperanjat kaget.Wajah berseri tak pernah pudar di wajahnya setelah memasuki mansion ini. Matanya menatap
“Aku akan jelaskan nanti– jadi, kalian akan membiarkanku berdiri di sini?”Lantas, dua wanita yang tampaknya sangat mengenal Ilkay itu segera berdiri. Mereka beranjak, sambil membungkuk, dan salah satu mereka berjalan mendekati pintu.Pintu tersebut digedor, sampai seorang pria berzirah membuka pintu dengan raut wajah masamnya.Mulutnya hendak terbuka menanyakan apa yang terjadi, tapi kembali tertutup bersamaan dengan mata membelalak kaget.“Oh– Astaga– HORMAT SAYA PADA YANG MULIA.”Aku tercengang. Melihat ksatria tersebut juga menunjukkan sikap yang sama dengan dua pelayan wanita itu.‘Sebenarnya, apa yang terjadi?’Tidak mungkin jika pria di hadapanku saat ini merupakan orang yang disegani atau bisa dibilang dari keluarga kerajaan.Namun, jika dilihat-dilihat, perawakan yang berwibawa dengan senyum profesional, terlihat seperti bangsawan ataupun keluarga kerajaan yang telah diajarkan cara menyimpan masalah melalui senyum manis mereka.Pelajaran etika yang tidak pernah diajarkan pada
Aku hanya mengikutinya dari belakang. Lagi dan lagi, entah mengapa aku terlalu menurut pada pria itu.Langkah demi langkah, kudengar terus suara tebasan semak belukar yang ada di depanku. Hanya menggunakan pedang panjang, dia memotongnya dalam sekali tebasan. Begitu hebat dan kuat.Aku pun menengadah. Secara perlahan, langit mulai menggelap. Kini, langit berwarna jingga telah berubah menjadi biru gelap yang dihiasi oleh bintang-bintang.Suara hewan yang ada di hutan ini cukup mengerikan, sunyi senyap yang ditemani dengan suara lolongan.Ilkay tadi mengatakan akan membawanya ke tempat istirahat, tapi maksud dari istirahat tersebut apa?Tak berani mulutku bergerak untuk menanykanannya. Aku diam membisu seperti anak ayam yang baru saja dikenai berang sama induknya. Lalu, mengekor ke sana kemari dalam diam.“Kita sampai,” ucap Ilkay.Aku mengalihkan pandangan. Menatap kakinya yang tidak lagi melangkah. Aku pun ikut berhenti.Kutatap punggungnya yang lebar, lalu bergerak menyamping untuk m
“Kekuatan?” tanya Ilkay. Aku mengangguk. “Purnama bulan merah.” Dapat kurasakan keheningan yang mencekam. Melihat Ilkay dengan mata yang sedikit melebar, menunjukkan manik mata biru permata yang indah, lalu mulut tertutup rapat seakan dia terkejut mendengar ucapanku tadi. “Kau tahu cara mengendalikannya?” tanya Ilkay. Barusan, kekuatanku muncul bisa kemungkinan karena untuk melindungiku … tapi, dibilang melindungi, kenapa saat itu aku tidak dilindunginya? Tubuh yang mudah hancur ini tidak tahu cara mengeluarkan kekuatan, apalagi mengendalikannya. Aku pun menggeleng hebat. Menatap Ilkay dengan rasa penuh bersalah dengan kening mengernyit dan mulut cemberut. “Tidak. Aku tidak tahu. Kekuatan itu muncul begitu saja,” jawabku. Entah mengapa … aku merasa diriku yang dulu, bahkan yang sekarang sama-sama merepotkan. “Jadi, dia muncul saat-saat yang genting, huh?” Ilkay bergumam, tapi aku dapat mendengar ucapannya dengan jelas. Kepalaku terangkat untuk melihat wajahnya lagi. Sambil b
‘Bajunya–’ Mata Ophelia melebar. Mulutnya sedikit ternganga. ‘Ledakan tadi pasti membuat Ilkay kehilangan fokus.’ Hingga, dia kembali pada keadaan Ilkay yang saat ini bertarung melawan Hydra.[]Ophelia POV‘Bajunya–’ Aku melebarkan mata dan bahkan mulutnya menganga melihat ujung bajunya sedikit robek dan penampilannya yang kusut.Kucoba untuk tenang, sambil menatap Ilkay.‘Ledakan tadi pasti membuat Ilkay kehilangan fokus.’Aku pun mengalihkan pandangan. Menjatuhkan pandanganku pada monster yang ternyata sudah menyadari keberadaan kami. Akan tetapi, Ilkay tampak tidak mengetahui ada monster yang sedang menatap kami dengan intens.Tanganku bergerak mengarah ke monster tersebut dan monster itu pun bergerak bersamaan aku memegang tangan kananku.Kedua bahuku terangkat, spontan mataku memejam melihat monster besar tersebut bergerak cepat.‘Bagaimana cara mengeluarkan kekuatan tadi!?’ pikirku.Pikiranku terus tertuju pada kejadian yang sebelumnya. Dimana secara tiba-tiba ledakan terjadi
“Apa tidak ada yang bisa aku bantu?" tanyaku, meskipun tak ada orang yang mendengar pertanyaanku. Lagi-lagi aku mendengus. Tapi, kali ini perasaanku berbeda dari sebelumnya. Tubuhku secara tiba-tiba menggigil dan sesuatu yang ada di belakangku membuat tubuhku membeku. Bayangan yang besar ada di bawah, dan aku dapat menduga siapa yang ada di belakang hanya dengan hangatnya nafas yang mengepul mengenai puncak kepalaku. Mataku melebar, mulutku terkunci, dan suaraku tercekat hanya untuk berteriak. Aku dapat menduga bahwa sesuatu yang besar mengancam nyawaku dan ketika aku berbalik– Ledakan pun terjadi. [] Ilkay berusaha menghindari serangan semburan api yang keluar dari mulut Hybrid. Dia terperanjat kaget ketika mendapati suara ledakan yang begitu nyaring dan besar berada di dekatnya. “Suara apa itu!?” tanyanya. Sempat untuk membalikkan tubuh, mengalihkan pandangan tepatnya pada tempat Ophelia bersembunyi. Ilkay melebarkan mata. Dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi
“Setidaknya, biarkan aku membantumu,” pintaku, seakan memelas kepada Ilkay.Namun, alih-alih mendapat izin, Ilkay justru tertawa sinis. Ya, aku yakin dia sedang merendahkanku.“Apa yang bisa kau lakukan?” tanya Ilkay.Pada saat itu, suara lolongan dari serigala terdengar dari dekat. Itu berasal dari monster yang baru saja datang ke tempat ini. Badannya sangat besar, tapi bisa dikatakan sebagai badak. Pada pundaknya, terdapat duri-duri seperti landak dengan ujungnya yang berwarna merah. Seolah merah merupakan darah para penjelajah atau pemburu yang gagal melawannya. Sedangkan wajahnya … seperti serigala dengan mulut yang panjang dan telinga seperti singa. Semua giginya merupakan gigi taring dan itu pun dipenuhi dengan lendir.‘Mo
Aku pun menggeleng hebat yang membuat Ilkay mengernyit.“Kenapa?” tanya Ilkay meminta penjelasan akan sikapku.“Kau ingin melawannya?” tanyaku.Mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya, Ilkay pun menjawab,“Jika aku tidak melakukan itu, mereka akan tetap berada di sini.”Pandangannya berganti pada Hydra yang tak kunjung beranjak dari tempatnya. Sorot mata Ilkay menajam dan tangan yang disembunyikan dari jubah yang sedang dikenakan itu ia keluarkan. Terlihat jelas pedang yang pernah sekali ia gunakan.“Hydra dapat mencium bau manusia dan selama kita tidak muncul, mereka akan tetap berada di tempat ini.”
"Kau ...."Ilkay mengeluarkan suaranya, tapi suara tersebut terhenti begitu saja, sampai tangannya bergerak menuju tangan dan menutup wajahnya. Ia mendengus sambil mengusap wajah dengan kasar.Sebenarnya, aku tidak peduli dengan reaksinya. Tapi, melihat pria pengembara itu terlihat frustasi, aku pun mengalihkan pandangan.Aku mencoba untuk berdiri dan membersihkan kedua tangan dengan baju, tapi– ah, sayang sekali jika baju ini kotor. Hanya ada satu baju yang tidak dapat diganti sebelum pria pengembara dengan rambut pirang itu mau membelikanku baju lagi; meskipun itu tidak mungkin.Ilkay yang ada di sampingku menjangkau tanganku, memegangnya dan membersihkannya dengan sapu tangan yang tiba-tiba ada dari dalam jubahnya.&