Share

Hari yang melelahkan.

Author: Nona_Lyanna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)

Part: 1.

***

Namaku Bunga. Aku berusia 18 tahun, dan aku hanya lulusan SD, aku tidak bisa melanjutkan pendidikanku karena kurangnya biaya!

Ayahku beberapa tahun belakangan ini mengalami stroke dan tidak bisa lagi mencari nafkah.

Lalu tugas Ayah di ambil alih oleh Ibuku. Semenjak Ayah terbaring sakit, setiap hari Ibu membuat kue untuk di jual keliling ....

Aku yang membantu Ibu menjual kue keliling kampung!

Seperti biasa hari ini aku bersiap-siap untuk menjajakan dagangan kue Ibu.

"Bunga sayang sudah siap Nak?"

"Iyaa bu ... Bunga sudah siap." Aku bergegas menghampiri Ibu dan Segera membawa kue untuk di jual keliling.

"Bunga pamit Bu, doain ya semoga laris hari ini."

"Pasti dong sayang Ibu selalu do'akan."

Aku berjalan kaki mengitari kampung.

"Kue ... kue ...."

"Kue nya Buk?" tawarku pada sekerumunan Ibu-Ibu yang sedang asyik bergosip.

"Berapa dek?" tanya salah seorang Ibu itu.

"Seribuan saja Buk!" jawabku sambil tersenyum.

"Bungkusin sepula
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Pria sombong itu ternyata ....

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 2.***"Reza! Kamu kok bisa ada di sini?" tanya Mbak Luna yang terdengar begitu akrab."Iya, Mbak. ada urusan yang berhubungan dengan pekerjaanku," sahutnya."Oh begitu, mobilmu kenapa?" tanya Mbak Luna lagi."Gak tau Mbak, tiba-tiba mogok," jawabnya pasrah."Hmmm ... Gak jauh dari sini ada bengkel kok," sambungku."Eh, kamuu!" Pria itu terlihat kaget saat melihatku."Kalian saling kenal?" tanya Mbak Luna heran.Bukan kenal! Tetapi sial. Pria ini telah berbuat salah, tetapi malah menghinaku. Menyebalkan!"Tadi pas Bunga lagi jualan kue keliling, Bunga terkena cipratan genangan air akibat pria sombong ini Mbak," jawabku dengan kesal."Eh, Bunga! Yang sopan kamu bicara sama Reza. Dia ini tetangga Mbak di kota," jelas Mbak Luna."Apa Mbak?" Aku sontak kaget," berarti di kota aku bakalan sering bertemu dengan pria menyebalkan ini," keluhku dalam hati.Pria yang bernama Reza itu tersenyum sinis mendapat pembelaan dari Mbak Luna. Moodku men

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kabar buruk dari kampung

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 3.***"Kaamuu ...?""Diam ah jangan berisik, cepat keluar lewat jendela ini," perintahnya."Tapi mau ngapain?" tanyaku bingung."Keluar saja dulu," perintahnya lagi.Aku pun segera keluar lewat jendela kamarku yang ternyata terhubung dengan taman samping rumah pria itu."Katakan apa tujuanmu menyuruhku ke sini?" Aku kembali bertanya."Jangan ge-er. Kamu lihat itu ...." Ia menunjuk ke arah selokan."Kucing siapa itu? Kasian sekali." Aku langsung menghampiri kucing yang ada dalam selokan samping rumah Mbak Luna. Sepertinya ia terjatuh dan tidak bisa naik kembali."Itu fusi, kucing kesayangan saya. Bawa ke sini, dan ambil ini ...." Pria tampan yang sombong itu kembali melemparkan beberapa lembar uang merah padaku, dan segera berlalu."Hei, tunggu!" Aku bergegas mengejarnya.Kulemparkan kembali uang itu ke wajahnya."Dasar manusia sombong, bukannya berterima kasih. Kamu fikir segala hal hanya tentang uang?"Mataku berkaca-kaca, tidak bis

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Saya akan berikan sepuluh juta perbulan

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 4***Tuan Reza meninggalkanku begitu saja, ia masuk kedalam rumah tanpa menoleh lagi.Aku tersungkur menangis mengingat bagaimana nasib orang tuaku di kampung.Tiba-tiba Mbak Luna sudah berdiri di sampingku."Heh, Bunga. Ngapain kamu?" tanya-nya.Aku buru-buru menghapus air mataku."Itu Mbak, tadi Bunga terpeleset." Aku terpaksa berbohong pada Mbak Luna."Cepat mandi dan bersiap-siap. Nanti kamu di dapur aja urus bagian dapur, jangan keluar, Mbak gak mau kalau sampai temen-temen arisan Mbak lihat penampilan kamu yang kampungan ini," ucap Mbak Luna.Mbak Luna pun slalu saja menghinaku.***Hari sudah malam, dan pesta keponakkanku di gelar dengan begitu meriahnya. Aku hanya mengintip dibalik dapur, tidak boleh ikut keluar. Dan aku pun tidak berminat lagi untuk bersenang-senang, mengingat kondisi Ayah yang sekarang sedang tidak baik-baik saja.Suasana pesta yang begitu ramai, gelak tawa Mbak Luna terdengar begitu bahagia, bahkan Mbak Lu

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Perjanjian.

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 5."Sepuluh juta Tuan"? Aku sontak tak percaya mendengarnya."Iya," jawabnya singkat."Saya siap Tuan! Apapun persyaratannya," ucapku senang."Bagus!! Besok pagi temui saya disini," sahutnya datar.Aku pun tak sabar menunggu pagi.Malam ini mataku enggan terpejam.Fikiranku melayang-layang. Apa sebenarnya yang pria itu inginkan.Bahagia bercampur gelisah yang kini aku rasakan.Iya, tentu saja aku bahagia. Karena dengan uang itu, aku bisa membawa Ayah berobat, bahkan ke pengobatan yang lebih layak.Tapi di sisi lain, aku cemas dengan perjanjian apa yang akan aku sepakati dengan pria kaya itu.Aku larut dalam fikiranku sendiri hingga akhirnya tertidur.***Pagi yang ditunggu akhirnya tiba.Aku bergegas mandi, dan segera menyiapkan sarapan untuk keluarga Mbak Luna, setelah smuanya siap, aku langsung menemui Tuan Reza.Dengan langkah yang pelan, aku kembali keluar lewat jendela kamar.Kini aku telah berada di depan pintu rumah mewah, Tuan

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Pengobatan Ayah

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 6.***Setelah menyetujui perjanjian bersama Tuan Reza. Aku pun menerima uang kes darinya."Ini ambil ...!" ucapnya sambil memberikan uang di dalam aplop kuning."Terimakasih banyak Tuan," sahutku senang antara rasa terharu, dan rasa iba pada diri sendiri."Sudahlah!! Sesuai kesepakatan kita tdi. Jangan sampai ada yang mengetahui perjanjian ini," paparnya memperingati."Baik Tuan," sahutku lagi.***Aku pun segera kembali ke kamar sebelum Mbak Luna mengetahui keberada'anku.Sesampainya aku di kamar, aku langsung menghubungi Ibu!!"Hallo, Bu. Gimana kondisi Ayah? Apa sudah membaik?" tanyaku cemas."Belum nak, Ibu gak tega lihat Ayah begini," sahut Ibu terdengar begitu sedih.Ibu terisak-isak menangis...!!Hatiku pun ikut teriris."Lebih baik sekarang Ibu bawa Ayah berobat. Bunga sudah dapat uang Bu," ucapku."Dapat uang dari mana kamu nak?" tanya Ibu."Nanti Bunga cerita'in ya Bu. Yang penting sekarang Ayah bisa di bawa berobat, nanti

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Memulai kesepakatan

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran) Part: 7. *** Setelah beberapa lama aku menyaksikan Tuan Reza bersama gadis cantik itu, tiba-tiba ponselku berdering .... Panggilan dari Ibu. "Bungaa, gimana di sana nak?" tanya Ibu. "Bunga baik-baik saja di sini Bu. Jangan khawatirkan Bunga, Ibu fokus saja mengurus Ayah," jawabku. "Iya nak, Ayah sudah mendingan.. tapi dari mana kamu dapat uang sebanyak itu?" tanya Ibu serius. Ibu terdengar cemas. Aku harus jawab apa? "Bu ... nanti bunga telefon Ibu ya, Bunga dipanggil Mbak Luna." Aku mematikan telefon ibu begitu saja. POV Ibu: Kenapa Bunga bersikap aneh ya. Ya, Allah lindungi setiap langkah Anakku. Jangan sampai dia macam-macam di kota. *** Huhhh. Sepertinya aku gak bisa bicara dengan Ibu buat beberapa waktu ini. Karna pasti Ibu bertanya perihal uang itu terus. Tok-tok-tok Seperti biasa ada yang mengetuk jendela kamarku. "Tuan ..." "Saya tunggu kamu di rumah saya sekarang," perintah Tuan Reza. "Baik, Tuan!" sahutku menu

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Pertemuan dengan orang tua Tuan Reza

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 8***Aku sudah memakai dres cantik berwarna merah hati, pemberian dari Tuan Reza. Tak lupa juga aku memoles sedikit make up di wajahku agar serasi dengan dres yang aku pakai.Hari ini adalah hari minggu. Jadi semua orang ada dirumah, termasuk mas hendra.Aku melangkahkan kaki keluar kamar dan mbak Luna melihatku dengan dres mahal yang aku kenakan."Bunga ... mau kemana kamu berdandan seperti itu? Eh tunggu dulu dari mana kamu dapat dres mewah ini?" ucap Mbak Luna sinis."Ada apa sih Ma? Pagi-pagi udah tinggi aja nada suaranya," sahut Mas Hendra yang mendengar ucapan Mbak Luna."Ini lho, Pa. Si Bunga dapat dari mana dres mahal begini. Jangan bilang ini Papa yang kasih?" papar Mbak Luna."Enggak kok,Ma. Itu bukan dari Papa" jawab Mas Hendra jujur."Bunga, kamu mau kemana pagi-pagi begini? Dijawab dong, Si Mbaknya bertanya," ucap Mas Hendra lembut."A-anu Mas ...." Aku bingung harus bagaimana menjawab mereka."Jangan-jangan kamu nyuri u

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Rencana lamaran.

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 9.***Bunga!" teriak Ibu.Ibu berlari ke arahku, dan memelukku dengan begitu eratnya. Seolah-olah kami ini sudah berpisah begitu lamanya."Mereka siapa Bunga," tanya Ibu yang melepaskan perlahan pelukannya.Ibu tersenyum menatap keluarga Tuan Reza. Dan terlihat jelas Ibu ada sorot kebingungan di manik mata senjanya."Ajak masuk dulu atuh Bu," ucapku."Oh iya. Maaf ya Tuan, Nyonya," papar Ibu merasa tidak enak."Gapapa Buk. Jangan panggil kami dengan sebutan begitu. Panggil saja, saya Buk Indah, dan ini suami saya, Pak Dani!" sahut Tante Indah sambil memperkenalkan diri dengan begitu ramah"Iya baik lah Buk Indah. Ayo silahkan masuk," ajak Ibu.Akhirnya kami pun masuk ke dalam rumah dan berbincang-bincangTante Indah mencertikan maksud tujuannya datang ke sini.!!Sementara Om Dani mengiyakan perkata'an sang istri. Di sisi lain Tuan Reza hanya sibuk dengan ponselnya.Dan Ibu segera menuntun Ayah untuk ikut duduk bersama kami di sini."

Latest chapter

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Tamat.

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 25.***POV Reno.***Hari ini adalah hari paling membahagiakan sepanjang hidupku. Ibu akan berangkat umroh memenuhi impiannya. "Titip Sita ya, Ren. Tolong jaga dia dengan baik selama Ibu tidak di rumah," kata Ibu. Sebelum ia berangkat.Aku tersenyum mengiyakannya. Betapa Ibu sangat menyayangi Sita..Waktu berjalan, aku dan Sita kompak mengurusi usaha yang kini tengah naik daun."Rumah terasa sepi ya, Mas tanpa Ibu," ucap Sita sedih."Iya, Dek. Tapi Ibu kan tidak lama di sana," sahutku."Aku sudah tak bisa jauh-jauh dari Ibu," papar istriku.Aku meraihnya ke dalam dekapanku. "Terima kasih, Dek. Terima kasih karena telah membuat Mas begitu bangga padamu.".10 hari kemudian ....Ibu pulang dan kami kembali berkumpul. Rasanya sangat membahagiakan."Ibu," lirih Sita memeluk tubuh Ibu."Kenapa, sayang? Kau pasti merindukan Ibu kan?" Ibu tersenyum sambil membelai kepala Sita.Sita menangis tanpa menjawab. Sedangkan aku turut bergabung da

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Sejahtera. POV Sita.

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 24.***POV Sita.Sore itu aku mendapat pesan dari aplikasi biru yang sedang aku buka. Seorang teman lama mengajakku bertemu dengan dalih ingin memperkenalkan produk kosmetik ternama miliknya.Aku yang memang sedang bosan di rumah, akhirnya setuju dan menemuinya.Kami bertemu di restoran yang sudah disepakati."Hay, Sita! Kamu tampak lebih cantik sekarang," sapa Budi sekaligus memuji.Ya, namanya Budi. Teman sekolahku dulu waktu masih SMA."Hey, terima kasih.""Oya, langsung saja aku kasih kamu lihat tentang produkku ini."Budi mengeluarkan berbagai jenis skincare. Aku memeriksanya satu persatu. Namun, aku ragu dan tak tertarik."Hem, aku sebenarnya sudah cocok dengan skincare lamaku, Bud.""Cobain dulu aja! Atau kamu coba lipstik ini. Biar aku pasangkan."Budi dengan sigap ingin mengoleskan lipstik itu di bibirku, tapi aku menepis tangannya dengan cepat."Jangan kurangajar! Aku sudah menikah, dan jika ada yang melihat maka pasti akan

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kebenaran terungkap

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 23.***Aku menggeleng dan hendak berlalu dari gudang ini.Namun, pintu tak bisa dibuka."Tolong! Tolong!"Buk Fatma tiba-tiba menjerit minta tolong sembari merobek bajunya sendiri."Apa maksud Buk Fatma melakukan ini?" tanyaku dengan raut wajah entah bagaimana."Tolong! Tolong saya!" teriaknya lagi.Aku panik dan tak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali aku memutar gagang pintu.Namun, seketika Buk Fatma memelukku dari belakang."Tolong!""Lepas, Buk! Anda sudah kehilangan akal!" hardikku.Buk Fatma terus berteriak minta tolong sambil mendekapku erat.Hingga tiba-tiba pintu dibuka dari luar."Tolong saya," lirih Buk Fatma yang ambruk ke lantai."Buk Fatma, ayo cepat bantu Buk Fatma," ujar sekuriti.Saat ini di depan gudang sudah ramai para pegawai berkumpul. Mereka menatapku tajam serta memaki berbagai umpatan kasar."Dasar tak tahu terima kasih! Sudah diberi jabatan tinggi, malah ingin memperkosa atasan sendiri," ucap para wanita ya

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kembali harmonis dan kiriman aneh

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 22.***POV Reno. Sore ini aku pulang dengan penuh semangat. Rasa rinduku menumpuk ingin segera bertemu Sita. Hubungan kami yang renggang membuah aku begitu tersiksa. Dan perubahan sikap istriku sudah cukup mengobati lukaku yang sebelumnya tercipta..Sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar mencari keberadaan Sita. Namun, istriku tak ada di dalam kamarnya. Kemudian aku ke dapur untuk mengecek. "Bu, Sita ke mana?" tanyaku pada Ibu."Tadi katanya ada teman lamanya yang ngajak bertemu di luar. Ibu sudah menyuruh Sita untuk meminta izinmu terlebih dahulu," ujar Ibu."Oh, ya sudah kalau begitu." Aku tak ingin memperpanjang masalah kecil lagi. Mungkin Sita suntuk dan butuh hiburan di luar. Tentang izin dariku, aku mengerti Sita masih marah. Jadi mana mungkin dia mau menghubungiku terlebih dahulu..Hampir satu jam berlalu, Sita pulang dengan wajah sumringah."Kamu habis ketemu siapa, Dek?" tanyaku menyelidik."Seseorang, Mas

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   POV Fatma

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 21.***POV Fatma.Setelah mendapat alamat rumah orang tua Sita, aku langsung bergegas menemuinya di sana. Sebelumnya aku juga sudah mengatakan pada keluarga Reno.Sampai di kediaman orang tua Sita, aku dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangganya."Buk Fatma, dari mana tahu alamat rumah orang tuaku?" tanya Sita menatap sinis padaku."Dari siapa lagi kalau bukan dari Reno," jawabku santai.Sita semakin menatapku tak suka. Tak lama kemudian kedua orang tuanya turut bergabung duduk di dekat kami."Jadi kamu yang bernama Fatma?" tanya lelaki yang masih tampak gagah di usia yang tidak muda lagi itu.Aku mengangguk pelan sambil tersenyum."Wanita ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Pa. Dibalik sikap lembutnya, tersimpan racun yang berbisa," cibir Sita.Aku berdehem pelan menanggapi ucapannya. Senyumku masih terpasang. Menghadapi orang seperti Sita cukup dengan ketenangan."Sebelumnya saya minta maaf. Namun, saya tak mau berlama-lama m

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Perubahan sikap istriku

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 20***"Dalam rangka apa Ibu ingin mengundang Buk Fatma?" tanyaku menyelidik."Ingin meminta maaf. Ibu dan Sita sudah sepakat untuk meminta maaf secara langsung pada Fatma. Tolong kau undang dia malam ini ya, Ren." Lembut suara Ibu membuat aku tak bisa menolak."Baiklah, Bu."Aku berlalu ke dalam kamar dan meninggalkan mereka yang tengah sibuk memasak.Rasanya sedikit lega jika Sita benar-benar bisa menyayangi Ibuku seperti aku menyayanginya..Di dalam kamar, aku menelepon atasanku untuk memberitahu kabar bahagia ini.Panggilanku berdering dan dijawab dengan cepat."Halo, Ren! Tumben telepon. Ada apa?" tanya-nya terdengar senang."Iya, Buk Fatma. Maaf jika saya mengganggu. Saya hanya ingin mengundang Buk Fatma untuk makan malam. Ini adalah permintaan dari Ibu," ujarku."Alhamdulillah, saya senang sekali menerima undangan dari beliau. Saya pasti datang, Ren.""Terima kasih, Buk Fatma. Kami semua menunggu kedatangan Buk Fatma nanti mala

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Ada yang ganjil

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 19***"Sita sudah berubah jadi lebih baik. Tak pantas jika Ibu mencampakkannya. Silakan keluar, Ren. Bawa ponselmu ini! Ibu tak butuh bukti rekaman semacam ini."Langkahku terdorong mundur. Rasanya tak percaya mendapat tanggapan seperti ini dari Ibu.Kenapa Ibu dibutakan oleh Sita?Apa yang telah Sita katakan pada Ibu?Benarkah ada ancaman?Akhirnya aku berjalan menuju kamar. Di dalamnya tentu ada Sita yang sedang bersantai."Mas," lirihnya canggung saat melihat wajahku.Aku menatap matanya tajam tanpa sebuah senyuman. Hatiku telah panas, sepanas suasana siang hari di ibukota ini."Apa yang kau lakukan terhadap Ibuku? Kenapa Ibu seolah melindungimu walau kenyataannya telah membuktikan kau bersalah, Dek." Bergetar suaraku mengutarakan hal tersebut."Kenyataan apa maksudmu, Mas?" tanya Sita berlagak heran."Jangan pura-pura lagi, Sita! Lihatlah ini!"Aku melempar ponselku ke ranjang dan membiarkan rekaman itu terputar.Sita meraihnya da

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kelicikan Sita

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 18***POV Reno.Aku ke kantor dengan perasaan resah dan gelisah. Melihat sikap Ibu yang bersikeras membela Sita, membuat aku ikut merasa bersalah.Kenapa aku sebagai seorang suami tak bisa mempercayainya sedikit saja seperti Ibu?Apakah istriku seburuk itu?.Sampai aku di kantor dan masuk ke dalam ruangan. Bukannya mengerjakan tugas, aku malah merenungi semua yang sedang terjadi.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanku. Dapat dipastikan yang datang adalah Buk Fatma."Masuk," lirihku dengan malas.Senyum indah Buk Fatma terukir saat menatap wajahku."Ren, maaf untuk keributan yang tercipta di rumahmu tadi. Saya benar-benar mengkhawatirkan Ibu. Tidak lebih dari itu Ren," ujarnya."Iya, Buk Fatma. Saya yang minta maaf atas sikap Ibu saya. Namun, biasanya beliau memang memiliki feeling yang kuat," paparku.Wajah Buk Fatma langsung berubah jadi kesal. Aku sadar, ucapanku mungkin sedikit menyinggungnya."Ibu terlalu baik d

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Ibu mertuaku cerdas

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 17***POV Sita.Setelah suamiku berangkat ke kantor. Tak lama bel berbunyi. Aku mengintip dari balik tirai, ternyata wanita munafik itu yang datang."Nak, kenapa tak dibuka pintunya?" tanya Ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangku.Aku menarik pelan tangan Ibu untuk segera menjauh."Bu, di luar ada Buk Fatma. Apa Ibu mau bekerjasama denganku?"Alis Ibu mertua bertaut saat mendengar ucapanku."Bekerjasama apa, Sita?""Ibu bukain pintu, dan jangan bilang kalau aku sudah kembali. Aku ingin mendengar apa saja yang akan dia katakan.""Tapi, Nak. Ibu tidak terbiasa berbohong.""Ayolah, Bu. Aku hanya ingin membuktikan pada Ibu, kalau Buk Fatma itu tidak sebaik yang kalian kira."Dengan ragu, akhirnya Ibu mengangguk.Aku langsung bersembunyi di balik sudut pembatas ruangan.Setelah Ibu membuka pintu, keduanya pun segera duduk di sofa.Aku dapat melihat dengan jelas kalau saat ini Buk Fatma memasang wajah sedih dan sangat polos.Berbeda saat i

DMCA.com Protection Status