“Kal, aku belum tahu bagaimana membuat ekspresi untuk beberapa dialog. Ayo berlatih bersama. Kau bisa memberiku petunjuk.” Ucap Niana dengan sikap polos dan antusias.Kal yang saat ini sedang dirias hanya melirik Niana sekilas tanpa mengucapkan satu kata tanggapanpun.Kemarin, Niana datang menggantikan posisi pemeran wanita ke dua yang tiba-tiba mengundurkan diri. Tentu saja Kal tahu bahwa itu semua adalah rancangan Niana. Jika Niana bisa, dia pasti akan menggantikan pemeran utama wanita. Hanya karna pendukung pemeran utama wanita tidak mudah diganggu sehingga dia mundur selangkah dan memainkan peran wanita kedua.Kal tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan Niana sampai rela terjun ke dunia yang sama sekali tidak dikenalnya seperti dunia akting.Bukankah penolakannya jelas? Apakah pengabainya tidak cukup? Bagaimana dia masih keras kepala selama bertahun-tahun? Apa dia tidak merasa bosan?Niana yang diabaikan merasa kesal dan malu. Terutama ketika penata rias dan asistennya dengan hat
Raya terdiam melihat kata 'kita' pada pesan Kal. Hanya kata sederhana itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Mengalirkan terlalu banyak darah ke kepalanya hingga membuat wajahnya memerah dan terasa panas.“Apakah bintang besar ini salah ketik?” Gerutu Raya kesal. Tapi senyuman kecil jelas ditahan olehnya agar tidak merekah. Dia tidak menyangka jika kata sederhana itu memiliki pengaruh yang cukup besar pada hatiny.Raya berkedip beberapa kali. Menatap lama pesan itu. Memikirkan kata untuk membalasnya.[Ya, lain kali kita akan meluangkan waktu. Semangat syutingnya, lakukan yang terbaik.]Setelah mengirimkan kalimat itu, Raya berjongkok dan menutup wajahnya. Aneh. Terlalu aneh buatnya untuk menyemangati orang lain dengan cara seperti itu. Memalukan. Dia jelas bukan lagi gadis muda tapi mengirimkan kata-kata genit seperti itu.Dia tidak ingin memberikan kesan terlalu antusias, tapi juga tidak ingin dipandang terlalu dingin. Pembatasan ini membuatnya kebingungan. Dia tidsk yakin ba
“Apa yang kak Gin lakukan disini?” Tanya Juleha. Kota F tidak terlalu jauh dari ibukota. Tapi ini hanya kota kecil. Tidak memiliki daerah cantik yang memukau atau hal menarik layaknya kota pariwisata.Bagi Juleha, sangat aneh bisa bertemu Gin disini. Pria yang sangat mencintai kehidupan gemerlap ini, untuk apa pergi ke tempat yang bisa dikatakan didominasi oleh perkebunan ini?“Mengikuti ajakan teman.” Sahut Gin asal sambil mengangkat bahunya. Lalu dia tertawa ketika menatap Juleha dari atas ke bawah, “apa Raffa tahu kalau kau kabur ke sini hanya untuk mandi lumpur?”“Meskipun dia tahu lalu kenapa? Mandi lumpur bukan termasuk bagian dari dosa seperti yang biasa kakak lakukan?” Juleha mengangkat wajahnya dengan sombong.Gin tertawa hingga bahunya gemetar hebat. Gadis ini masih sangat lucu seperti terakhir kali bertemu. Sebenarnya dia ingin mencoba melihat seperti apa reaksinya jika berada dibawah paksaan tubuhnya. Apakah masih akan memiliki mulut tajam dan beracun? Atau justru menangi
Keheningan diseberang sana membuat Kal gugup. Bagaimana jika Raya bertanya kenapa dia tahu keberadaannya? Apakah dia harus berkata jujur tentang menempatkan bodyguard disekitar wanita itu? Tapi bagaimana jika Raya marah? Atau... dia berbohong saja?Kal yang selalu tegas tanpa banyak kebimbangan baru merasakan apa yang disebut dengan dilema. Meski dia kesal pada dirinya yang seperti ini, pada akhirnya dia hanya bisa menghela nafas tak berdaya.Dia memutukan untuk melihat bagaimana sikap Raya terlebih dahulu.“Baiklah, aku akan pulang.” Terdengar suara Raya. Lembut dan terkesan lelah.Kal tidak yakin psikologi seperti apa yang dimiliki Raya saat ini, kekhawatirannya hanyalah omong kosong. Wanita itu bahkan tidak bertanya bagaimana dia tau tentangnya. Tapi seperti ini juga bagus.“Tunggu ditepi jalan, aku sudah memesankan taksi untukmu.” Ucap Kal. Kemudian dia menambahkan dengan lembut, “jangan khawatir, kau aman bahkan ketika menunggu ditepi jalan.”Hening lagi diseberang sana. Mungkin
“Kak Raya!” Panggil Yasnuar sambil membuka pintu.“Bu!” Noval yang seharian tidak bertemu Raya mulai merindukan ibunya itu.Berbeda dengan Noval yang mencari Raya setengah berlarian dan bermain-main, Yasnuar bergerak cepat memeriksa semua ruangan. Tidak lama kemudian, dia segera kembali ke ruang tengah dimana Juleha baru saja masuk.“Kak Raya tidak ada dimanapun.” Lapor Yasnuar pada Juleha.Bukannya Yasnuar sudah mempercayai Juleha sepenuhnya, tapi karna dia tidak memiliki siapapun yang lebih bisa diandalkan saat ini.“Coba telepon lagi. Siapa tahu sudah tidak sibuk.” Saran Juleha tanpa menunjukkan kepanikan. Juleha memiliki keyakinan jika orang dewasa seperti Raya sudah mampu bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Jadi tidak perlu terlalu khawatir selama tidak ada kabar buruk.Yasnuar yang kesal melihat sikap santai Juleha segera menghubungi Raya lagi. Tersambung. Tapi masih tetap tidak dijawab. Seketika dia menjadi lebih kesal. Dia tidak mengerti. Jelas Raya mengatakan akan naik t
[Ini tunangan Kal El?! Tidak mungkin! Gosip ini sangat berbahaya! Kenapa akhir-akhir ini Kal El ku terpapar gosip tidak bertanggung jawab?!][Kal El sudah dewasa! Tetanggaku seumuran Kal El sudah memiliki anak setinggi pinggang!][Diatasku konyol! Apa layak tetanggamu dibandingkan dengan Kal El?! Karir Kal El masih dipuncak kecemerlangan, sekarang belum saatnya memikirkan wanita!][Aku patah hati! Aku belum siap! Beri aku waktu untuk menerima fakta bahwa Kal El akan menjadi milik seseorang! Tidak boleh sekarang!][Diatasku tidak masuk akal! Anakku Kal El berhak bahagia! Dia berhak memiliki pacar atau bahkan istri dan anak kapanpun dia mau!]Keributan diinternet seperti gelombang tsunami. Para penggemar pacar tidak bisa menerima tunangan Kal El, penggemar karir tidak ingin karir Kal El terhambat akibat lebih fokus pada kekasihnya, sementara penggemar ibu selalu ingin yang terbaik untuk Kal El. Lalu penggemar ekstrim? Mereka menganggap Kal El tidak menghargai penggemarnya yang mendukung
Zaki membanting ponselnya hingga hancur. Nafasnya memburu. Wajahnya merah dan mengeras penuh amarah.“Beraninya dia!” Raungnya sambil menyapu semua barang-barang dimeja hingga berserakan dilantai. Menimbulkan suara riuh yang berdenting didalam ruangan.Zaki marah pada kesembronoan Kal. Tapi pria itu memiliki kemampuan untuk bertindak sembrono! Jadi dia hanya bisa menelan amarah ini tanpa bisa melampiaskannya secara langsung pada Kal. Antara Kal dan Niana, tentu saja dia condong pada gadis yang selalu dimanjakannya sejak kecil itu. Namun, konsekuensinya adalah dia harus pusing menghadapi ancaman Kal. Pria itu bukan orang yang mudah diganggu!Setelah menenangkan nafasnya yang memburu, Zaki membuka laci dan meraih ponsel lainnya. Dengan tenang dia menghubungi asistennya. “Cari tahu dimana Gin. Buat janji bertemu. Lalu, beli ponsel baru untukku.” Ucapnya tanpa jeda ketika panggilannya dijawab.Setelah mendengar asistennya akan melakukan semua perintahnya, barulah Zaki merasa sedikit leg
Jam enam pagi, Kal yang baru bangun terkejut melihat notifikasi pesan diponselnya. Dia membuka pesan grup dengan cepat.[Kami akan berkunjung ke rumah Noval... apa kau terkejut, Kal?] Tulis Raffa. Dari tulisannya, jelas pria itu sangat penuh semangat.Terkejut. Kal sangat terkejut, terutama setelah membaca pesan lainnya. Nyawa yang masih tersebar dialam mimpi segera ditarik paksa kedalam pikirannya.[Setelah menyisihkan waktu dengan susah payah, sekarang aku sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan keponakanku yang tersembunyi ha ha. Juga calon ipar, tunggu... apakah ini sudah jadi ipar?] Ini Hilman. Banyak bicara seperti biasanya.Kal berdecak. Tidak perlu bersusah payah menyisihkan waktu untuk menyusahkan Raya. Bagaimana jika mereka dengan ceroboh menyebut Raya sebagai ipar mereka? Apa para penerus perusahaan ini benar-benar kurang kerjaan?[Aku tidak yakin apa yang disukai Noval, jadi aku beli semua yang aku lihat. Jangan salahkan aku. Kal kecil tidak menyukai apa-apa. Jadi t