Share

Dokumen Penting

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Helena menyipitkan mata begitu melihat anak dan calon menantunya tiba di rumah setelah konferensi pers romantis tadi. Dua orang itu bergandengan tangan, tapi Star masih terlihat malu-malu setelah dicium di depan umum. Belum lagi foto yang itu yang diposting di berbagai media sosial dengan caption romantis.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Helena dengan ekspresi wajah menuduh. Lebih tepatnya menuduh Harvie karena Helena hanya menatap putranya.

“Mama gak lihat konferensi persnya? Harvie sudah menjelaskan semuanya di sana,” jawab Harvie santai saja sambil menggiring Star ke arah tangga.

Niatnya sih membawa Star ke kamar dan mereka bisa saling bermanja-manja ria di sana, tapi tentu saja Helena tidak mengizinkan. Helena menyerang Harvie dengan membabi buta, memukul anaknya dengan sekuat tenaga.

“Kamu pikir Mama percaya begitu saja? Setelah apa yang terjadi di akhir konferensi pers itu?” Helena terdengar geram dan tak berhenti memukuli Harvie.

“Auw, Ma. Aduh. Kok aku dipukuli sih? Harvi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Tanggal Pernikahan

    "Apa yang membuat Nona terus-terusan memegang bibir anda?" Karin yang baru masuk membawa keranjang laundry bertanya. "Oh, Karin. Tidak ada apa-apa kok." Star segera menurunkan tangannya dan mencari kegiatan lain. Namun, itu hanya bertahan sebentar saja. Belum juga semenit Star memainkan ponsel, dirinya sudah gelisah. Dia menggigit bibir bawahnya dan kembali memegang bibirnya dengan gelisah, tanpa disadarinya. "Masih memikirkan yang kemarin?" Karin bertanya setelah keranjang laundry diambil alih oleh Irina, yang segera pergi ke walk in closet untuk menata pakaian Star yang baru selesai disetrika. "Hah?" Star yang baru menyadari kelakuannya segera menjauhkan tangannya dari wajah. "Aku tidak memikirkannya sama sekali kok," kilah Star cepat. "Kalau tidak dipikirkan, kenapa bibirnya dipegangi terus?" "Aku tidak melakukan itu Karin. Perasaanmu saja kali," Star masih belum mau mengakui. Namun, menit berikutnya Star mengumpat pelan ketika lagi-lagi Karin menegurnya dengan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Tidak Sabar

    “Selamat pagi, Tante.” Marcus menyapa Helena yang mengawasi koki di dapur. “Selamat pagi juga Mark. Mau main sama Harvie?” tanya Helena biasa saja. Tidak mengherankan melihat Marcus di rumah ini pada akhir pekan. Dia dan Harvie memang biasa pergi bermain golf bersama sedari pagi, jika tidak ada kegiatan lain. “Iya, Tante. Harvie sudah bangun? Soalnya kami tidak janjian.” “Wah, Harvie belum bangun sih. Soalnya belakangan ini dia sibuk banget.” Kemarin Harvie memang baru naik ke kamar agak malam. Dia mengurus dan memeriksa beberapa berkas terkait persiapan pernikahan. Harvie juga memilih lembur agar pekerjaannya tidak terlalu terganggu dengan persiapan pernikahan. “Oh, ya? Perasaan kantor lagi gak terlalu sibuk deh. Apa Harvie sudah mulai mempersiapkan pernikahan?” Marcus bertanya dengan perasaan was-was. Dia belum menemukan ide lain untuk Harvie dan tidak ingin juga kecolongan. “Kalau untuk itu Tante sih kurang tahu ya. Harvie sama Star belum bilang-bilang.” Helena mengikuti pe

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Posesif

    "Begini?" tanya Star pada Harvie. "Seperti ini, Sayang." Harvie mengambil posisi di belakang Star untuk memperbaiki postur tubuh gadis itu dan membantunya memukul bola golf yang kecil dengan benar. Star mungkin pintar secara akademik, tapi untuk urusan seperti ini dia masih butuh banyak belajar. Star sudah berhasil memukul bolanya sedikit dan langsung kegirangan. Seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan baru oleh orang tuanya. Star memang bisa berubah jadi anak kecil jika berada disekitar Harvie. "Astaga. Nyesal juga aku ikut ke sini. Benar-benar bikin sakit mata." Peter berdecak melihat tingkah laku anak dan menantunya itu. "Mesra banget ya, Om?" tanya Marcus berusaha untuk tenang. Dia juga merasa menyesal mengajak Harvie main golf hari ini. Lebih baik Marcus di rumah saja memikirkan rencana lain untuk merebut Star. "Bukan mesra lagi iu namanya, tapi bucin. Rasanya dulu Om gak sebucin itu deh, dari mana Harvie dapat gen bucin ya?" Peter tertawa dengan candaanya sendi

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Perang

    Star sudah ngotot mau pulang ke rumah karena malas melihat para caddy centil itu. Tapi begitu sampai di rumah, mood Star langsung jatuh begitu melihat siapa yang sedang ngobrol dengan Helena. "Stat udah pulang, Nak? Ini adiknya Irina datang loh." Helena langsung berdiri menyambut anak mantunya. "Halo." Irish menyapa Star dengan santainya. "Ngapain kamu ke sini?" tanya Star sedikit kesal. Teringat dengan kelakuan Irish waktu itu. Waktu Star diminta tinggal di rumah keluarga Carlton, dia memang tidak membawa Irish. Toh dia sendiri yang tidak mau bekerja lagi padanya. Jadi Star meninggalkan Irish di apartemen. . Itupun sudah syukur diberi tempat tinggal. Kalau Irish bukan anak Karin dan adik Irina, sudah pasti anak itu akan ditendang Star sejauh mungkin. "Katanya Irish ingin kembali bekerja padamu, makanya dia datang ke sini. Jadi Mama sekalian saja tanya-tanya, apa Irish mau sekalian bantu-bantu di rumah ini seperti Karin dan Irina." "Hah?" seru kaget Star mendengar p

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Bisnis Abal-Abal

    "Kau bilang apa?" Star menatap Valery dengan tatapan tajam. Dirinya sudah tidak peduli lagi dengan orang-orang yang memandangi mereka sedari tadi. Yang kini ada di kepala Star hanyalah membuat Valery jera. "Kurasa ada perempuan tidak tahu diri di sini," ucap Star dengan senyum miring menyeramkannya. "Gak salah? Bukannya kau yang gak tahu diri?" Valery balas bertanya. "Ngakunya anak orang kaya, tunangan sama orang kaya. Tapi pada kenyataannya jual diri di app sugar baby. Gak usah ngelak ya, aku punya bukti." Valery terlihat sangat jemawa saat ini. Sungguh Star ingin tertawa melihat sikap sombong Valery. Dia menghina orang yang jelas lebih tinggi darinya. Valery seperrinya tidak tahu kalau Star juga memegang rahasia besarnya. "Aku memberimu kesempatan ...." Star enggan bersikap sopan lagi pada Valery. "Kesempatan untuk meminta maaf. Jika kamu mau minta maaf dengan tulus, maka aku akan menyimpan rahasiamu dengan aman." Star tersenyum cukup menyeramkan pada Valery. Tapi buk

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Anak Nakal

    "Sejak kapan kamu punya cafe?" Star yang sedang berbaring di ranjang sambil bermain ponsel, menoleh ke arah pintu dan menemukan Harvie bersandar di kusen pintu. "Daddy baru pulang kantor?" tanya Star senang. Star segera berdiri menghampiri Harvie dengan senyum merekah. Belum juga sehari tidak bertemu, tapi Star sudah kangen setengah mati. Membuat Star langsung memeluk Harvie dengan erat. "Kamu belum jawab pertanyaanku, Star." Harvie memprotes, tapi tetap membalas pelukan Star sama eratnya. Bahkan Harvie sedikit membungkuk untuk mengecup puncak kepala Star. "Harus banget ya baru pulang langsung omongin itu?" tanya Star sedikit cemberut. "Daddy udah pulang dari tadi, bahkan sudah mandi. Jadi boleh lah ngobrol sekarang," kilah Harvie dengan senyum lebar. "Ck. Nyebelin." Star berdecak kesal, tapi tetap saja membiarkan Harvie menggiringnya masuk ke dalam kamar. Bahkan dengan isengnya, Star berpijak di kedua kaki Harvie dan membiarkan lelaki itu membawanya melangkah

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Pembicaraan Dewasa

    "Maaf."Star dan Harvie menunduk dalam ketika mengucap satu kata itu. Tidak mau menatap wajah Helena yang menatap mereka berdua dengan tajam. Sepertinya Helena belum puas memukuli dan memarahi dua orang itu semalam. Saking geramnya Helena kemarin malam, dia menolak meninggalkan kamar Star. Lalu mulai kemarin malam, sampai h-1 pernikahan Helena memutuskan akan tidur di kamar Star. Dia tak akan membiarkan lagi Harvie mengambil keuntungan. "Pagi-pagi gini kok suram banget sih ini meja makan." Peter yang belum tahu apa-apa langsung memprotes. Sebenarnya Peter sendiri merasa kesal. Dia ditinggal tidur di kamar sendirian tanpa ada penjelasan apapun. Lalu ketika bergabung di meja makan, semua orang malah muram dan dia jadi orang yang paling tidak tahu apa-apa. "Coba kalau Papa tahu anaknya habis ngapain semalam, Papa gak akan ngomong setenang itu." Helena jelas sekali masih kesal dengan kelakuan Harvie. "Emang dia kenapa?" tanya Peter penasaran. "Mereka ini hampir aja berbuat ya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Seren

    Star dan Harvie telah sampai di cafe yang jadi perbincangan dua hari ini. Sebelumnya, mereka juga sudah mencari tahu tempat ini dari internet. Jika dilihat-lihat dari fotonya, tempat itu memang bagus dan sesuai dengan selera Star. Tapi saat mereka melihatnya sendiri, tempat itu terlihat sangat cantik. "Tempat ini kamu banget," bisik Harvie sembari merangkul Star. Harvie memang belum lama berkenalan dengan Star, tapi dirinya tahu selera tunangannya itu. Dua rumah Star yang pernah dikunjunginya memiliki nuansa warna yang sama dengan cafe ini. Dominan putih. "Dilarang pegang-pegang," hardik Star jutek. Dia masih belum mau berbicara dengan Harvie, padahal lelaki itu udah minta maaf. "Jangan marah lagi dong, Babe. Daddy kan udah minta maaf," gumam Harvie menyesal. Star tidak menanggapi Harvie sama sekali. Gadis itu mulai melangkah mendekati pintu masuk cafe. "Oke deh. Karena sepertinya aku gak diinginkan di sini. Aku pulang saja deh." Harvie berucap, sambil menekan kunci otomatisnya

Bab terbaru

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Minta Adik

    “DONI.” Doni menggeram kesal mendengar suara ayahnya yang menggelegar. Dengan sangat terpaksa, dia meninggalkan permainan game onlinenya dan menghampiri sang ayah. “Kamu ini sebenranya ngapain sih?” tanya sang ayah dengan wajah terlihat sedikit kesal. “Maksud Ayah apaan sih?” tanya Doni bingung. Tapi tiba-tiba saja ayahnya tersenyum. “Kita sekeluarga diundang untuk grand opening mal. Kerjasama Olympus Grup dan Constate Enterprise.” Ayah Doni berteriak riang sambil memeluk anaknya. Bagi para pengusaha, diundang oleh perusahaan kondang saja merupakan suatu kebanggaan. Apalagi yang mengundang ini merupakan perusahaan kelas dunia. “Lalu? Hubungannya denganku apa?” tanya Doni makin bingung. “Katanya pimpinan Constate dan anak tertua dari Olympus Grup mengenalmu secara pribadi, makanya mereka mau mengundang. Ini kesempatan yang sangat baik Doni.” “Apanya?” tanya Doni makin bingung. “Kamu ini gimana sih? Kuliah bisnis, tapi tidak tahu apa-apa soal bisnis. Katanya pemimpin Olympus,

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pantang Menyerah

    Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ujian semester pertama sudah dekat dan Star mah didera banyak masalah yang membuatnya tidak fokus. Marvel terserang flu berat dan menulari Yvonne. Karena Marvel punya masalah pada jantungnya, dia terpaksa harus diinapkan di rumah sakit. Lalu karena Yvonne juga merengek ingin menginap di rumah sakit, dia juga terpaksa dirawat. Kata dokter sih tidak ada masalah karena Star dan Harvie membawa mereka ke rumah sakit tepat waktu, tapi tetap saja Star khawatir dan mempengaruhi fokusnya untuk kuliah. Belum lagi gosip-gosip yang mulai bermunculan. Sama seperti dulu, banyak yang menggosipkannya sebagai wanita panggilan, hamil diluar nikah, peliharaan om-om dan lain sebagainya. Kehadiran Yvonne dan Marvel yang selalu datang menjemput jadi pemicunya. Bukan berarti Star menyalahkan anak-anak. Dia dulu juga sudah digosipkan seperti itu dan kebetulan saja kemunculan anak-anak seolah jadi pembenar gosip itu. Selain itu, Doni yang sudah lama tidak me

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kejutan

    "Kok sedari tadi kamu cemberut sih?" Harvie yang baru pulang langsung mengecup puncak kepala Star yang masih menemani anak-anak main. Dua anak kecil itu juga ikut-ikutan minta dikecup oleh ayah mereka. Hanya dikecup, tidak di peluk apalagi digendong karena Harvie belum mandi. "Tante Nadine udah mau balik ke Inggris." Star menjawab dengan jujur. "Terus?" "Terus aku jadi gak punya teman ngobrol seasik dia lagi. Jadinya kalau lagi pusing urusin anak-anak, gak ada teman curhat." Bibir Star maju sedikit, membuat wajahnya makin cemberut saja. "Kalau cuma curhat kan ada banyak orang yang bisa ditemani curhat. Lagi pula kan masih bisa saling telepon atau chat. Beda waktu Indonesia - Inggris kan tidak terlalu jauh." "Oh, iya juga ya. Baru sadar." Cengiran Star membuat Harvie menggeleng pelan. "Tapi kalau kamu memang butuh pengalihan ketika merasa lelah dengan anak-anak, Daddy punya ide yang bagus untuk itu." Harvie tersenyum melihat wajah bingung Star yang selalu membuatnya gemas

DMCA.com Protection Status