Home / Romansa / Cahaya di Ujung Jalan / Ujian di Tengah Hijrah

Share

Ujian di Tengah Hijrah

Author: Fafafe 36
last update Last Updated: 2024-11-07 00:28:05

Proses hijrah Sarah tidak mudah, dan kali ini dia dihadapkan pada ujian besar yang benar-benar menguji tekadnya. Suatu siang, manajernya, Nadia, mendatangi Sarah dengan senyum penuh antusias. "Sarah, ini kesempatan emas! Brand besar ini sudah lama ingin bekerja sama denganmu. Ini akan jadi proyek besar yang bisa mengangkat namamu kembali," ujar Nadia bersemangat sambil menunjukkan kontrak di tangannya.

Mata Sarah membelalak saat melihat angka di lembar kontrak itu. Jumlah yang fantastis. Dengan bayaran sebesar itu, dia bisa dengan mudah membantu keluarganya dan berkontribusi pada banyak kegiatan sosial yang ingin dia dukung sejak lama. Namun, saat matanya melirik persyaratan pemotretan, jantungnya berdegup kencang. Ternyata proyek tersebut mengharuskannya berpenampilan terbuka, sesuatu yang sudah dia tinggalkan sejak memulai hijrah.

Kegelisahan langsung melanda Sarah. Nadia yang melihat perubahan ekspresi di wajah Sarah, mendesah. "Aku tahu ini mungkin tidak mudah untukmu sekarang, Sa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cahaya di Ujung Jalan   Pesan Misterius

    Bab 18: Langkah Baru dalam HijrahHari-hari berlalu, dan Sarah semakin mantap dengan pilihannya. Meski sempat tergoda oleh proyek besar itu, dia merasa keputusannya untuk menolak adalah langkah awal yang menguatkan komitmennya untuk berhijrah. Ia tidak ingin lagi menengok ke belakang.Pesan misterius pun terus berdatangan, tapi Sarah memilih untuk tidak menggubrisnya. Awalnya, pesan-pesan itu sedikit mengganggunya, bahkan terasa seperti ancaman kecil di tengah perjalanannya. Namun, setiap kali godaan itu muncul, ia kembali mengingat niat hijrahnya, meneguhkan hatinya untuk tidak terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Perlahan, pesan-pesan itu kehilangan daya tariknya.Salah satu perubahan nyata dalam dirinya adalah cara ia berpakaian. Sarah mulai mencoba mengenakan pakaian yang lebih tertutup. Pada awalnya, dia merasa sedikit gugup, tetapi dorongan dalam hatinya terasa kuat. Setiap potongan pakaian yang dipilihnya memberi rasa damai dan nyaman. Dia merasa seperti akhirnya menemukan d

    Last Updated : 2024-11-07
  • Cahaya di Ujung Jalan   Pilihan

    Sarah menatap layar ponselnya dengan tatapan penuh keraguan. Nomor tak dikenal yang kini memanggilnya terasa seperti pintu menuju masa lalu yang telah berusaha ia tutup rapat. Jemarinya gemetar, berkutat antara menerima atau mengabaikan panggilan itu. Namun, dorongan hati yang kuat membuatnya akhirnya menggeser layar dan menerima panggilan tersebut."Halo?" suara Sarah terdengar pelan, nyaris tercekat oleh gugup yang menghantui."Sarah," suara di seberang itu terdengar akrab, namun penuh dengan rasa bersalah yang terselubung."Adam?" Sarah hampir tak percaya. Napasnya tercekat mendengar suara mantan tunangannya yang dulu mengkhianatinya dan meninggalkannya terluka."Sarah, aku tahu kamu pasti nggak mau dengar apa pun dariku. Tapi, tolong dengarkan sebentar saja," suara Adam terdengar penuh penyesalan, sedikit serak."Ada apa lagi, Adam?" Sarah menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. "Aku rasa kamu sudah cukup jelas dengan semua yang terjadi. Apa lagi yang mau kamu katakan?""A

    Last Updated : 2024-11-08
  • Cahaya di Ujung Jalan   Mencoba Meyakinkan

    Sarah duduk di tepi jalan, masih memegang ponselnya yang terasa lebih berat dari biasanya, seolah menjadi saksi dari pilihan-pilihan sulit yang kini dihadapinya. Saat melihat mobil Dokter Fajar mendekat, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debar jantungnya. Ia tahu, percakapan ini harus terjadi.Mobil Fajar berhenti tepat di depannya. Dengan senyum hangat, Fajar membukakan pintu, menyambutnya masuk. Begitu ia duduk dan memasang sabuk pengaman, Fajar meliriknya dengan ekspresi sedikit heran."Kok di sini? Kamu sedang apa?" tanyanya sambil menjalankan mobil.Sarah terdiam sejenak, menimbang-nimbang kata-kata yang akan diucapkannya. Namun, ia menyadari bahwa kejujuran adalah satu-satunya jalan agar hubungan mereka tetap kuat. Ia tak ingin ada rahasia yang bisa memicu kesalahpahaman."Aku... baru saja bertemu dengan Adam," ucapnya pelan, tapi cukup jelas. Ia menatap Fajar, berusaha menangkap reaksinya.Fajar mengangguk pelan, masih tenang meski ada sedikit perubahan di raut

    Last Updated : 2024-11-09
  • Cahaya di Ujung Jalan   Curahan Hati

    Sarah berdiri di depan cermin, mengagumi dirinya dalam balutan pakaian tertutup. Dengan senyum tipis, ia merasa bahwa inilah langkah pertama dalam memulai kehidupan yang lebih bermakna. Hari ini, ia akan mengumumkan keputusannya yang besar kepada publik, pengunduran dirinya dari dunia modeling yang telah membesarkan namanya.Ketika ia menekan tombol "kirim" untuk memposting pengumuman itu, ada rasa lega yang meluap dalam dirinya, seakan ia baru saja melepaskan beban berat yang selama ini tertanam di bahunya. Berbagai komentar mulai bermunculan. Beberapa mendukung, beberapa mempertanyakan, tapi Sarah tak lagi goyah.Di sela perasaan lega itu, teleponnya berdering. Nama Fajar muncul di layar, dan Sarah mengangkatnya dengan senyum yang tak bisa ia tahan."Assalamu'alaikum, Sarah," suara Fajar terdengar hangat. "Kamu sudah benar-benar melakukannya, ya?""Wa'alaikumsalam, Mas Fajar," jawab Sarah. "Ya, aku sudah melakukannya. Rasanya seperti… aku bebas untuk pertama kalinya."Fajar tertawa

    Last Updated : 2024-11-10
  • Cahaya di Ujung Jalan   Masa Lalu Kelam

    Di suasana pagi yang tenang. Sarah mulai menikmati kehidupan barunya yang lebih damai setelah meninggalkan dunia modeling. Perjalanan hijrahnya kini terasa lebih mantap, terlebih dengan dukungan dari Fajar yang selalu ada di sisinya. Rasa hangat dan tenang perlahan menggantikan kekhawatiran yang dulu selalu menghantui.Pagi itu, saat sedang menikmati teh di teras rumahnya, Sarah menerima pesan dari Fajar. Isinya sederhana tapi penuh makna: "Sarah, aku ingin bicara sesuatu yang penting sore ini. Maukah kamu bertemu di taman tempat kita biasa berbincang?"Sarah tersenyum, membalas pesannya dengan antusias. Rasa penasaran sekaligus harapan mulai tumbuh di hatinya. Meski masih ada pesan-pesan misterius yang sesekali masuk ke ponselnya, Sarah semakin bertekad untuk mengabaikannya. Kali ini, ia tidak ingin membiarkan rasa takut atau bayangan masa lalu menguasainya. Keputusannya sudah bulat; ia ingin memberi dirinya kesempatan untuk bahagia bersama seseorang yang benar-benar peduli padanya.

    Last Updated : 2024-11-12
  • Cahaya di Ujung Jalan   Mencari Tau

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Pagi itu, udara terasa berbeda, tenang, tapi penuh dengan harapan yang berdebar-debar. Di kamarnya yang penuh dengan dekorasi bunga, Sarah duduk di depan cermin sambil tersenyum lembut. Ana, yang membantu merapikan jilbabnya, sesekali melontarkan canda untuk mencairkan suasana."Sarah, kamu terlihat seperti bidadari. Dokter Fajar bakal terpesona lagi nih, padahal kamu sudah selalu bikin dia terpesona," ujar Ana sambil terkikik.Sarah tertawa kecil, mencoba menenangkan degup jantungnya yang semakin cepat. "Ah, Ana, kamu bisa aja. Doain ya, supaya hari ini berjalan lancar," balas Sarah dengan nada penuh harap.Di ruang tamu, Fajar sedang duduk dengan tenang. Wajahnya memancarkan keteduhan, tapi ada secuil kecemasan yang terselip di matanya. Dia merasa siap, tetapi tidak bisa menepis kekhawatiran yang datang sesekali, terutama mengingat pesan-pesan misterius yang mengganggu beberapa waktu terakhir. Tapi ia menenangkan diri, meyakinkan hati bahwa hari ini

    Last Updated : 2024-11-13
  • Cahaya di Ujung Jalan   Penasaran

    Fajar memutuskan untuk bertemu Mira secara langsung. Dia merasa perlu mendengar langsung dari Mira, apakah benar wanita itu ada hubungannya dengan teror yang dialaminya belakangan ini. Dengan hati-hati, Fajar mengatur pertemuan di sebuah kafe yang tenang, jauh dari pusat kota, berharap percakapan mereka akan tetap pribadi. Mira tiba lebih dulu. Dia tampak terkejut ketika melihat Fajar menghampirinya. "Sudah lama sekali," katanya dengan senyum yang samar, meskipun matanya tampak menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. "Iya, sudah lama, Mira," Fajar menjawab sambil duduk di depannya. Dia mencoba tetap tenang, tapi ada rasa gelisah yang tak bisa ia sembunyikan. "Aku hanya ingin tahu... apakah kamu terlibat dengan pesan-pesan yang belakangan ini mengganggu hidupku?" Mira terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. "Aku? Mengganggu hidupmu? Lucu sekali, Fajar," ucapnya sambil menatapnya dengan tatapan tajam. "Kamu dulu mengabaikan perasaanku dan sekarang kamu malah menuduhku seperti ini?" Fa

    Last Updated : 2024-11-15
  • Cahaya di Ujung Jalan   Ke Bali

    Bab Baru: Bulan Madu yang Tak TerlupakanSarah dan Fajar memilih Bali sebagai tujuan wisata mereka. Pesona alam dan budaya Bali menawarkan ketenangan yang mereka butuhkan setelah melewati serangkaian ujian dalam perjalanan mereka menuju pernikahan. Namun, bulan madu yang seharusnya menjadi momen penuh kebahagiaan itu justru diwarnai kejadian-kejadian tak terduga.Mereka menginap di sebuah villa privat yang menghadap laut, memberikan suasana romantis nan damai. Hari-hari pertama mereka dipenuhi dengan aktivitas santai, seperti menikmati sarapan di pinggir pantai, mengunjungi Pura Ulun Danu, dan menjelajahi sawah terasering Tegalalang.Di sela perjalanan, Fajar dan Sarah berbicara tentang harapan mereka akan kehidupan rumah tangga. "Aku ingin kita selalu bisa saling mendukung, apapun tantangannya," kata Sarah sambil menggenggam tangan Fajar."Aku janji, aku akan selalu ada untukmu," balas Fajar lembut.Ketika mereka kembali ke villa suatu malam, Sarah menemukan sebuah amplop di meja mak

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Cahaya di Ujung Jalan   Hari yang Penuh Cinta

    Pagi itu, sinar matahari menembus jendela kamar, membiaskan cahaya hangat ke seluruh ruangan. Sarah terbangun lebih dulu dan tersenyum melihat Fajar yang tidur nyenyak di sampingnya. Di antara mereka, dua bayi mungil dengan pipi kemerahan tampak tenang dalam tidurnya.Sarah mengulurkan tangan, membelai pipi Fajar dengan lembut. "Mas… bangun, ayo kita lihat si kembar," bisiknya.Fajar membuka matanya perlahan, kemudian tersenyum melihat wajah istrinya yang begitu tenang. "Selamat pagi, Sayang."Sarah tertawa kecil. "Lihat mereka, Mas. Lucu sekali. Aku masih nggak percaya mereka benar-benar ada di sini."Fajar mendekat ke salah satu bayi dan mengecup keningnya. "Mereka adalah anugerah terbesar dalam hidup kita, Sayang. Kamu luar biasa."Hari itu dipenuhi dengan tawa kecil bayi, obrolan ringan, dan kebersamaan yang penuh cinta. Fajar mengambil cuti untuk memastikan dirinya ada di rumah, menemani Sarah dan bayi mereka.Di ruang tengah, Fajar menggendong bayi laki-lakinya sambil berbicara

  • Cahaya di Ujung Jalan   Masa Lalu yang Lain

    Bab 48Suasana pagi di rumah Fajar dan Sarah terasa hangat. Cahaya matahari menembus tirai jendela, memantulkan bayangan lembut di wajah Sarah yang tengah menyusui salah satu bayi kembarnya. Sementara itu, Fajar bersiap untuk pergi menemui Jo, sahabat lamanya yang kini menjadi dosen di kampus."Aku harus pergi sebentar, Sayang. Jo bilang dia punya informasi penting," ujar Fajar sambil membetulkan kerah bajunya.Sarah menatap suaminya dengan penuh khawatir. "Hati-hati ya, Mas. Jangan terlalu memaksakan diri."Fajar mendekati Sarah, mengecup keningnya dengan lembut. "Aku janji akan berhati-hati. Fokus saja pada bayi kita, jangan pikirkan yang aneh-aneh."Setelah berpamitan, Fajar melesat pergi. Jo sudah menunggu di sebuah kafe kecil dekat kampus. Pria bertubuh atletis dengan rambut cepak itu menyambut Fajar dengan senyuman tipis."Sudah lama ya, kita nggak duduk bareng begini," ujar Jo sambil menyeruput kopinya.Fajar tersenyum lelah. "Iya, Jo. Tapi kali ini bukan untuk sekadar nostalgi

  • Cahaya di Ujung Jalan   Detik-detik Menegangkan

    Beberapa bulan telah berlalu sejak pesan misterius terakhir yang diterima Fajar. Kehidupan mereka berjalan penuh kebahagiaan dan persiapan menyambut kelahiran anak kembar mereka. Sarah semakin bersinar dengan perutnya yang membesar, dan Fajar selalu berusaha untuk ada di setiap momen penting istrinya.Pagi itu, mentari baru saja muncul di balik jendela kamar mereka. Sarah, yang masih terbaring di ranjang, tiba-tiba merasakan nyeri hebat di perutnya. Wajahnya pucat, dan keringat dingin membasahi dahinya."Mas Fajar… Aaah… Sakit, sakit sekali…" ucap Sarah dengan suara bergetar, tangannya mencengkeram selimut.Fajar yang sedang merapikan peralatan kerjanya langsung berbalik. Wajahnya seketika tegang melihat kondisi Sarah. Tanpa berpikir panjang, ia menghampiri istrinya dan memegang perut Sarah dengan lembut."Sayang, tarik napas pelan-pelan, ya. Aku akan periksa sekarang." Fajar berusaha tetap tenang meskipun hatinya dipenuhi kecemasan.Setelah memeriksa Sarah dengan cepat, Fajar menatap

  • Cahaya di Ujung Jalan   Hari-hari Manis

    Pagi itu, Fajar terbangun lebih dulu. Ia memandang Sarah yang masih terlelap dengan wajah damai. Tangannya perlahan membelai rambut istrinya, lalu berhenti di perut Sarah yang mulai terlihat membuncit. Ia tersenyum kecil, merasa tak pernah cukup bersyukur atas anugerah yang Allah berikan dalam hidupnya.Sarah menggeliat pelan, membuka matanya dengan malas. Melihat Fajar yang menatapnya penuh kasih, ia tersenyum tipis. "Mas, udah bangun? Kok nggak bangunin aku?""Aku nggak tega, Sayang. Kamu tidur nyenyak banget, pasti capek," jawab Fajar lembut, lalu mengecup keningnya. "Gimana perutnya? Ada yang nendang pagi ini?"Sarah mengusap perutnya sambil terkikik kecil. "Kayaknya mereka masih tidur, deh. Anak-anak kamu emang sopan banget, Mas."Fajar tertawa kecil. "Tentu dong, anak siapa dulu? Pasti nurun bapaknya."Sarah memutar mata sambil tertawa. "Narsis banget."Hari itu, Fajar memutuskan untuk bekerja dari rumah agar bisa menemani Sarah. Ia tidak mau istrinya kelelahan dan lebih memilih

  • Cahaya di Ujung Jalan   Kejutan Indah

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela kamar, menyinari wajah Sarah yang sedang tertidur pulas. Fajar duduk di tepi ranjang, menatap istrinya dengan penuh kasih. Sudah beberapa minggu berlalu sejak kepergian Mira, dan meskipun badai telah berlalu, bayangannya masih menyisakan luka di hati Fajar. Namun, kehadiran Sarah dan calon buah hati mereka menjadi alasan baginya untuk tetap tegar dan melangkah maju.Sarah menggeliat perlahan, matanya terbuka dan langsung bertemu dengan senyuman hangat Fajar. "Kamu dari tadi lihat-lihatin aku, ya?" godanya dengan suara serak karena baru bangun.Fajar terkekeh kecil dan membelai rambut istrinya. "Iya, soalnya ada bidadari cantik di sebelahku, sayang."Sarah tersenyum malu-malu, lalu duduk sambil memegang perutnya yang mulai membesar. "Mas Fajar..." ucapnya lembut."Hm?" Fajar menatapnya serius, tahu istrinya ingin mengatakan sesuatu yang penting."Menurut kamu... kita beneran bisa bahagia sekarang? Setelah semua yang kita lewati?

  • Cahaya di Ujung Jalan   Kepergian Tak Terduga

    Suasana di rumah sakit terasa begitu mencekam. Lampu ruang ICU yang selalu terang benderang seolah tak mampu mengusir gelapnya duka yang melingkupi tempat itu. Beberapa dokter keluar-masuk ruangan dengan raut serius, sementara perawat bergegas dengan langkah berat.Fajar berdiri di dekat mesin monitor, memperhatikan grafik vital Mira yang semakin melemah. Ia tahu, waktu Mira tidak banyak lagi. Meskipun sudah diberikan perawatan terbaik, tubuh Mira tidak merespons pengobatan seperti yang diharapkan.Pak Hendra berdiri di sudut ruangan, kedua tangannya menggenggam tasbih kecil. Bibirnya komat-kamit melantunkan doa-doa, sementara air mata terus mengalir tanpa henti."Fajar... bagaimana keadaan Mira?" tanyanya dengan suara parau.Fajar menatap pria itu dengan penuh empati, namun sulit baginya untuk mengucapkan kebenaran. "Kami sudah melakukan yang terbaik, Pak. Tapi... Mira sangat lemah."Pak Hendra menatap putrinya yang terbaring dengan berbagai alat medis menempel di tubuhnya. "Dia kuat

  • Cahaya di Ujung Jalan   Permohonan Seorang Ayah

    Bab 40: Kabar yang MenggetarkanPagi itu, Fajar baru saja selesai memeriksa salah satu pasien di rumah sakit ketika seorang perawat mendekatinya dengan wajah serius."Dokter Fajar, ada kabar penting," ujar perawat tersebut dengan nada ragu.Fajar mengerutkan kening. "Apa itu? Ada yang terjadi di ruang IGD?"Perawat itu menggeleng. "Bukan, Dok. Ini tentang... Pasien yang baru saja tiba!"Hati Fajar langsung berdegup kencang. "Siapa? Apa ada yang serius?""Seorang wanita mengalami kecelakaan tadi pagi, Dok. Mobilnya menabrak pembatas jalan di kawasan tol. Dia dibawa ke sini dan sekarang sedang dirawat di ICU. Keadaannya kritis."Fajar terdiam, merasakan gelombang emosi bercampur aduk di dadanya. "Apa yang sebenarnya terjadi?"Perawat itu melanjutkan dengan hati-hati. "Menurut saksi, perempuan itu mengemudi dengan kecepatan tinggi dan tampak tidak fokus. Polisi menemukan beberapa botol minuman di mobilnya, tapi kami belum tahu apakah itu ada hubungannya dengan kecelakaan."Tanpa berpikir

  • Cahaya di Ujung Jalan   Tamu Tak Terduga

    Sarah berjalan mendekati pintu dengan ragu. Fajar yang berdiri kaku di ambang pintu tampak sedikit tegang, sesuatu yang jarang sekali terlihat darinya."Mas Fajar?" panggil Sarah lagi, suaranya pelan tapi penuh dengan rasa ingin tahu.Saat ia mendekat, sosok di depan pintu akhirnya terlihat jelas. Seorang pria paruh baya dengan rambut mulai memutih berdiri di sana, mengenakan setelan jas sederhana dan rapi. Wajahnya menunjukkan campuran antara keraguan dan tekad."Siapa ini?" tanya Sarah lembut, berdiri di samping suaminya.Pria itu tersenyum tipis, lalu berkata, "Perkenalkan, saya Pak Hendra... ayah Mira."Mendengar nama itu, Sarah tertegun. Fajar segera melangkah maju, sedikit menutupi istrinya dengan tubuhnya."Pak Hendra, ada yang bisa saya bantu?" tanya Fajar dengan nada datar, tapi jelas berusaha tetap sopan.Pak Hendra menarik napas panjang sebelum menjawab. "Saya ke sini untuk meminta maaf, Dokter Fajar, kepada Anda dan istri Anda. Saya tahu anak saya telah menyebabkan banyak

  • Cahaya di Ujung Jalan   Titik Baru

    Fajar membuka pintu dengan hati-hati. Di depannya berdiri seorang pria paruh baya dengan raut wajah serius dan terlihat gugup. Sarah berdiri di belakang Fajar, mengintip dari balik bahunya."Dokter Fajar?" tanya pria itu dengan suara yang sedikit bergetar."Iya, saya. Anda siapa?" balas Fajar sambil memperhatikan pria itu dengan waspada."Saya Andri, seorang detektif swasta. Ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan Anda dan istri Anda, ini sangat penting," ujar pria itu sambil melirik ke arah Sarah.Fajar ragu sejenak, lalu memberi isyarat pada pria itu untuk masuk. Setelah mereka duduk di ruang tamu, Andri membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa dokumen serta foto."Saya sudah lama mengikuti kasus yang menyangkut keluarga Anda, terutama almarhumah Nisa," kata Andri langsung ke pokok permasalahan.Sarah merasa jantungnya berdebar kencang, sementara Fajar memperhatikan dokumen-dokumen itu dengan tatapan penuh tanya."Dulu, saya disewa oleh seseorang untuk menyelidiki latar belakan

DMCA.com Protection Status