Athar tersenyum melihat Afni yang mudah akrab dengan keluarganya. Wanita cantik yang sudah menjadi istrinya itu bisa menempatkan diri dengan keluarganya, meskipun berbeda generasi, tetapi wanita itu bisa mengimbanginya. “Alhamdulillah, Ning Afni bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Dia tidak rewel, bahkan tidak pernah mengeluh," ucap Athar tersenyum lega sambil memainkan ponselnya karena tengah membalas chat dari orang kepercayaannya di restoran.“Nak Athar, bisa ikut Kakek memetik buah mangga di samping kebun bunga?” ucap Kakek Dipta yang membuat Athar sedikit terkejut karena datang tiba-tiba. Athar pun menyudahi aktivitasnya membalas chat. “Iya, Kakek. Mari!” jawabnya sopan. Pria tampan tampan itu langsung berdiri. Athar mengikuti Kakek Dipta sambil membawa keranjang buah yang berukuran cukup besar.“Kek, pohonnya berbuah lebat, ya?” tanya Athar penasaran sambil terus mengikuti sang kakek.“Alhamdulillah, Nak. Cukup lebat, apalagi ada tiga pohon,” ujarnya sambil terseny
Athar tersenyum melihat begitu semangatnya sang istri memanjat. Hal yang tidak pernah ia sangka. Gadis kalem yang manja yang saat ini menjadi istrinya itu memiliki sesuatu yang unik. Gadis cantik itu sangat bersemangat. Namun, wajah tampan Athar yang tersenyum manis itu tiba-tiba beralih menjadi khawatir kala melihat istri cantiknya yang berada di atas pohon menggaruk-garuk tubuhnya. “Sayang, kamu baik-baik saja!” teriak Athar khawatir. Ia belum naik di bagian atas karena Afni yang memilih mendahuluinya.“Semut, Mas. Gatal!” teraiknya sambil meringis kesakitan dengan wajah yang sudah memerah.“Oh tidak! Afni!” teriak Athar panik. Apa yang aku takutkan terjadi.Wanita cantik itu terjatuh, Namun, beruntung tubuhnya tersangkut ranting yang lumayan kokoh. Kriek!Ranting yang menahan beban tubuh Afni tidak kuat lagi. Wanita cantik bermata bulat itu panik karena hampir jatuh, beruntung ia masih bisa bergelantungan di ranting lain.Kakek Dipta yang melihat hal itu tidak kalah paniknya, ap
Sore ini Afni sudah bersiap-siap, ia berniat untuk jalan-jalan mengelilingi kampung. Afni ingin mencari spot foto yang bagus. Namun, sayangnya cuaca sore ini kurang mendukung. Mendung pekat sudah menghiasi langit sejak pukul 15.00 tadi. Afni pun terpaksa harus duduk santai di tepi ranjang sambil memandang ke arah luar dari jendela kamarnyaKakek Dipta dan Nenek Murni sengaja tidak mengizinkan mereka keluar. Saat ini Kakek Dipta dan Athar sedang menanam jagung di kebun belakang rumah. Suasana sejuk dibalur mendung membuat Athar dengan antusias menerima ajakan tersebut. Pria tampan itu patuh mengikuti arahan sang kakek. Ia bisa mengisi waktunya yang gagal jalan bersama dengan sang istri dengan membantu sang kakek. Ya, meskipun ia tahu, Afni pasti kecewa karena tidak jadi jalan-jalan. Bosan di kamar, Afni pun keluar dari kamar dan duduk di bilik mengawasi Athar dan sang kakek dari kejauhan. Nenek Murni yang duduk di samping Afni sedang sibuk mengupas mangga.“Nek, bagaimana kalau kita r
Nenek Murni sudah mengganti pakaiannya untuk segera pergi ke pasar. Sang cucu menantu sudah menunggunya di teras depan sambil memainkan ponselnya. Udara pagi yang begitu dingin, apalagi semalam hujan turun tidak menyurutkan niat Afni untuk ikut berbelanja ke pasar. Athar yang baru datang dari Masjid pun mendekat. Ia menghampiri sang istri yang tidak menyadari kedatangannya dengan fokus bermain ponsel. Athar pun berniat menjahili sang istri. Mengingat kejadian semalam mereka memadu kasih saat hujan lebat mengguyur bumi.“Hei, Sayang. Sudah rapi, mau ke mana?” sapa Athar sambil duduk di samping Afni memangkas jarak sambil tersenyum jahil menyenggol tubuh sang istri.“Mas Athar," pekik Afni mencebik. "Aku mau ke pasar,” balasnya singkat karena kesal. Wanita cantik itu kembali memainkan ponselnya tanpa melihat ke arah sang suami yang terus berusaha menggodanya."Oh, begitu, ya. Mau balas dendam karena aku cuekin, ya? Jadi, begini ceritanya. Istriku mau balas dendam karena aku cuekin ngob
Athar dan Nenek Murni masih menunggu di depan ruang pemeriksaan klinik itu. Mereka terlihat khawatir, bahkan Athar sejak tadi mondar-mandir tidak tenang.“Anak itu, sudah dibilangi jangan melamun tetap saja melamun. Sejak berangkat tadi dia terlihat semangat, tetapi Nenek lihat terus-menerus melamun di atas motor, berulang kali Nenek menegurnya,” ucap Nenek Murni lirih.“Kalau begini, aku harus bilang apa pada mamamu? Kakekmu pasti juga nyalahin Nenek. Belum satu hari Afni hampir jatuh dari pohon mangga dan digigit semut. Sekarang, dia pingsan keserempet motor. Nenek bingung,” keluh wanita yang masih terlihat cantik, meskipun sudah berumur itu sedih karena tidak bisa menjaga sang cucu menantu dengan baik.“Nenek tenang saja, Afni gadis yang kuat. Dia tidak akan apa-apa. Jangan pernah menyalahkan diri Nenek," ujar Athar menenangkan sang nenek sambil menggenggam erat jemari wanita itu, meskipun hatinya sendiri tidak tenang, tetapi ia tetap mencoba menenangkan sang nenek.Sepuluh menit m
Mereka pun makan dengan lahap, bahkan jajanan pasar yang mereka beli habis tidak tersisa. Afni menyukai makanan tradisional itu, bahkan Athar sampai geleng kepala melihat sang istri menghabiskan semuanya.“Maaf, harus telat sarapannya gara-gara insiden tadi,” ucap Afni merasa bersalah saat selesai makan semuanya."Sayang, kamu lahap banget makan jajanan tradisionalnya. Suka banget, ya?" ucap Athar yang belum pernah melihat Afni makan sebanyak itu.Afni tersenyum canggung. Ia menggaruk tengkuknya sambil tersenyum simpul. Entah, ia tidak tahu tiba-tiba melihat aneka jajanan kue tradisional, ia begitu berselera untuk memakannya. Kalau dikatakan hamil, belum lah. Afni baru saja selesai mendapatkan tamu bulanan."Mas Athar enggak suka, ya, aku jadi gemuk dan enggak menarik lagi?" tanyanya polos “Uhuk! Uhuk!” Athar terbatuk karena tersendat. Buru-buru Kakek Dipta memberinya minum.“Te-terima kasih, Kek.” Athar segera menenggak minuman itu dan kembali menstabilkan diri sambil mengusap dadan
Hingga Afni sudah selesai menyajikan hasil masakannya bersama Nenek Murni, Athar belum kembali bersama gadis yang dibonceng tadi.Wanita cantik itu gusar, sesekali melirik ke arah pintu keluar, sedangkan Nenek Murni pamit masuk kamar sebelum makan siang dimulai. Selain mengambil ikan di rumah pak Kosim, Athar juga mengantar Anya membeli beberapa perlengkapan menulis untuk muridnya. Toko peralatan tulis cukup jauh dari kampung tersebut, hingga memerlukan waktu yang tidak sebentar."Terima kasih, Mas. Sudah nganterin beli semuanya. Kalau tidak diantar, pasti nyampai rumahnya bisa jam duaan," ucapnya riang."Sama-sama, itung-itung sebagai upah udah ngasih aku pepes yang pastinya enak ini," ucap Athar saat masuk rumah, Afni bisa mendengar obrolan mereka. Wanita itu bersembunyi di balik gorden pembatas antara pintu masuk dengan ruang tamu.Anya dan Athar terlihat akrab sekali, mereka terus mengobrol dengan sesekali tertawa. Ingin sekali Afni menghampiri Athar, tetapi ia urungkan. Afni leb
Athar memandang wajah cantik sang istri itu dengan penuh cinta. Matanya masih bengkak karena menangis semalaman, tetapi Afni masih diam tidak mau memberitahu alasannya menangis.Seperti biasanya, Afni bangun pada pukul tiga pagi. Atahr yang sudah bangun lebih dulu, pura-pura tidur saat merasakan pergerakan Afni. Wanita itu masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudu. Biasanya setelah itu Afni akan membangunkannya dengan lembut, tetapi tidak untuk saat ini, Athar yang pura-pura tidur menunggu hingga Lana, Afni tidak membangunkannya. Ia melihat Afni salat malam sendirian tanpa mengajaknya. Athar masih pura-pura tidur, hingga tangis pilu Afni terdengar menyayat hatinya. Entah, apa yang diadukan Afni pada Sang Pencipta, Athar tidak mendengarnya. Tidak kuat mendengar tangis Afni, Athar pun bangun menghampiri sang istri. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Athar mendekat Afni dengan cepat mengusap air matanya."Tidak apa-apa," jawabnya menyunggingkan senyum."Apa kamu sakit?" tanyanya lagi y
Susah payah Afni duduk, ia ingin bergegas ke kamar mandi tanpa harus membangunkan sang suami. Tubuhnya sakit semua seperti habis dipukuli. Ia tidak tahu, gerakannya tadi dirasakan Athar karena pria tampan itu hanya pura-pura tidur.Afni dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya, bangun dari ranjang. Namun, belum juga ia berdiri Athar kembali menarik tangan wanita cantik itu. Ia kembali mengukung tubuh itu.“Mau ke mana, Hm ...?” tanya Athar sambil membelitkan tangannya.“Mas, aku mau mandi,” jawabnya lembut dengan malu-malu. "Tubuhku capek banget, kayak habis nguli panggul di pasar. atau lebih parahnya kayak habis dipukuli orang," ucapnya mendramatisir sambil mengerucutkan bibirnya mengemaskan.“Apanya yang sakit?” tanyanya sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu. Afni menggeliat menatap horor sang suami. Tanpa menunggu lama, Athar langsung berdiri. Membuat Afni berteriak menutup mata, dengan tanpa rasa malu, laki-laki tampan itu menghampirinya. Tubuh Afni diangkat, lalu membawanya
Sesampainya di rumah, Afni dan Athar berkumpul di ruang keluarga sambil membuka oleh-oleh mereka. Niat hati ingin langsung beristirahat harus tertunda. Sang papa dan sang mama ingin mereka bercerita keseruan mereka saat bulan madu. Tentu saja yang ditanyakan adalah kerajaan mereka mengunjungi tempat wisata, bukan saat mereka memadu kasih di apartemen. Kedua orang tua Athar mendengarkan keseruan mereka, hingga terbawa suasana."Jadi pingin liburan ke Turki bersama kalian semua," ucap Syafina sambil melirik sang suami seolah memberi kode."Enggak usah melirik Papa, Ma. Papa sudah paham, kok. Ya, boleh akhir tahun kita habiskan dengan liburan ke Turki," ucap Farhad menatap sang istri sambil mengeringkan matanya. Sungguh, mirip sekali kelakuannya dengan sang putra."Kalau bisa, Papa Luthfi, Ayah Dipta, dan Ibu kita ajak sekalian, pasti makin seru liburan bersama," ucap Syafina yang diangguki antusias oleh sang putra."Iya, aku mendukungmu, Ma. Apa yang dikatakan Mama aku setuju," ucap Ath
Azril menceritakan apa yang diceritakan sang tante pada Arsyi yang saat ini berada di kanar mereka. Salah satu keluarga almarhum Azam mengalami hal yang di luar nalar dan meminta Azril untuk membantunya. Azril yang kebetulan memiliki keahlian menolong orang yang diganggu mahkluk halus pun mau membantu merukyah bersama pakdenya yang lain. Arsyi tercengang dan hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka percaya ada dunia lain, tetapi melakukan cara mistik di zaman modern untuk menggait laki-laki, hampir mereka tidak percaya.Azril sendiri juga pernah menangani pasangan yang hampir terkena sihir itu kalau saja ikatan cinta pasiennya tidak kuat. Entah, apa yang terjadi selanjutnya pada hidup orang tersebut, bahkan orang tersebut tidak sanggup bila istrinya meninggalkannya karena kesalahan itu. “Awal Jumpa, mereka merasakan biasa aja, bahkan mangaku langsung menyukai wanita itu saat itu juga, pasien Azril yang merupakan sepupunya itu pun tidak peduli, tetapi saat berangkat b
Kumala baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Athar dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Athar kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Kumala segera menghubungi Athar untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Thar,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, La. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Athar di seberang sana. “Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja dengan mengerlingka mata, meskipun Athar tidak bisa melihatnya hanya mendengar suaranya saja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Athar tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada
Tiga hari dirawat, kondisi Athar semakin membaik. Hari ini ia diperbolehkan pulang. Afni menyambutnya dengan suka cita. Beberapa hari yang lalu, keluarga Afni juga menjenguk Athar di rumah sakit, bahkan Arni dan Afnan diminta untuk menginap. Oleh-oleh yang dibawa Afni dan Athar dari Malang sudah dibongkar Syafina, mereka membawakan oleh-oleh itu untuk Arni dan Afnan saat pulang ke Gresik.Syafina dan Farhad yang mendapatkan kabar dari Afni kalau Athar sudah diizinkan pulang pun menjemput mereka. Awalnya mereka akan menjenguk sepulangnya Farhad dari kantor, tetapi mendapatkan kabar sang putra diizinkan pulang, Farhad menghubungi bawahannya dan mengabarkan kalau dirinya hari ini mengambil libur. Kakek Luthfi juga turut ikut menjemput sang putra, meskipun awalnya menolak, tapi Syafina sedikit memaksa. Sang menantu bilang, selain menjemput Athar, mereka akan mengunjungi panti untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan.Athar dan Afni sudah menunggu kedatangan Syafina, Farhad, dan Kakek Lut
Sesuai janjinya pada Farhad, usai mengunjungi pasien dan tugasnya di rumah sakit selesai, Dokter Amri segera menuju ke rumah sang sahabat itu.Tadi siang, setelah meneleponnya, Farhad langsung menghubungi sang adik untuk memintanya memeriksa Athar. Tidak perlu lama, jarak kediaman Farhad dari rumah sakit cukup dekat, sehingga memudahkan Dokter Amri untuk segera sampai rumah tersebut.“Assalamualaikum,” sapa Dokter yang menjadi sahabat Farhad dan Syafina itu ramah saat memasuki rumah itu. Ia melihat Farhad, Syafina, dan Kakek Luthfi duduk di ruang keluarga.“Wa’alaikumussalam, Had," jawab ketiga orang itu serempak.“Akhirnya kamu datang juga. Segera periksa Athar, ya, Am. Panasnya kembali tinggi. Tadi sempat menurun, sekarang panas lagi,” ujar Syafina langsung menyahut dengan wajah penuh kekhawatiran.“Mereka baru pulang dari bulan madu atau gimana, sih?"” tanya Dokter yang sudah menjadi bagian dari keluarga Kakek Luthfi itu.“Bukan bulan madu, Athar dan Afni diperintah kakek neneknya
Usai memanjakan sang istri dengan menjekajahi kuliner, Athar mengajak Afni untuk melanjutkan perjalanan. Wanita cantik yang sangat ia cintai itu terlihat lega sambil terus mengusap perutnya."Kenapa dielus, Sayang? Emangnya di dalam sana Athat junior, 'kah?" tanyanya tersenyum menggoda."Hadeeh, Mas. aku baru tiga Minggu selesai kedatangan tamu bulanan, bagaiman bisa secepat itu," ujar Afni dengan polosnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil mereka."Bisa saja, Yang. Kalau Allah sudah berkehendak, mengapa tidak. Kun fayakun," ucap Athar tersenyum bijak."Aamiin, semoga apa yang kita harapkan benar-benar diijabah oleh Allah," ucap Afni tersenyum lembut. Keduanya sudah dalam mode serius dan tidak selengean lagi.Athar segera melajukan mobilnya kembali melanjutkan pulang. Tidak sabar mengajak sang istri pulang. Bukan karena tidak ingin menghabiskan waktu berlama dengan sang istri di luaran, tetapi rasa capek setelah perjalanan jauh dan beberapa hari yang lalu berusaha kuat untuk
Afni sudah membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. setelah semua dirasa tidak ada yang ketinggalan, ia tersenyum lega. Hal sama dilakukan Athar yang turut membantu sang istri. Athar ditugaskan Afni merapikan ranjang dan melipat selimut. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Malang selepas salat Subuh. Hal itu mereka lakukan supaya tidak terjebak kemacetan, apalagi ini musim liburan. Athar juga tidak memilih lewat tol karena Afni yang meminta. Wanita cantik itu ingin mampir-mampir dan bisa menikmati pemandangan.Usai membereskan semua dan membawanya keluar untuk diletakkan di bagasi. Afni dan Athar mengerjakan salat subuh terlebih dahulu.Afni sempatkan untuk mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Athar tersenyum pada sang istri yang sudah siap untuk pulang.Nenek Murni tidak membiarkan sang cucu dan cucu menantunya kembali ke Surabaya dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sud
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t