Hingga Afni sudah selesai menyajikan hasil masakannya bersama Nenek Murni, Athar belum kembali bersama gadis yang dibonceng tadi.Wanita cantik itu gusar, sesekali melirik ke arah pintu keluar, sedangkan Nenek Murni pamit masuk kamar sebelum makan siang dimulai. Selain mengambil ikan di rumah pak Kosim, Athar juga mengantar Anya membeli beberapa perlengkapan menulis untuk muridnya. Toko peralatan tulis cukup jauh dari kampung tersebut, hingga memerlukan waktu yang tidak sebentar."Terima kasih, Mas. Sudah nganterin beli semuanya. Kalau tidak diantar, pasti nyampai rumahnya bisa jam duaan," ucapnya riang."Sama-sama, itung-itung sebagai upah udah ngasih aku pepes yang pastinya enak ini," ucap Athar saat masuk rumah, Afni bisa mendengar obrolan mereka. Wanita itu bersembunyi di balik gorden pembatas antara pintu masuk dengan ruang tamu.Anya dan Athar terlihat akrab sekali, mereka terus mengobrol dengan sesekali tertawa. Ingin sekali Afni menghampiri Athar, tetapi ia urungkan. Afni leb
Athar memandang wajah cantik sang istri itu dengan penuh cinta. Matanya masih bengkak karena menangis semalaman, tetapi Afni masih diam tidak mau memberitahu alasannya menangis.Seperti biasanya, Afni bangun pada pukul tiga pagi. Atahr yang sudah bangun lebih dulu, pura-pura tidur saat merasakan pergerakan Afni. Wanita itu masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudu. Biasanya setelah itu Afni akan membangunkannya dengan lembut, tetapi tidak untuk saat ini, Athar yang pura-pura tidur menunggu hingga Lana, Afni tidak membangunkannya. Ia melihat Afni salat malam sendirian tanpa mengajaknya. Athar masih pura-pura tidur, hingga tangis pilu Afni terdengar menyayat hatinya. Entah, apa yang diadukan Afni pada Sang Pencipta, Athar tidak mendengarnya. Tidak kuat mendengar tangis Afni, Athar pun bangun menghampiri sang istri. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Athar mendekat Afni dengan cepat mengusap air matanya."Tidak apa-apa," jawabnya menyunggingkan senyum."Apa kamu sakit?" tanyanya lagi y
Athar langsung mengejar Afni yang langsung masuk ke kamar..Ia bisa melihat tatapan Afni yang sangat kecewa padanya. "Dek," panggilnya lirih saat melihat Afni diam sambil menatap ke arah jendela."Maafkan aku," ucapnya lirih duduk di samping Afni."Mas maunya bagaimana?” tanya Afni lirih tanpa melihat ke arah Athar seolah pemandangan di luar lebih menarik.“Jangan pernah berpikir untuk berpisah dariku, Dek. Aku enggak akan sanggup kehilangan kamu. Jangan pernah memintaku untuk mengembalikan kamu ke orang tuamu. Maafkan atas kesalahpahaman ini,” ucap Athar menyesal.Afni menghela napasnya berat, ia mengusap air mata yang tiba-tiba keluar.“Maaf, tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku tahu aku sudah melakukan kesalahan dengan menyakitimu, bahkan aku tidak mempercayai istriku sendiri. Maafkan aku sudah meninggikan suara, bahkan membentakmu,” ucap Athar sambil menautkan jemarinya pada jemari Afni. Afni mengangguk pelan. Wanita cantik itu tersenyum sambil melepas tauta
Athar tidak berhenti tersenyum saat melangkah menuju ke sungai dengan terus menggandeng tangan sang istri. Beberapa pasang mata yang bertemu mereka menatap cemburu akan kecantikan dan ketampanan pasangan itu. Termasuk Anya yang kebetulan ada di sungai bersama beberapa teman pengajarnya yang dari kota melakukan penelitian ke desa.Afni yang melihat ada Anya bersama beberapa rekannya ada di sungai itu, membuatnya hilang semangat. Keinginan untuk menikmati keindahan sungai seperti yang sudah ia bayangkan harus sirna. Ia hanya bisa tersenyum kecut, apalagi terlihat sang suami yang menyadari ada gadis yang dianggap sahabat itu ada di sana. Lagi-lagi Afni tersenyum miris, Athar mengabaikannya. Tidak ada lagi genggaman tangan seperti tadi. Gadis cantik bermata indah dan berhidung mancung itu tidak hentinya tersenyum sambil menyajikan menu makan siang di meja makan yang sudah dimasak sang nenek.Suasana hati yang bahagia yang sempat ia rasakan, kini berubah menjadi kelabu. Afni memilih meni
Dengan kaki yang masih sakit, Afni berusaha untuk berjalan. Ia tidak ingin merepotkan Athar yang sedang membantu Kakek Dipta membantu mengangkat keranjang buah bersama pegawai yang lain menuju mobil bak terbuka. Afni yang ingi kembali ke kamar susah payah menaiki anak tangga. Nenek Murni yang baru saja dari dapur melihat Afni yang hampir terjungkal, beruntung wanita sepuh itu berhasil menahan tubuh Afni, sehingga tidak sampai jatuh."Hati-hati, Nak. Kakimu masih terluka. Kalau kamu paksakan jalan, bisa-bisa lukanya kembali lecet dan enggak sembuh-sembuh," ucap Nenek Murni perhatian."Pegang Nenek seperti ini. Byar Nenek bantu jamu naik ke atas," ucap Nenek Murni menyuruh Afni berpegangan punggungnya. Dengan ragu Afni melakukan hal itu.Athar yang baru masuk setelah membantu pegawai Kakek Dipta mengangkat keranjang ke dalam mobil hwk terbuka, melihat sang nenek kesusahan membantu sang istri menaiki tangga."Nenek, Sayang, kenapa enggak nungguin aku aja. Buat aku yang bantu atau bahkan
Athar dan Afni baru datang, mereka membawa bungkusan berisi bajsi yang kebetulan juga kesukaan sang kakek dan nenek. Mereka tadi tidak sempat berpamitan karena sang kakak sibuk mengurus pegawainya, sedangkan sang nenek berada di dalam kamar untuk salat Duha. , mereka menghampiri Kakek Dipta dan Nenek Murni yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Mereka menonton berita yang ada di televisi tersebut. “Wah, ada berita apa, Nek, Kek. Lihatnya serius amat,” ujar Athar ikut bergabung. Pria tampan itu duduk di samping sang nenek yang sedang mengupas apel. "Manis apelnya seperti istriku manis banget," ucapnya mengerlingka. satu mata ke arah Afni. Kakek Dipta dan Nenek Murni tersenyum geleng kepala.“Nek, Kek, ini bakso beranak kesukaan kelian. Katanya Mas Athar kalian menyukainya," ucap Afni sambil menyerahkan kantong plastik berisi bakso. Nenek Murni dan Kakek Dipta terlihat senang melihat bakso itu."Owalah, kalian habis dari sana, Ini bakso kesukaan Kakek da. Nenek, sekaligus ke
Usai berkenalan dan saling mengobrol bersama Fikri cukup lama, Afni pun mengajak untuk melanjutkan perjalanan karena hari sudah siang, matahari pun sudah naik sepenggal.“Kak, kita harus melanjutkan perjalanan. Maaf, ya,” ucap Afni tidak enak hati karena sang suami masih terus mengobrol.“Kalian mau ke mana?” tanya Fikri penasaran.“Kami mau ke danau, Mas,” jawab Athar antusias."Wah, menarik. Boleh aku ikut bergabung dengan kalian?” tanyanya ragu sambil memandang wajah adik sepupunya yang ia akui semakin hari semakin tampan dan bersinar. Wajah Athar sangat teduh dan berkarisma.Athar menatap ke arah sang istri cantiknya untuk meminta persetujuan. Namun, belum Afni menjawab, Fikri sudah terlihat bersemangat rasanya tidak enak hati kalau harus menolak.“Boleh, banget. Mas Fikri ikut saja, pasti menyenangkan. Aku juga enggak sendirian ada temannya ngobrol” ucap Athar yang sebenarnya tidak enak harus menolak. Sepertinya rencana berduaan dengan sang istri harus terganggu lagi . Suasana ro
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t
Susah payah Afni duduk, ia ingin bergegas ke kamar mandi tanpa harus membangunkan sang suami. Tubuhnya sakit semua seperti habis dipukuli. Ia tidak tahu, gerakannya tadi dirasakan Athar karena pria tampan itu hanya pura-pura tidur.Afni dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya, bangun dari ranjang. Namun, belum juga ia berdiri Athar kembali menarik tangan wanita cantik itu. Ia kembali mengukung tubuh itu.“Mau ke mana, Hm ...?” tanya Athar sambil membelitkan tangannya.“Mas, aku mau mandi,” jawabnya lembut dengan malu-malu. "Tubuhku capek banget, kayak habis nguli panggul di pasar. atau lebih parahnya kayak habis dipukuli orang," ucapnya mendramatisir sambil mengerucutkan bibirnya mengemaskan.“Apanya yang sakit?” tanyanya sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu. Afni menggeliat menatap horor sang suami. Tanpa menunggu lama, Athar langsung berdiri. Membuat Afni berteriak menutup mata, dengan tanpa rasa malu, laki-laki tampan itu menghampirinya. Tubuh Afni diangkat, lalu membawanya
Sesampainya di rumah, Afni dan Athar berkumpul di ruang keluarga sambil membuka oleh-oleh mereka. Niat hati ingin langsung beristirahat harus tertunda. Sang papa dan sang mama ingin mereka bercerita keseruan mereka saat bulan madu. Tentu saja yang ditanyakan adalah kerajaan mereka mengunjungi tempat wisata, bukan saat mereka memadu kasih di apartemen. Kedua orang tua Athar mendengarkan keseruan mereka, hingga terbawa suasana."Jadi pingin liburan ke Turki bersama kalian semua," ucap Syafina sambil melirik sang suami seolah memberi kode."Enggak usah melirik Papa, Ma. Papa sudah paham, kok. Ya, boleh akhir tahun kita habiskan dengan liburan ke Turki," ucap Farhad menatap sang istri sambil mengeringkan matanya. Sungguh, mirip sekali kelakuannya dengan sang putra."Kalau bisa, Papa Luthfi, Ayah Dipta, dan Ibu kita ajak sekalian, pasti makin seru liburan bersama," ucap Syafina yang diangguki antusias oleh sang putra."Iya, aku mendukungmu, Ma. Apa yang dikatakan Mama aku setuju," ucap Ath
Azril menceritakan apa yang diceritakan sang tante pada Arsyi yang saat ini berada di kanar mereka. Salah satu keluarga almarhum Azam mengalami hal yang di luar nalar dan meminta Azril untuk membantunya. Azril yang kebetulan memiliki keahlian menolong orang yang diganggu mahkluk halus pun mau membantu merukyah bersama pakdenya yang lain. Arsyi tercengang dan hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka percaya ada dunia lain, tetapi melakukan cara mistik di zaman modern untuk menggait laki-laki, hampir mereka tidak percaya.Azril sendiri juga pernah menangani pasangan yang hampir terkena sihir itu kalau saja ikatan cinta pasiennya tidak kuat. Entah, apa yang terjadi selanjutnya pada hidup orang tersebut, bahkan orang tersebut tidak sanggup bila istrinya meninggalkannya karena kesalahan itu. “Awal Jumpa, mereka merasakan biasa aja, bahkan mangaku langsung menyukai wanita itu saat itu juga, pasien Azril yang merupakan sepupunya itu pun tidak peduli, tetapi saat berangkat b
Kumala baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Athar dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Athar kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Kumala segera menghubungi Athar untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Thar,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, La. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Athar di seberang sana. “Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja dengan mengerlingka mata, meskipun Athar tidak bisa melihatnya hanya mendengar suaranya saja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Athar tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada
Tiga hari dirawat, kondisi Athar semakin membaik. Hari ini ia diperbolehkan pulang. Afni menyambutnya dengan suka cita. Beberapa hari yang lalu, keluarga Afni juga menjenguk Athar di rumah sakit, bahkan Arni dan Afnan diminta untuk menginap. Oleh-oleh yang dibawa Afni dan Athar dari Malang sudah dibongkar Syafina, mereka membawakan oleh-oleh itu untuk Arni dan Afnan saat pulang ke Gresik.Syafina dan Farhad yang mendapatkan kabar dari Afni kalau Athar sudah diizinkan pulang pun menjemput mereka. Awalnya mereka akan menjenguk sepulangnya Farhad dari kantor, tetapi mendapatkan kabar sang putra diizinkan pulang, Farhad menghubungi bawahannya dan mengabarkan kalau dirinya hari ini mengambil libur. Kakek Luthfi juga turut ikut menjemput sang putra, meskipun awalnya menolak, tapi Syafina sedikit memaksa. Sang menantu bilang, selain menjemput Athar, mereka akan mengunjungi panti untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan.Athar dan Afni sudah menunggu kedatangan Syafina, Farhad, dan Kakek Lut
Sesuai janjinya pada Farhad, usai mengunjungi pasien dan tugasnya di rumah sakit selesai, Dokter Amri segera menuju ke rumah sang sahabat itu.Tadi siang, setelah meneleponnya, Farhad langsung menghubungi sang adik untuk memintanya memeriksa Athar. Tidak perlu lama, jarak kediaman Farhad dari rumah sakit cukup dekat, sehingga memudahkan Dokter Amri untuk segera sampai rumah tersebut.“Assalamualaikum,” sapa Dokter yang menjadi sahabat Farhad dan Syafina itu ramah saat memasuki rumah itu. Ia melihat Farhad, Syafina, dan Kakek Luthfi duduk di ruang keluarga.“Wa’alaikumussalam, Had," jawab ketiga orang itu serempak.“Akhirnya kamu datang juga. Segera periksa Athar, ya, Am. Panasnya kembali tinggi. Tadi sempat menurun, sekarang panas lagi,” ujar Syafina langsung menyahut dengan wajah penuh kekhawatiran.“Mereka baru pulang dari bulan madu atau gimana, sih?"” tanya Dokter yang sudah menjadi bagian dari keluarga Kakek Luthfi itu.“Bukan bulan madu, Athar dan Afni diperintah kakek neneknya
Usai memanjakan sang istri dengan menjekajahi kuliner, Athar mengajak Afni untuk melanjutkan perjalanan. Wanita cantik yang sangat ia cintai itu terlihat lega sambil terus mengusap perutnya."Kenapa dielus, Sayang? Emangnya di dalam sana Athat junior, 'kah?" tanyanya tersenyum menggoda."Hadeeh, Mas. aku baru tiga Minggu selesai kedatangan tamu bulanan, bagaiman bisa secepat itu," ujar Afni dengan polosnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil mereka."Bisa saja, Yang. Kalau Allah sudah berkehendak, mengapa tidak. Kun fayakun," ucap Athar tersenyum bijak."Aamiin, semoga apa yang kita harapkan benar-benar diijabah oleh Allah," ucap Afni tersenyum lembut. Keduanya sudah dalam mode serius dan tidak selengean lagi.Athar segera melajukan mobilnya kembali melanjutkan pulang. Tidak sabar mengajak sang istri pulang. Bukan karena tidak ingin menghabiskan waktu berlama dengan sang istri di luaran, tetapi rasa capek setelah perjalanan jauh dan beberapa hari yang lalu berusaha kuat untuk
Afni sudah membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. setelah semua dirasa tidak ada yang ketinggalan, ia tersenyum lega. Hal sama dilakukan Athar yang turut membantu sang istri. Athar ditugaskan Afni merapikan ranjang dan melipat selimut. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Malang selepas salat Subuh. Hal itu mereka lakukan supaya tidak terjebak kemacetan, apalagi ini musim liburan. Athar juga tidak memilih lewat tol karena Afni yang meminta. Wanita cantik itu ingin mampir-mampir dan bisa menikmati pemandangan.Usai membereskan semua dan membawanya keluar untuk diletakkan di bagasi. Afni dan Athar mengerjakan salat subuh terlebih dahulu.Afni sempatkan untuk mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Athar tersenyum pada sang istri yang sudah siap untuk pulang.Nenek Murni tidak membiarkan sang cucu dan cucu menantunya kembali ke Surabaya dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sud
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t