Gustav memeluk Ellie penuh kasih sayang. Entah mengapa kali ini Ellie tidak seceria biasanya. Ellie lebih banyak diam dan meminta Gustav untuk selalu memeluk erat tubuhnya. Dengan senang hati Gustav melakukan apa yang Ellie minta. Saat Ellie menyelipkan kepalanya di antara dada dan lengan Gustav, dengan lembut Gustav mengelus rambut Ellie.
"Ada yang mengganggu pikiranmu, sayang?" Tanya Gustav lembut. Biasanya mereka selalu memiliki hasrat yang bergelora saat bertemu. Namun kali ini sungguh berbeda. Seperti seolah sudah disepakati bersama, keduanya sama sekali tidak berminat untuk saling menggoda dan seolah-olah tidak ingin melakukan aktifitas yang biasanya membuat mereka berdua melambung ke langit.
Semalaman mereka lebih banyak saling diam sambil berpelukan dan memandang langit kelam dari jendela rumah pohon.
"Gustav..." Ellie memanggil kekasihnya lirih. Namun Gustav mampu mendengarnya dengan jelas.
"Ya, sayang. Katakan ada apa? Aku mendengarkan."
Hari masih gelap, seorang pengawal tampak tergesa-gesa memasuki area perkebunan Arva milik Gyorgy. Dia membisikkan sesuatu kepada pengawal penjaga gerbang, lalu sang pengawal bergegas masuk ke dalam kediaman Gyorgy. Tidak lama kemudian, tampak Gyorgy yang masih setengah mengantuk membangunkan Arpad. Keduanya sama-sama membaca pesan rahasia dari Lorant. Sejenak keduanya tertegun dan saling memandang. Kemudian Gyorgy menoleh pada pengawal pembawa pesan. "Kamu beristirahatlah. Dan tugasmu akan digantikan dengan yang lain, sebab kamu pasti lelah jika harus kembali menemui Laszlo. Katakan pada penggantimu untuk bersiap dalam waktu satu jam, bawa perbekalan cukup dan dua orang pengawal tambahan untuk berjaga-jaga." Pengawal pembawa pesan tersebut mengangguk patuh. "Baik, Tuan Gyorgy. Sesuai perintahmu." Lalu pengawal tersebut langsung pergi melakukan tugas yang diembannya. Gyorgy menarik nafas, sambil mengusap wajahnya yang masih mengantuk. Arpad juga masih
Gyorgy dan Arpad memacu kudanya ke arah hutan Cacthice bersama dua orang pengawal dan seorang pengawal pembawa pesan. Keduanya sudah tidak asing lagi dengan area hutan yang memang sering mereka lintasi. Namun tiba-tiba, Arpad melihat ada jejak kaki kuda yang masih baru. "Jejak ini masih basah, pasti mereka baru saja lewat ke arah yang sama dengan tujuan kita, sepertinya ada lebih dari satu jejak kaki kuda. Bagaimana menurutmu, Kak?" Gyorgy dan Arpad berhenti sejenak dan mencoba meneliti jejak tersebut dengan hati-hati. "Arpad, ada tetesan darah." Gyorgy memberi tahu. Dengan jarinya, Arpad mencoba mengambil tetesan darah segar yang sudah menyatu dengan tanah. "Sepertinya masih sangat baru." Jawab Arpad. Tiba-tiba terdengar langkah kaki kuda dari kejauhan. Keduanya saling berpandangn, lalu dengan isyarat mata, mereka menarik tali kekang kuda mereka masing-masing, untuk bersembunyi di balik pepohonan rimbun. Tidak lama kemudian tampak beb
Susannah menarik nafas panjang. Tubuhnya terasa sedikit memiliki energi setelah makan dan minum. Dia juga sudah bisa merasa lebih santai bersandar pada sebatang pohon. Rasanya sangat melelahkan karena semalaman ketakutan setengah mati, hingga tidak berhenti berlari dan bersembunyi di dalam hutan. Susannah mencuri pandang dengan sudut matanya ke arah Gyorgy, mencoba mencari-cari gerakan yang mungkin bisa membahayakan dirinya. Bagaimanapun, dia harus tetap waspada. Bukankah saat dia dan teman-temannya mendaftar untuk ikut sekolah kepribadian, bangsawan-bangsawan itu tampak baik dan menyenangkan? Namun kenyataannya, prilaku mereka berbeda seratus delapan puluh derajat setelah dia dan teman-temannya masuk perangkap. Susannah kembali menarik nafas sebelum mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. "Aku dan beberapa temanku mendaftar pada sekolah kepribadian yang diselenggarakan di Kastil Cachtice. Kami para gadis desa, memiliki mimpi untuk bisa memperbaiki kehidupan kami. Bagi
Lorant telah berpikir semalaman. Dan dengan segala konsekuensinya, Lorant akan mengajak Gyorgy serta Arpad ke ruang rahasia di bawah tanah. Lalu bersama-sama akan memikirkan langkah selanjutnya. Sambil menunggu Gyorgy dan Arpad, Lorant membaca sebuah buku diary milik Gerda, yang dia temukan diantara kumpulan barang-barang penting yang menunjukkan jati diri Benca sesungguhnya. Selama ini dia berpikir bahwa Gerda dan Gergely adalah orang tua kandung Benca, ternyata diary tersebut mengatakan hal yang jauh berbeda dari prasangkanya. Di sana tertulis dengan jelas sejarah kelahiran Benca hingga kepergiannya ke Arva bersama dirinya dengan mimpi indah untuk menikah, membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia di masa depan. Rencananya menjelang pernikan, Lorant dan Benca akan menjemput Gergely dan Gerda untuk merayakan hari bahagia mereka. Namun harapan tinggal harapan, rencana tersebut ternyata tidak pernah terjadi hingga detik ini. Terakhir yang ditulis oleh Gerda adalah sebuah m
"Apakah aku tidak salah lihat?" Arpad menatap object yang ada di hadapannya dengan takjub bercampur bingung. Gyorgy memandang Lorant dan Arpad bergantian, dia sungguh tidak mengerti dengan banyak kejutan yang ditemui hari ini. Kesaksian Susannah, ruang bawah tanah rumah Benca, dan sekarang ruang rahasia di dalam ruang bawah tanah yang juga rahasia. Rahasia di dalam rahasia tersimpan di sini dengan rapih selama berpuluh-puluh tahun tanpa diketahui oleh banyak orang. "Itulah sebabnya aku mengirimkan pesan kepada kalian untuk melihatnya. Aku butuh diskusi dan meminta pendapat kalian." Lorant memandang Gyorgy, lalu melangkah untuk mendekat. "Kemarilah, Kak. Lihat bagian belakang lukisan ini, di sana tertulis 26 September 1572. Apakah itu berarti hari pernikahan mereka?" "Sangat mungkin seperti itu." Jawab Gyorgy. Sejenak Gyorgy menatap lekat-lekat pada Lorant. Saat kamu menemukan lukisan pengantin antara bibi Ellie dan
Rombongan ksatria dan para pengawalnya bergegas meninggalkan kediaman rumah Benca. Ada beberapa barang yang telah dipilih untuk dibawa sebagai bahan penelitian saat mereka akan membahas keterkaitan antara Gustav, Elizabeth dan kasus hilangnya banyak gadis perawan yang terjadi di wilayah Arva. Mereka berkuda dengan kecepatan tinggi agar bisa segera tiba di lokasi rahasia lainnya yang hanya diketahui oleh Arpad. Mendekati lokasi yang dimaksud, Arpad membimbing rombongan untuk menambatkan kuda-kuda mereka. Sekedar berjaga-jaga, jika di tempat tujuan pemiliknya sedang berada di lokasi, maka suara derap kaki kuda tidak akan mengagetkan, dan mereka masih bisa mengendap-enadap untuk menunggu pemilik meninggalkan lokasi tersebut. Beberapa pengawal diminta untuk langsung kembali ke Arva membawa sedikit barang-barang dari kediaman Benca dengan perintah untuk langsung disimpan pada gudang khusus milik Gyorgy. Sementara ini, mereka hanya menyisakan dua orang pengawal saja
Erza dan Benca sedang duduk di ruang makan menikmati sarapan bersama putra-putri mereka. Kali ini baik Benca maupun Erza lebih banyak diam. "Fia, apakah Susannah sudah lebih baik kondisinya?" Tanya Erza hati-hati. Benca mengangguk. "Ya, luka-lukanya mulai mengering, dan nafsu makannya juga baik, hanya saja dia masih sering merasa kaget. Sepertinya trauma di dalam dirinya begitu lekat." Erza menatap Benca dengan sendu, ada kabut dalam kedua mata wanita cantik tersebut. Ada banyak pertanyaan tetapi juga ada banyak keterbatasan untuk membicarakannya. Erza memandang sekelilingnya, menatap putra-putri mereka yang sedang santai menikmati sarapan pagi mereka."Akankah situasi ini tidak akan dialami lagi? Haruskah mereka bersembunyi untuk menghindari kasus seperti yang dialami oleh Susannah, menjadi korban dari orang yang ingin mengambil darahnya yang sampai saat ini belum diketahui siapa pelakunya itu?" 
Baik Gyorgy maupun Lorant sama-sama terkejut ketika memasuki rumah pohon yang tertata apik meskipun sederhana. Walaupun keduanya sudah bisa memperkirakan apa saja yang mereka akan saksikan, namun tetap saja mereka merasa takjub. Selain tatanan yang apik dan rapih, disalah satu sudut, pada boneka manekin, sebuah gaun pengantin yang tampak sedikit kusam --karena termakan usia-- masih tersimpan rapih. Gaun tersebut memang gaun pengantin yang ada pada lukisan di ruang rahasia bawah tanah rumah Benca. Lorant terpaku dan menghampiri, lalu menyentuh gaun tersebut dengan hati-hati. Dia teringat akan sesuatu. Sebuah lintasan memori saat dirinya berdebat terkait baju-baju yang dirinya temukan bersama Arpad di ruang bawah tanah rumah Benca. "Benca, sayang. Kedua orang tuamu telah meninggalkan jejak rahasia di mana-mana untuk menemukanmu. Namun rupanya takdir berkata lain. Pakaian-pakaian ini, juga benda-benda lainnya, adalah petunjuk mengenai s
Suasana pemakaman cukup sepi. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Waktu pemakaman juga dibuat sesingkat mungkin. Benca menatap nanar saat peti mati diturunkan ke dalam liang lahat. "Bibi Ellie, semoga arwahmu tenang di sisi-Nya. Aku sudah memafkanmu, meskipun kamu tidak pernah memintanya." Benca memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian empat tahun lalu saat dirinya disekap bersama Lovisa di ruang bawah tanah. Bagaimanapun, Benca merasakan bahwa Ellie tidak sungguh-sungguh ingin menyakitinya. Ellie hanya sedang terjebak dalam situasi yang serba salah. Setelah prosesi pemakaman dilakukan, satu persatu pergi meninggalkan makam dan kembali ke rumah masing-masing. Orang memastikan bahwa di sanalah jasad Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire disemayamkan. Sebuah episode kehidupan dari seorang Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire telah berakhir. *** Epilog : Yang orang-orang dan dunia luar tidak ketahui adalah, jasad Ellie dimakamkan di dalam hutan, dekat sebu
Seluruh keluarga masih berduka saat selesai menghadiri pemakaman Gustav. Tidak berapa lama, seorang pengawal masuk, mengabarkan bahwa Ellie telah meninggal di dalam ruangan tahanannya. Hal tersebut diketahui karena Ellie tidak menyentuh makanannya sama sekali, setelah pintu dibuka untuk memeriksa, Ellie ditemukan terkapar di lantai sudah tidak bernyawa. Arpad berdiri terpaku, membeku seperti patung yang bernyawa."Apakah aku yang telah menyebabkan bibi Ellie meninggal? Selama ini, Ayah Gustav tidak pernah mengetahui bahwa Bibi Ellie masih hidup dan ditahan di dalam kastilnya sendiri. Ayah Gustav selalu berpikir, bahwa Bibi Ellie telah menerima hukuman mati bersama yang lainnya. Sejak itu, kondisi kesehatan Ayah Gustav terus menurun dan akhirnya pergi. Ayah Gustav memang tidak pernah membicarakan atau mengeluhkan apa yang dirasakannya. tetapi aku tahu, apa yang membuatnya berubah seratus delapanpuluh derajat sejak kepergian Bibi Ellie. Dia pasti sangat
Di dalam sebuah ruang sempit dengan ventilasi kecil untuk sekedar bernafas, serta lubang pintu yang hanya cukup untuk meletakkan sepiring makanan setiap harinya. Ellie terduduk di sudut sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Entah sudah berapa lama dia terkurung di ruangan ini. Ingatannya sudah mulai memudar, dan dia juga telah menjadi tua, keriput, jelek, kurus dan lemah. Namun semua itu tidak lagi mengganggu Ellie. Hanya ada sesuatu yang masih lekat dalam memorinya, dia adalah Gustav, kekasih hatinya, orang yang paling dia cintai seumur hidupnya. Saat ini dirinya tidak lagi meratapi serta menyesali perbuatannya yang telah merugikan banyak pihak, dia sudah menerima hukumannya dengan ikhlas. Tetapi, hatinya lebih sering didera kerinduan, serta kesepian yang teramat sangat terhadap Gustav kekasihnya. Terakhir kali dia menatap wajah kekasihnya adalah ketika dirinya digiring seperti
Setelah terungkapnya tragedi pembunuhan berantai di Kastil Cachtice, beredar desas-desus mengenai sisi lain dari sang putri yang diberi julukan Blood Countess De Ecsed. Cerita bergulir bagaikan bola liar yang panas, menghubungkan praktek pembunuhan tersebut dengan ritual satanisme yang di anut oleh sang putri berdarah. Rakyat dicekam rasa takut akan adanya semacam sekte atau aliran satanisme yang membutuhkan tumbal atau persembahan berupa darah gadis perawan yang mungkin masih berjalan di suatu tempat di sekitar mereka. Gosip dan desas-desus terus berseliweran diantara para rakyat untuk waktu yang cukup lama. Kondisi tidak serta merta menjadi normal lagi seperti sediakala setelah keputusan dan hukuman dijatuhkan terhadap putri berdarah dan pengikutnya. "Sebaiknya, selepas senja, tidak boleh ada seorang gadispun yang boleh berkeliaran di luar rumah. Mungkin saja arwah Blood Countess de Ecsed masih bergentayangan mencari korban." Sekelompo
Para tersangka duduk diam menunduk di hadapan Raja Matyas. Sebelumnya, Raja Matyas telah mendengarkan keterangan dari para saksi dalam pertemuan terpisah, juga mempelajari semua laporan yang disusun oleh Gyorgy, Lorant dan Arpad. Tidak ada keramaian dalam persidangan ini, hanya para tersangka, Gyorgy, Arpad, Lorant, beberapa mentri, serta hakim yang akan memberikan pertimbangan hukuman bagi para tersangka yang sesungguhnya telah diputuskan pada pertemuan tertutup sebelumnya. Elizabeth Bathory dan Klara sebagai tersangka utama tidak dihadirkan dalam persidangan dengan berbagai pertimbangan. Bagaimanapun, persidangan secara terbuka bagi keluarga kerajaan akan sangat memalukan, mengingat garis keturunan serta hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga mengingat jasa-jasa kepahlawanan suami tersangka utama pada kerajaan menjadi faktor penting dalam menjaga hubungan baik, maka mereka tidak akan pernah melakukan persidangan terbuka untuknya. Memperkara
Sambil menarik nafas sejenak, Pendeta Luthern Istvan Magyari melanjutkan laporannya kepada Raja Matyas, “….karena jumlahnya semakin banyak, aku mencurigai bahwa meninggalnya mereka bukanlah sesuatu yang wajar, Tuanku. Sehingga aku menolak untuk memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal tersebut. Tetapi kalau pada akhirnya mereka membuang mayat-mayat tersebut di sembarang tempat begitu saja, aku sungguh tidak mengetahuinya.” Pendeta Luthern Istvan Magyari mengakhiri laporannya, di hadapannya Raja Matyas terpaku bisu setelah mendengar penjelasan tersebut. Bayangan mayat-mayat bergelimpangan di semak-semak, di dalam hutan, maupun di tempat-tempat pembuangan, membuatnya merasa sangat terpukul. Dia sering berada di medan tempur untuk berjuang membela negara, melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, namun di dalam area pemerintahannya sendiri, telah terjadi praktek pembunuhan yang kejam dan berjalan sudah cukup lama tanpa diketahui. Hal ini seperti sebu
Gustav sedang berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga, dia duduk tersenyum menatap istri dan putri ciliknya yang memiliki wajah bercahaya, sedang bermain mengejar kupu-kupu yang menarik perhatian dengan warnanya yang rupawan. Ellie begitu cantik, muda dan mempesona. Putri mereka tidak berhenti tertawa mengejar kupu-kupu, tiba-tiba saja seekor burung gagak menyerang putri mereka hingga tersungkur jatuh. Wajah putri mereka yang bercahaya beradu dengan tanah, membuat dia menangis. Gustav yang kaget segera hendak menolong, namun istrinya yang cantik mendadak berubah menjadi monster yang mengerikan. Wajahnya menjadi sangat pucat dengan taring yang semakin memanjang. Tatapan matanya nanar tertuju pada burung gagak tersebut, lalu secepat kilat menyambar burung gagak dan melumatnya dengan buas, membuat wajahnya berlumuran dengan darah segar. Putri mereka yang sudah bangkit dan melihat ibunya melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dengan waja
Lorant memperhatikan kening Benca yang berkedut serta sudut mata yang sedikit mengerut, seperti sedang gelisah. Lorant masih menggenggam jemari Lovisa untuk memberinya kekuatan, sementara kondisi Benca membuatnya hawatir, jadi dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengelus kening Benca agar bisa lebih tenang. Saat itu, Arpad datang sambil membawa roti dan air untuk diberikan kepada Lorant. Dia juga melihat wajah Benca yang gelisah. Sepertinya Benca sedang memimpikan sesuatu di dalam bawah sadarnya. Arpad dan Lorant saling memandang. Lorant meminta Arpad untuk duduk di dekatnya dan menggenggam jemari Benca, sementara dirinya tetap berada di dekat Lovisa. Dengan sebelah tangannya yang tadi mengelus Benca, Lorant mengambil roti dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak lama. Rasanya, makanan terakhir yang masuk ke tubuhnya adalah kemarin saat mereka baru saja selesai dari penyelidikkan di rumah pohon milik Gustav. Setelah itu, mereka langsung marathon melaku
Gustav memasuki rumahnya dengan gontai. Rasanya, seluruh jiwa raganya berada terpisah di dunia masing-masing, tidak saling terhubung satu sama lain. Gustav memasuki ruang kerja, mengambil sebuah lukisan dalam bingkai kecil yang berada dalam laci mejanya, lalu memandang lekat-lekat lukisan versi mini antara dirinya dengan Ellie, satu-satunya wanita yang telah membuat hatinya terjerat dan tidak mampu berpaling. Lintasan-lintasan peristiwa berseliweran di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar secara otomatis. Segalanya tampak baru terjadi kemarin, padahal waktu telah membawa mereka pada usia senja. "Ellie, sayangku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu. Bila dunia memutuskan bahwa dirimu bersalah, maka aku harus bisa menerima dengan ikhlas segala keputusan yang akan diberikan. Kalau saja boleh, aku ingin menggantikan posisimu saat dipersidangan. Karena aku pasti tidak akan kuat melihatmu diadili."