Untuk meminimalisasikan suara-suara yang keluar akibat diskusi terkait perencanaan meneliti kediaman Benca di tepi hutan, Arpad mengambil kertas dan pena. Sesaat kemudian mulai membuat sketsa serta diagram rencana, seperti yang biasa mereka lakukan saat membuat sebuah strategi dalam pertempuran. Arpad ikut membuat coret-coretan di sana-sini. Keduanya telah melakukan banyak pekerjaan besar bagi wilayah Arva maupun kerajaan secara bersama-sama. Komunikasi non verbal antara mereka terkadang lebih tajam dari sekedar bicara.
Akhirnya didapatkan sebuah kesimpulan yang mereka sepakati bersama. Lorant dan pasukan yang cukup bisa dipercaya, akan bertolak ke kediaman Fia setelah acara pesta di kastil bibi mereka. Sementara Arpad, akan menjaga keluarga bersama Gustav seperti biasanya. Kepergian Lorant akan di iringi tiga orang pembawa pesan yang mampu berpacu dengan kudanya dalam kecepatan maksimal, agar bisa segera memberikan kabar terbaru terkait penelitian yang akan dilakukan oleh L
Cachtice Catsle, 2 Maret 1610 Benca telah menyelesaikan banyak masakan, dan siap untuk disuguhkan. Hari masih siang, ada banyak waktu untuk membuat garnish atau hiasan yang bisa mempercantik tampilan hidangan. Maka dia bergegas untuk mencari beberapa bahan dan meminta Lovisa untuk mengumpulkannya. "Lui, bisakah kamu minta tolong pelayan untuk mengumpulkan mentimun, tomat, wortel dan lobak, lalu mengupas dan mencucinya?" "Baik Ibu. Berapa banyak yang Ibu butuhkan?" "Ambilkan masih-masing satu keranjang." "Baik Ibu." Lovisa mencari pelayan dan menyampaikan pesan ibunya. Sementara Lorant yang sedang mengaduk sup di dalam panci dekat suatu sudut dapur tidak pernah lepas memperhatikan ke mana pun Lovisa atau Benca melangkah. Dia dengan tegas melarang mereka bertiga terpisah ruangan satu sama lain apapun alasannya. Seorang pelayan datang memberikan pesanan Benca, tanpa sengaja dia melihat jari pelayan yang tergores dan meninggalkan bekas. "J
Acara pesta di Cachtice Castle berjalan dengan baik diiringi musik sendu tanpa tari-tarian. Keluarga bangsawan berdatangan, bahkan keluarga dari kerajaan Polandia, Perancis dan Jerman juga hadir. Rupanya acara ini semacam manipulasi pertemuan politik antara pemimpin-pemimpin besar. Dan mengapa diadakan di Cachtice Castle, bukan di salah satu kerajaan besar lainnya? tidak lain demi membuat situasi seolah-olah normal, bukan acara kenegaraan. Mereka ingin mengkonsolidasikan situasi terkini satu sama lain. Yang paling utama adalah, mereka perlu menerima nasihat Count Gyorgy Thurzo de Bethlenfalva sahabat dari Count Ferenc Nadasdy, pemilik gelar Black Hero Of Hungary, suami dari Countess Elizabeth Bathory de Ecsed. Agenda utamanya adalah tentang persekutuan melawan musuh abadi mereka selama berabad-abad yang saat ini justru semakin kuat, bahkan wilayah kekaisaran mereka semakin luas meliputi hampir seluruh bagian Eropa dan Asia. Tentu saja hal tersebut membuat mereka haru
Ivett mendadak gugup, namun berusaha menyembunyikan rasa gugupnya dari Arpad. "Oh, kamu salah paham, Arpad. Aku hanya mengajaknya minum, memberi penghargaan atas apa yang telah dia buat untuk pesta ini. Kami semua memuji masakan istrimu. Tapi asisten istrimu justru sangat sembrono, dia telah membuat pakaianku basah." Ivett mencoba meredam amarah Arpad, dan melemparkan kesalahan pada Lorant yang dia anggap sebagai asisten Benca. Ivett melangkah menghampiri Arpad, sejenak melupakan rasa sakit pada pergelangan tangannya yang melepuh. "Coba kulihat lenganmu." Arpad menjawab dingin, Ivett yang masih berusaha menyembunyikan tangannya tidak mampu menghindari cengkraman Arpad yang sangat kuat. Melihat tangan Ivett yang melepuh, Arpad menatap Ivett tajam. Bola mata Arpad yang biasa teduh berubah dipenuhi amarah. "Mengapa kamu ingin sekali melukai istriku? Apa salahnya padamu?" Ivett panik, namun tetap berusaha tenang, lalu akhirnya berucap. "Karena dia mengingatkanku pada Ben
Baru saja Gyorgy melangkahkan satu kakinya memasuki ruang utama kediaman Baron Ivan Garai Szechenyi de Sarvar Felsovidek, langkahnya terhenti. Di sana sudah ada Raja Matyas dengan wajah gusar menahan amarah, sehingga wajahnya memerah membuat kerutan yang tegas di pelipisnya semakin nyata. Gyorgy maklum mengapa di gerbang kediaman Baron Ivan banyak sekali pengawal bertubuh atletis mengenakan pakaian kasual berwarna gelap. Mereka bukan seperti pengawal kerajaan pada umumnya, mereka adalah pengawal khusus Raja Matyas, yang memiliki keterampilan tempur setara dengan pasukan Janissari dari Kekaisaran Ottoman, pada masa kepemimpinan Prince Stephen Bathory kakek buyutnya. Meskipun saat itu peperangan yang berlangsung selama sekitar 15 tahun mengalami pasang surut di kedua belah pihak, namun Prince Stephen Bathory sempat mempelajari taktik berperang Sultan Al-Fatih dan tentara Janissari yang sangat ditakuti pada masanya. Walhasil, banyak keterampilan berperang yang diwarisi dari kakek buyut
Lorant di dampingi oleh Zulu dan Hugo serta prajurit lainnya berkuda dengan kecepatan pesat menuju kediaman Benca. Kuda-kuda yang membawa mereka adalah kuda pilihan yang cukup terlatih. Namun entah mengapa, Lorant merasakan perjalanan menuju rumah Benca terasa sangat lama, dan menguras energinya. Bayangan saat dirinya terluka, mendapatkan perawatan dari Benca, saling mengungkapkan perasaan hingga tragedi menemukan tiga makam di rumah Benca berkelebat dalam pikirannya seperti sebuah film yang diputar perlahan. Yang paling membuat Lorant merasa mual adalah episode saat penculikan terhadap dirinya yang dilakukan oleh Ivett, saat itu dirinya seperti berada di tepi jurang, pilihannya adalah bertahan hidup atau terjun bebas dan menyambut ajal. Saat dirinya mengetahui Benca masih hidup, semangat juang Lorant untuk bertahan tidak terbendung lagi, hingga dia mampu kabur dari acara pernikahan, sampai menyembunyikan jati dirinya hingga saat ini. Semua itu, membuat waktu menuju rumah Be
Setelah beristirahat sejenak, Lorant memerintahkan para prajuritnya untuk mulai menyisir seluruh area rumah Benca dengan teliti. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok. Yang pertama dipimpin oleh Hugo bertugas menyisir bagian luar rumah Benca sampai radius sekitar duapuluh meter sambil berjaga-jaga. Kelompok kedua menyisir area dalam rumah Benca. Sedangkan kelompok ketiga akan meneliti ruang bawah tanah rumah Benca bersama Lorant dan Zulu. "Zulu, perintahkan anak buahmu untuk membersihkan dan menata kembali area rumah Benca." Lorant sedikit merasa sesak pada saluran pernafasannya, sebab ruang bawah tanah saat ini dipenuhi oleh banyak sekali debu dan sarang laba-laba. Kondisinya sangat jauh berbeda saat pertama dirinya dan Arpad memasuki ruang ini. Ketika itu, hanya ada debu tipis yang melapisi furniture serta barang-barang yang ada di dalamnya. Semua terlihat terawat dengan sangat baik. Kabar baik dari situasi ini, artinya kemungkinan besar memang ruanga
Gustav, Arpad dan Gyorgy bergegas untuk pergi setelah pertemuan dengan Raja Matyas. Gustav yang telah memiliki janji dengan Ellie untuk bertemu di rumah pohon dan bermalam bersama kekasihnya, berpamitan pada Arpad dan Gyorgy. "Aku rasa, Fia dan anak-anaknya lebih baik bermalam di rumahmu saja. Sebab aku ada urusan penting, jadi mungkin aku tidak pulang ke rumah. Di tempatmu, mereka akan lebih aman." Gustav menjabat tangan Gyorgy dengan hangat. Bagaimanapun pembicaraan mereka barusan terkait semakin banyaknya laporan kehilangan gadis-gadis perawan membuat Gustav gelisah. Dia selalu saja teringat Lovisa. Gyorgy tersenyum menyambut uluran tangan Gustav. "Pasti aku akan menjaga mereka, Tuan Gustav. Selain itu, ada Arpad yang juga akan melindungi mereka. Tenanglah. Aku mengerti kamu mengkhawatirkan Lovisa. Aku juga punya anak gadis. Jadi aku paham sekali dengan kekhawatiranmu." Gustav tersenyum dan menepuk punggung tangan Gyorgy lalu menggenggamnya dengan
Gustav memeluk Ellie penuh kasih sayang. Entah mengapa kali ini Ellie tidak seceria biasanya. Ellie lebih banyak diam dan meminta Gustav untuk selalu memeluk erat tubuhnya. Dengan senang hati Gustav melakukan apa yang Ellie minta. Saat Ellie menyelipkan kepalanya di antara dada dan lengan Gustav, dengan lembut Gustav mengelus rambut Ellie. "Ada yang mengganggu pikiranmu, sayang?" Tanya Gustav lembut. Biasanya mereka selalu memiliki hasrat yang bergelora saat bertemu. Namun kali ini sungguh berbeda. Seperti seolah sudah disepakati bersama, keduanya sama sekali tidak berminat untuk saling menggoda dan seolah-olah tidak ingin melakukan aktifitas yang biasanya membuat mereka berdua melambung ke langit. Semalaman mereka lebih banyak saling diam sambil berpelukan dan memandang langit kelam dari jendela rumah pohon. "Gustav..." Ellie memanggil kekasihnya lirih. Namun Gustav mampu mendengarnya dengan jelas. "Ya, sayang. Katakan ada apa? Aku mendengarkan."
Suasana pemakaman cukup sepi. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Waktu pemakaman juga dibuat sesingkat mungkin. Benca menatap nanar saat peti mati diturunkan ke dalam liang lahat. "Bibi Ellie, semoga arwahmu tenang di sisi-Nya. Aku sudah memafkanmu, meskipun kamu tidak pernah memintanya." Benca memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian empat tahun lalu saat dirinya disekap bersama Lovisa di ruang bawah tanah. Bagaimanapun, Benca merasakan bahwa Ellie tidak sungguh-sungguh ingin menyakitinya. Ellie hanya sedang terjebak dalam situasi yang serba salah. Setelah prosesi pemakaman dilakukan, satu persatu pergi meninggalkan makam dan kembali ke rumah masing-masing. Orang memastikan bahwa di sanalah jasad Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire disemayamkan. Sebuah episode kehidupan dari seorang Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire telah berakhir. *** Epilog : Yang orang-orang dan dunia luar tidak ketahui adalah, jasad Ellie dimakamkan di dalam hutan, dekat sebu
Seluruh keluarga masih berduka saat selesai menghadiri pemakaman Gustav. Tidak berapa lama, seorang pengawal masuk, mengabarkan bahwa Ellie telah meninggal di dalam ruangan tahanannya. Hal tersebut diketahui karena Ellie tidak menyentuh makanannya sama sekali, setelah pintu dibuka untuk memeriksa, Ellie ditemukan terkapar di lantai sudah tidak bernyawa. Arpad berdiri terpaku, membeku seperti patung yang bernyawa."Apakah aku yang telah menyebabkan bibi Ellie meninggal? Selama ini, Ayah Gustav tidak pernah mengetahui bahwa Bibi Ellie masih hidup dan ditahan di dalam kastilnya sendiri. Ayah Gustav selalu berpikir, bahwa Bibi Ellie telah menerima hukuman mati bersama yang lainnya. Sejak itu, kondisi kesehatan Ayah Gustav terus menurun dan akhirnya pergi. Ayah Gustav memang tidak pernah membicarakan atau mengeluhkan apa yang dirasakannya. tetapi aku tahu, apa yang membuatnya berubah seratus delapanpuluh derajat sejak kepergian Bibi Ellie. Dia pasti sangat
Di dalam sebuah ruang sempit dengan ventilasi kecil untuk sekedar bernafas, serta lubang pintu yang hanya cukup untuk meletakkan sepiring makanan setiap harinya. Ellie terduduk di sudut sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Entah sudah berapa lama dia terkurung di ruangan ini. Ingatannya sudah mulai memudar, dan dia juga telah menjadi tua, keriput, jelek, kurus dan lemah. Namun semua itu tidak lagi mengganggu Ellie. Hanya ada sesuatu yang masih lekat dalam memorinya, dia adalah Gustav, kekasih hatinya, orang yang paling dia cintai seumur hidupnya. Saat ini dirinya tidak lagi meratapi serta menyesali perbuatannya yang telah merugikan banyak pihak, dia sudah menerima hukumannya dengan ikhlas. Tetapi, hatinya lebih sering didera kerinduan, serta kesepian yang teramat sangat terhadap Gustav kekasihnya. Terakhir kali dia menatap wajah kekasihnya adalah ketika dirinya digiring seperti
Setelah terungkapnya tragedi pembunuhan berantai di Kastil Cachtice, beredar desas-desus mengenai sisi lain dari sang putri yang diberi julukan Blood Countess De Ecsed. Cerita bergulir bagaikan bola liar yang panas, menghubungkan praktek pembunuhan tersebut dengan ritual satanisme yang di anut oleh sang putri berdarah. Rakyat dicekam rasa takut akan adanya semacam sekte atau aliran satanisme yang membutuhkan tumbal atau persembahan berupa darah gadis perawan yang mungkin masih berjalan di suatu tempat di sekitar mereka. Gosip dan desas-desus terus berseliweran diantara para rakyat untuk waktu yang cukup lama. Kondisi tidak serta merta menjadi normal lagi seperti sediakala setelah keputusan dan hukuman dijatuhkan terhadap putri berdarah dan pengikutnya. "Sebaiknya, selepas senja, tidak boleh ada seorang gadispun yang boleh berkeliaran di luar rumah. Mungkin saja arwah Blood Countess de Ecsed masih bergentayangan mencari korban." Sekelompo
Para tersangka duduk diam menunduk di hadapan Raja Matyas. Sebelumnya, Raja Matyas telah mendengarkan keterangan dari para saksi dalam pertemuan terpisah, juga mempelajari semua laporan yang disusun oleh Gyorgy, Lorant dan Arpad. Tidak ada keramaian dalam persidangan ini, hanya para tersangka, Gyorgy, Arpad, Lorant, beberapa mentri, serta hakim yang akan memberikan pertimbangan hukuman bagi para tersangka yang sesungguhnya telah diputuskan pada pertemuan tertutup sebelumnya. Elizabeth Bathory dan Klara sebagai tersangka utama tidak dihadirkan dalam persidangan dengan berbagai pertimbangan. Bagaimanapun, persidangan secara terbuka bagi keluarga kerajaan akan sangat memalukan, mengingat garis keturunan serta hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga mengingat jasa-jasa kepahlawanan suami tersangka utama pada kerajaan menjadi faktor penting dalam menjaga hubungan baik, maka mereka tidak akan pernah melakukan persidangan terbuka untuknya. Memperkara
Sambil menarik nafas sejenak, Pendeta Luthern Istvan Magyari melanjutkan laporannya kepada Raja Matyas, “….karena jumlahnya semakin banyak, aku mencurigai bahwa meninggalnya mereka bukanlah sesuatu yang wajar, Tuanku. Sehingga aku menolak untuk memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal tersebut. Tetapi kalau pada akhirnya mereka membuang mayat-mayat tersebut di sembarang tempat begitu saja, aku sungguh tidak mengetahuinya.” Pendeta Luthern Istvan Magyari mengakhiri laporannya, di hadapannya Raja Matyas terpaku bisu setelah mendengar penjelasan tersebut. Bayangan mayat-mayat bergelimpangan di semak-semak, di dalam hutan, maupun di tempat-tempat pembuangan, membuatnya merasa sangat terpukul. Dia sering berada di medan tempur untuk berjuang membela negara, melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, namun di dalam area pemerintahannya sendiri, telah terjadi praktek pembunuhan yang kejam dan berjalan sudah cukup lama tanpa diketahui. Hal ini seperti sebu
Gustav sedang berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga, dia duduk tersenyum menatap istri dan putri ciliknya yang memiliki wajah bercahaya, sedang bermain mengejar kupu-kupu yang menarik perhatian dengan warnanya yang rupawan. Ellie begitu cantik, muda dan mempesona. Putri mereka tidak berhenti tertawa mengejar kupu-kupu, tiba-tiba saja seekor burung gagak menyerang putri mereka hingga tersungkur jatuh. Wajah putri mereka yang bercahaya beradu dengan tanah, membuat dia menangis. Gustav yang kaget segera hendak menolong, namun istrinya yang cantik mendadak berubah menjadi monster yang mengerikan. Wajahnya menjadi sangat pucat dengan taring yang semakin memanjang. Tatapan matanya nanar tertuju pada burung gagak tersebut, lalu secepat kilat menyambar burung gagak dan melumatnya dengan buas, membuat wajahnya berlumuran dengan darah segar. Putri mereka yang sudah bangkit dan melihat ibunya melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dengan waja
Lorant memperhatikan kening Benca yang berkedut serta sudut mata yang sedikit mengerut, seperti sedang gelisah. Lorant masih menggenggam jemari Lovisa untuk memberinya kekuatan, sementara kondisi Benca membuatnya hawatir, jadi dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengelus kening Benca agar bisa lebih tenang. Saat itu, Arpad datang sambil membawa roti dan air untuk diberikan kepada Lorant. Dia juga melihat wajah Benca yang gelisah. Sepertinya Benca sedang memimpikan sesuatu di dalam bawah sadarnya. Arpad dan Lorant saling memandang. Lorant meminta Arpad untuk duduk di dekatnya dan menggenggam jemari Benca, sementara dirinya tetap berada di dekat Lovisa. Dengan sebelah tangannya yang tadi mengelus Benca, Lorant mengambil roti dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak lama. Rasanya, makanan terakhir yang masuk ke tubuhnya adalah kemarin saat mereka baru saja selesai dari penyelidikkan di rumah pohon milik Gustav. Setelah itu, mereka langsung marathon melaku
Gustav memasuki rumahnya dengan gontai. Rasanya, seluruh jiwa raganya berada terpisah di dunia masing-masing, tidak saling terhubung satu sama lain. Gustav memasuki ruang kerja, mengambil sebuah lukisan dalam bingkai kecil yang berada dalam laci mejanya, lalu memandang lekat-lekat lukisan versi mini antara dirinya dengan Ellie, satu-satunya wanita yang telah membuat hatinya terjerat dan tidak mampu berpaling. Lintasan-lintasan peristiwa berseliweran di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar secara otomatis. Segalanya tampak baru terjadi kemarin, padahal waktu telah membawa mereka pada usia senja. "Ellie, sayangku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu. Bila dunia memutuskan bahwa dirimu bersalah, maka aku harus bisa menerima dengan ikhlas segala keputusan yang akan diberikan. Kalau saja boleh, aku ingin menggantikan posisimu saat dipersidangan. Karena aku pasti tidak akan kuat melihatmu diadili."