THE FOREST FAIRY.
EVA menatap keluar jendela dan melihat daun-daun berguguran dari pohon. Pemandangan itu sekaligus menyejukkan hati dan pikirannya yang belum pulih sejak terungkapnya fakta bahwa Alex adalah kakaknya. Bukannya ia menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada keluarganya selama ini. Sungguh, ia merasa sangat bahagia akhirnya fakta tentang kakak tiri terungkap. Hanya saja, semua yang terjadi belakangan ini cukup mengguncangnya. Ia seolah kehilangan arah dan tak tahu kemana lagi harus melangkah. Sejak kejadian perkelahian Bruce dengan Alex, ia menghubungi Payton dan mengatakan kepada wanita untuk untuk menjadwal ulang semua pekerjaannya karena ia ingin beristirahat entah sampai kapan.
“Kau tahu kenapa aku dinamai Bruce?”
Eva menggeleng. Ingatannya terlempar pada kejadian bertahun-tahun lalu. Hari itu di musim semi, Bruce mengunjunginya bersama Romeo. Mereka berdua menginap selama dua hari d
A ROMANTIC DINNER.SEPANJANG perjalanan menuju rumah orangtuanya, Eva sama sekali tidak berhenti memikirkan pertemuannya dengan Meghan. Ternyata, selama ini ia salah. Salah besar karena telah menuduh Bruce menghianati hubungan mereka. Padahal yang terjadi sebenarnya tidak seperti itu. Bruce tidak pernah sekali pun berpaling darinya. Dirinya lah yang terlalu bodoh karena membiarkan kesalahan pahaman terjadi di antara mereka berdua selama bertahun-tahun. Dan selama itu pula, ia berusaha sekuat tenaga untuk menghindari Bruce Spencer Smith. Bruce yang selalu ingin bertemu dengannya dan menjelaskan tentang ciuman yang terjadi di taman waktu itu.Eva mendendesah pelan. Untung saja ia tidak perlu mengemudi karena supir Delta berbaik hati mengantarnya pulang. Seandainya saja Ava tidak menjalin hubungan dengan Delta, mungkin fakta ia memiliki kakak tiri tidak akan terungkap sampai mereka meninggalkan dunia ini.Seulas senyum getir muncul
UNLIMITED KISSES.EVA mengerjapkan pandangannya beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan kalau pria yang barusan mengucapkan kata-kata itu adalah Bruce Spencer Smith. Ia meneguk salivanya kasar. Astaga! Apa yang Bruce lakukan di sini? Dan kenapa pula pria itu bisa melihat dirinya dan Andrew? Apakah… apakah Bruce membuntutinya? Tidak. Itu tidak mungkin terjadi, bukan? Bruce dan dirinya sama sekali tidak punya alasan untuk bertemu. Tentu saja Bruce juga tidak punya alasan membuntutinya seperti sekarang.“Siapa kau?” Kening Andrew mendadak berkerut dalam. Pria itu memalingkan wajah dan menatap Bruce penuh permusuhan. “Apa yang kaulakukan di tempatku.”“Kubilang lepaskan dia!” geraman rendah dan buas bangkit dari dada Bruce. Pria itu sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari Andrew.Andrew tertawa. Cengkeraman tangannya seketika melemah. Eva menggunakan ke
TOUCH ME, PLEASE.EVA mengamati Bruce yang saat ini tengah mengobrol dengan Huxley lewat sambungan telepon. Akhirnya, dia tahu nama pria yang selama ini menjadi tangan kanan Bruce-Huxley. Nama yang cukup menarik dan sepertinya sesuai dengan karakter orangnya. Tegas dan… “Pastikan saat aku tiba di rumah tidak ada siapa pun di sana.”“…”“Jangan banyak bertanya, Hux. Lakukan saja perintahku. Kupastikan aku baik-baik saja.” Pria itu melirik Eva sekilas dengan tatapan nakal.Eva memalingkan wajahnya, kali ini ia merutuki dirinya sendiri karena tidak berpikir dua kali sebelum bertindak. Jika biasanya nia selalu berhati-hati, satu jam yang lalu ia bersikap sangat ceroboh dengan membuat perjanjian paling konyol dengan pria paling arogan di muka bumi. Seandainya saja Eva tidak sedang dalam misi menyelamatkan Andrew, mungkin ia tidak mau direpotkan dengan perjanjian i
THE WORLD OUTSIDE.EVA tahu dia tidak akan bisa berhenti sekarang. Tidak setelah Bruce membaringkannya di atas tempat tidur dalam keadaan tanpa busana. Pria itu menunduk dalam lalu kembali mengecup bibirnya. Sesuatu di antara paha Bruce menggelitik kulitnya yang sensitive hingga Evaa tersentak karenanya.Gerakan itu rupanya disadari oleh Bruce. Dia melepas pagutan bibir mereka lalu menatapnya dengan yang berkobar di sorot matanya. “Apa kau siap?” tanyanya dengan suara serak.“Entahlah. Aku… gugup.”“Aku tahu apa yang kau rasakan.” Bruce mengeucup keningnya lama. “Aku juga. Tapi aku tidak yakin akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, sekarang atau nanti, tidak ada bedanya.”Eva membelai dada Bruce lalu menghentikannya tepat di bagian sensitive pria itu. Tangannya mengukur seberapa besar kejantanan Bruce selama beberapa saat. Setelah itu, erangan pelan
MY SOULMATE.BRUCE hanya bisa mendesah pelan saat melihat Eva turun dari ranjang untuk menerima panggilan dari ibunya. Ia ingin sekali mendengarkan apa yang tengah Eva bicarakan dengan sang ibu, tetapi ada hal yang harus ia urus. Ayahnya. Entah mengapa firasatnya mengatakan kalau apa yang akan dikatakan sang ayah bukanlah sesuatu yang baik. “Ya, Dad.”“Di mana kau?” tanya sang ayah tanpa basa-basi.Bruce mendesah, pertanyaan ayahnya sungguh sangat tidak sopan. Tidak bisakah Dewa menanyakan bagaimana kabarnya? Bukannya malah menanyakan keberadaannya. Tanpa bertanya pun, seharusnya sang ayah tahu di mana dirinya berada. “Di rumah. Apa ada yang mengganggumu?” tanya berusaha bersikap setenang mungkin.“Aku akan sampai di rumahmu kurang dari satu jam. Bersiaplah! Ada yang ingin kubicarakan padamu.”Dewa nyaris memutuskan sambungannya, beruntung bagi Bruce ka
CONTENTS OF THE AGREEMENT.BRUCE membawa kedua kakinya menuju ruang makan di mana ia akan menghabiskan makan siang dengan kedua orangtuanya. Ia melangkah dengan gontai dan berat hati. Siapa pun yang berada di posisinya saat ini pasti memilih untuk kabur ataau menghindari pertemuan dengan dua orang keras kepala yang sialnya berstatus sebagai orangtua biologisnya. Bruce mengedarkan pandangan saat hampir tiba di ruang makan. Sebelumnya, ia telah meminta Eva untuk menunggunya di kamar dan untungnya wanita itu tidak keberatan dengan permintaannya.“Mom… Dad…” Bruce memeluk ibu kemudian berganti dengan ayahnya. Tak lupa ia mendaratkan sebuah ciuman di pipi mereka berdua. Seburuk apa pun hubungannya dengan Gadis dan Dewa, Bruce merasa ia tetap harus menghormati mereka. “Maaf membuat kalian menunggu.”“Aku berniat menyusulmu ke kamar. Tapi Huxley melarangku. Apa kau meny
VENEZUELA.HUXLEY menghampiri Bruce yang tengah menghabiskan waktu bersama Eva di pinggir kolam renang sore itu. Setelah puas bercinta, akhirnya Eva bisa keluar dari kamar Bruce. Untung saja Gadis dan Dewa tidak berniat menginap di rumah itu. Mereka memutuskan untuk menginap di hotel dan melanjutkan honeymoon yang sempat tertunda karena harus bertemu dengan Bruce. Setibanya Huxley di dekat mereka, pria itu langsung menyampaikan tujuannya. “Ada panggilan darurat. Apa kau mau menerima atau setidaknya memeriksa pesan dari klien kita?”Bruce memutar bola matanya. “Hux, tidak bisakah aku cuti satu hari saja?”Huxley berpikir sejenak. “Seharusnya, bisa. Tapi ini mendadak dan kita tidak punya waktu untuk membahasnya nanti. Bisa dibilang-““Baiklah, baiklah. Kirimkan data yang harus kuperlajari dan aku akan langsung memeriksanya dari sini. Kau boleh pergi.” Po
A KIDNAPPING.EVA membuka kelopak matanya perlahan setelah terik matahari yang menyilaukan menyerbunya dengan sangat kejam. Setelah semalam begadang karena menunggu Bruce selesai meeting dan melanjutkan percintaan mereka yang sempat tertunda, hari ini ia terbangun setelah terik matahari meninggi. Eva meraba sisi tempat tidurnya dan berharap menemukan Bruce, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya ada guling yang sengaja dipasangkan di pelukannya. Pasti ulah Bruce. Pikirnya dalam hati.Dallas Suite Hotel. Di sanalah ia terbangun dengan hati dongkol karena Bruce meninggalkannya sepagi ini. Eva membuka lebar-lebar matanya lalu berusaha bangkit setelah semua nyawanya terkumpul. Semalam saat mereka masih berada di dalam pesawat Bruce memang mengatakan kalau ia akan pergi pagi-pagi sekali untuk menyelesaikan pekerjaannya. Seharusnya Eva tidak merasa tersinggung, tetapi entah mengapa ia merasa kesal dengan tindakan Bruce t
A PRANK.BRUCE masih menggenggam erat tangan Eva saat mereka hampir sampai di townhouse. Yang akan mereka hadapi setelah ini bukanlah sesuatu yang mudah. Saat ini hubungan keduanya bukan hanya tentang Peri Hutan dan Pangeran Pongky. Lebih dari itu, ada keluarga yang setia memisahkan mereka Bruce dan Eva dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah perjodohan. Tenggorokan Bruce tercekat mengingat fakta itu. Ia masih tidak percaya di era seperti sekarang masih saja ada orangtua kolot seperti ayah dan ibunya. Benar-benar menyebalkan!Eva beringsut dari duduknya. “Kau melamun.” Gumam wanita itu.Antara iya dan tidak. Bruce tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari sosok yang amat sangat ia puja di sisinya. Namun di sisi lain, ia juga memikirkan perjodohan sialan itu. Haruskah ia mengatakan kepada Eva apa yang sebenarnya direncakan oleh keluarganya?“Pongky…” Eva memaksa
OUR PARENTS.BRUCE menatap gadis anggun berambut pirang yang saat ini duduk di atas punggung Romeo. Dia, Eva dan Romeo sama-sama tidak percaya kalau kemenangan mereka ternyata hanya akan bertahan beberapa menit saja. Semula Bruce yakin bisa membawa Andrew kembali ke rumahnya di New York dan mempermalukan pria itu. Atau bahkan menyiksa Andrew sebelum mengembalikan pria itu kepada keluarganya. Sayang, sepertinya kali ini Dewi Fortuna tidak memihak kelompoknya. Terlebih saat gadis itu berkata, “Aku telah membunuh Christoper. Kurasa melenyapkannya tidak akan butuh waktu lama. Aku hanya perlu menarik pelatuk ini dan… kalian semua tahu apa yang akan terjadi.”Pernyataan yang terlalu terang-terangan itu menimbulkan kepanikan yang cukup besar di dalam kepala Bruce. Jika memang itu yang terjadi, dan sepertinya ucapan gadis itu bukanlah sebuah kebohongan. Gadis tanpa itu berkata jujur, terlihat dari keyakin
LADY OF THE WOODS.ROMEO menepuk pundak Bruce dan meremasnya. Sebagai sahabat yang baik, ia ingin memberi sedikit kekuatan pada pria itu. Keduanya telah gagal menyelamatkan Eva. Bruce terduduk sambil menangis tersedu. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain meratapi kepergian Eva. Di tengah isak tangis Bruce, tiba-tiba terdengar suara jeritan. Keduanya langsung waspada. Bruce bangkit hanya untuk mendengar sekali lagi apakah dia salah dengar atau itu hanya imajinasinya semata.“Aku mendengarnya, Bruce. Kurasa orang itu membawa Eva ke dalam hutan.” Romeo berkata dengan amarah yang tersirat dalam suara pria itu. “Sebaiknya kita menyusu mereka.”“Kau yakin?” Bruce bangkit, pria itu menyeka air matanya.“Apakah menurutmu jeritan itu bukan pertanda kalau Eva sedang memberi kita kode agar kita bisa menemukannya?” tanya Rome
HOPELESS.BRUCE melihat mobil Christoper keluar dari pintu gerbang istana. Ia segera memberi kode kepada Romeo untuk mengikuti Christoper sebelum pria itu bersembunyi dan menunggu Eva. Setelah berhasil mengejar sang dokter muda, Romeo menghentikan mobilnya tepat di sisi Christoper. “Aku akan turun dan menemuinya.”Romeo mengangguk dan mengawasi Bruce dari kejauhan. Bagaimana pun, mereka berdua tidak tahu apakah Christoper layak di jadikan teman atau tidak.Perlahan, Bruce mengetuk jendela mobil Christoper. Ia menunggu beberapa saat hingga pria itu bersedia membuka jendelan untuknya. “Hai,” sapa Bruce.Sebelah alis Christoper terangkat, tak lama setelah itu ia membuka mulut. “Maaf, ada yang bisa kubantu?”“Tentu. Bisa kita bicara?” pinta Bruce. “Kau tidak perlu turun dari mobil dan perlu kujelaskan kalau aku tidak berniat buruk padamu.”
CHRISTOPER.ANDREW melangkah keluar dari mobil dengan menggendong Eva ala bridal style. Ia menatap wajah damai gadis itu, ujung bibirnya terangkat mendapati keberadaan mereka di Glamis Castle. Mereka hanya perlu melangkah lebih dalam ke kastil tersebut, mengeluarkan microchip dan semuanya selesai. Perang yang sudah ia mulai sejak berhari-hari yang lalu akhirnya dimenangkan oleh dirinya berkat Julliet dan ayah mereka. Tiba-tiba ia rasa sayang terhadap keluarganya meningkat dua kali lipat. Dalam hati Andrew berjanji tidak akan mengabaikan keluarganya lagi setelah ini.“Sebaiknya kita masuk sekarang.” Suara Julliet memaksa Andrew keluar dari lamunannya.Andrew mendongak, menatap adiknya penuh penghargaan. “Baiklah.” Ujarnya parau. Ia lalu membawa kedua kakinya menuju bangunan kastil tua itu. Sekilas Andrew melihat batapa indahnya Glamis Castle. Tamannya yang hijau dan luas mem
THE GLAMIS CASTLE.BRUCE mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit. Kepalanya yang masih berdenyut membuat ia nyaris tersungkur. Untungnya seseorang membantunya bangkit sebelum ia tubuhnya benar-benar ambruk ke lantai. “Astaga, apa yang kau lakukan di sini!” gerutu sebuah suara yang sangat dikenali oleh Bruce.Ujung bibir Bruce terangkat hingga membentuk sebuah senyuman getir. “Apa yang kaulakukan di sini?” bisiknya pada Romeo.Romeo mendesah sembari membantu Bruce berdiri dengan baik. “Mencarimu, memmastikan kau baik-baik saja. Kau pikir apa? Aku tahu sesuatu padamu.”“Aku tertidur, Romeo. Tidak ada yang terjadi padaku.”“Kau pingsan.” Ralat Romeo. “Kita tidak perlu berbisik-bisik. Tidak aka nada yang mendengar kita di sini.”Bruce melihat sekeliling, mereka berada di tengah salah satu sudut kastil yang dibungkus
ESCAPE PLAN.BRUCE mengambil napas dalam-dalam saat mobil yang dikendarai oleh Huxley menepi. Keduanya turun untuk membeli tiket seperti pengunjung lain. Sialnya, antrian cukup panjang sehingga memaksa Bruce dan Huxley untuk berlama-lama berdiri bersama orang-orang yang penasaran dengan tempat bersejarah tersebut. “Apa kau yakin dengan rencana ini?” tanya Huxley yang kulitnya mulai memerah akibat sengatan matahari.“Kita mungkin tidak bisa menemukan Eva sekarang, tapi setidaknya kita tahu seperti apa tempat dia disekap.” Sahut Bruce acuh.Siang itu pertama kalinya Bruce pergi ke sebuah tempat yang cukup ramai hanya berdua dengan Huxley. Sepanjang hidupnya, ia selalu berada di bawah bayang-bayang bodyguard yang dipekerjakan sang ayah untuk menjaganya. Situasi yang terbilang baru dan berbahaya ini memicu adrenalinnya. Jika biasasanya dia hanya perlu memerintah jika menginginkan sesuat
THE EDINBURGH CASTLE.ANDREW menemui Julliet pada pagi harinya saat Eva belum membuka mata. Ia perlu berbicara dengan sang adik perihal kedatangan mereka berdua ke Kastil Edinburgh. Apakah ada yang curiga dengan kehadiran Andrew yang tiba-tiba atau tidak ada satu pun yang peduli padanya. Meskipun rasanya semua itu mustahil mengingat betapa terkenalnya dirinya. Saat tiba di kamar sang adik yang sedikit nyeleneh, Andrew melihat gadis itu masih sibuk dengan berbagai macam computer di ruang kerjanya. Julliet memang terbilang gadis yang cukup unik, jika orang lain menyibukkan diri mereka dengan berbelanja barang-barang mewan, berbeda sekali dengan adiknya yang satu ini.“Ada masalah?” tanya Andrew saat tiba di sisi adiknya.“Aku masih harus memastikan kalau mereka tidak menemukan lokasi kita. Benda kecil pengintai itu tidak lagi bisa kuretas. Ternyata, kemarin hanyalah sebuah keberuntungan bel
JULLIET.ANDREW hanya bisa melihat kepergian Eva dan pria yang ia ketahui bernama Bruce. Ia menatap geram mereka berdua. Beraninya Bruce mempermalukan dirinya. Beraninya pria itu membawa kabur wanita yang sangat diinginkannya itu. Andrew meninju tembok dengan kepalan tangan yang cukup kuat. Seandainya saja ia punya kekuatan super, tembok dan seluruh gedung itu pasti sudah runtuh dalam sekali pukulan. Sayang, dia bukanlah Thor yang bisa menghancurkan gedung pencakar langit hanya dengan satu pukulan dari palunya.Segera setelah punggung mereka berdua menghilang, ia bergegas kembali ke rumah. Keinginannya untuk menghabiskan satu malam penuh dengan Eva telah kandas, ia membutuhkan pelampiasan untuk menyalurkan hasrat yang sejak beberapa saat lalu menderanya. Andrew mengambil ponsel lalu menghubungi Sabrina, seorang model papan atas yang entah berapa kali tidur dengannya. Mereka memang kerap menghabiskan malam hanya untuk bers