terima kasih sudah membaca cerita ini. :)
"Ayolah ke sini" Bisma terus menarik temannya untuk masuk ke dalam taman kota. "Aduhh gua cape banget, harusnya ini waktu paling tenang buat gua istirahat. Lo kenapa malah ke sini sih, mana rame banget lagi." ketusnya kesal. "Jalan-jalan lah brou, refeshing. Ga cape apa kerja mulu" sahut Bisma sambil tertawa. Ia sudah berusaha susah payah untuk membujuk sahabatnya agar mau ikut jalan-jalan ke sini. Sudah lama ia tak merasakan suasana ramai seperti ini. Merasa lelah tiga anak muda itu memilih untuk beristirahat sebentar, mencari penjual minuman terkedat karena merasa sangat haus. "Jus mangga satu mbak" ujar Tiara memesan untuk minumannya. "Lo berdua mau minum apa?" tanya Tiara. "Kamu mau apa, sayang?" tanya Kevin pada kekasihnya. Karena tidak melihat adanya menu minuman Taro, Shenna menghela nafas pasrah. "Alpokat aja deh" sahutnya pada Kevin. "Alpokatnya dua ya mbak" ujar Kevin. Tiara melihat-lihat sekitarnya, matanya membelalak saat melihat ada gulali berbentuk hewa
Shenna mempersiapkan dirinya, ia bangun lebih pagi agar sampai di kantor dengan cepat. Mencoba memperlihatkan bahwa dirinya masih berniat bekerja di sini, berharap agar Arga tak mengingat masalah kemarin. Tidur Shenna tak nyenyak karena masalah itu, perempuan itu jadi bingung sendiri. Arga mungkin benar-benar akan melemparnya dari perusahaan sekarang juga. "Pagi mbak" sapa Shenna dengan senyuman, menyapa setiap orang yang datang dengan ramah. Perempuan itu membersihkan meja yang sudah lama tak ia sentuh, rasanya sangat-sangat merindukan tempat ini. Seminggu tidak berada di kantor membuat Shenna merasa sangat rindu. Untungnya Arga belum datang, jadi Shenna punya waktu untuk membersihkan tempat kerja pria itu juga. Harapnnya untuk bekerja di sini masih besar, berbeda dengan dulu saat di awal saja perempuan itu sudah hampir gila dan ingin menyerah. Pukul delapan pagi, Arga datang dengan langkah panjangnya. Masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa menoleh sedikitpun pada Shenna. "Selamat
Shenna sedang menunggu kedatangan Kevin, laki-laki itu berjanji akan mampir ke apartemennya untuk membawakan roti yang Shenna titipkan. Tok tok tok Dengan senyuman yang merekah di wajahnya, perempuan itu langsung berlari kecil saat mendengar suara ketukan pintu. Ia sangat yakin bahwa orang yang mengetuk pintu sudah pasti kekasihnya. Senyuman Shenna tak luntur saat melihat Kevin sudah berdiri di depan matanya, dengan dua kantong roti yang ia beli khusus untuk Shenna. "Kangen..." ujar Shenna memeluk Kevin membuat laki-laki itu tersipu. Kedua pasangan itu masuk ke dalam, Shenna pergi ke dapur, membuatkan minuman untuk kekasihnya. "Udah lama ya nunggunya?" tanya Kevin yang saat ini duduk di sofa. "Engga kok" sahutnya berbohong, tidak mau ketahuan bahwa dirinya memang menunggu Kevin sejak pulang kerja sore tadi. Kevin kembali tersenyum, tahu bahwa Shenna sedang berusaha menutupi rasa malunya. Perempuan itu kembali menghampiri Kevin dengan dua gelas sirup jeruk yang ada di kul
Shenna dan Kevin keluar bersama dari dalam apartemen, laki-laki itu sejak tadi menunggu Shenna mempercantik dirinya untuk berangkat kerja, sedangkan Kevin harus melakukan hal lain lebih dulu. "Aku mau berangkat kerja dulu ya" ujar Shenna pelan. Kevin tersenyum sembari mengangguk, "Hati-hati di jalan ya, jangan lupa di makan ayam kecapnya nanti, semangat kerjanya, Cantik!" ujar Kevin sembari mengacak rambut Shenna gemas. Perempuan itu masuk ke dalam mobil, melaju pergi lebih dulu meninggalkan Kevin. Saat laki-laki itu hendak melangkah menuju mobilnya, tak sengaja ia bertabrakan dengan seorang pria dewasa dengan jas kerja. "Maaf pak" ujar laki-laki itu dengan cepat, lalu buru-buru pergi. Sedangkan pria dengan setelan jas itu, terdiam sebentar, merasa wajah laki-laki tadi tak asing baginya. Dengan pakaian santai namun tetap rapi itu, Kevin masuk ke dalam mobilnya dan pergi. Melihat jam kecil namun harganya fantastis, Arga menggerutu pelan, ia yakin perempuan itu pasti sudah sa
"Nanti siang kamu ikut saya ya" ujar Arga di tengah sepinya suara di ruangan kerja mereka berdua. Shenna yang sejak tadi sedang mengutak atik komputernya, menanyakan alasan, "Mau ke mana pak?" tanya perempuan itu pelan. "Ikut aja" sahut Arga pendek. Karena pekerjaannya sudah selesai, perempuan itu turun lebih dulu, menunggu Arga yang sekarang entah sedang melakukan apa di ruangannya. "Ayo" ujar Arga mengajak Shenna pergi. Keduanya duduk di dalam mobil, tidak ada yang bersuara, Shenna juga tak ingin membuat masalah karena takut ucapannya ada yang salah. Meskipun penasaran ke mana mereka pergi namun Shenna memilih untuk menikmati perjalanan mereka. Sepanjang perjalanan benar-benar sepi, tak ada satupun yang mengeluarkan suara, bahkan suara musik pun engga bersenandung siang ini. Shenna merasa tak asing dengan jalanan yang Arga lalui, bagaimana tidak, ia sudah sangat sering melintasi jalan ini. Namun ia masih belum bisa menebak ke mana Arga akan membawanya. Pria itu menghen
Hari ini adalah hari yang sangat penting untuk Tiara, perempuan itu bergegas dengan cepat, ia tak boleh terlambat, karena taruhannya adalah pekerjaan yang ia jalani saat ini. Tiara mengambil berkas dengan amplop berwarna coklat, memasukkannya ke dalam agar tak ketinggalan. Ia memanaskan motornya sebelum berangkat, tak lupa sarapan agar dirinya tak keleparan saat di kantor. Setelahnya perempuan itu bergegas untuk pergi, getaran ponsel yang ia taruh di saku celana membuat perempuan itu melihatnya lebih dulu. Takut-takut ada notifikasi penting yang tak sempat ia baca. Damar: "Hari ini semangat ya Ra" Damar: "Semoga semuanya berjalan dengan lancar" Damar: "Jangan lupa berdoa" Damar: "Gua selalu ada di belakang lo" Tiara tersenyum melihat layar ponselnya, semangatnya membara sehingga tak sempat membalas pesan-pesan singkat itu. Ia melihat jam tangan kecilnya, sudah saatnya ia berangkat sekarang. Dalam perjalanan perempuan itu sesekali bersenandung, terkadang ia juga memiliki
"Ra, tolong ambilin gofod gua dong, udah di depan drivernya" mendengar teriakan itu, Tiara mau tak mau harus melakukannya. Ia juga sudah bosan karena tak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan hari ini. Perempuan itu mengambil makan siang untuk teman-teman di kantornya, saat akan melangkah kembali masuk ke dalam kantor. Mata perempuan itu menyipit, merasa tak asing dengan kendaraan besar berwarna hitam di depan matanya. Mobil ini sangat persis dengan mobil yang membuat kekacauan pada hidupnya pagi tadi, sehingga menyebabkan banyaknya kerugian yang di alami oleh Tiara. Usai meletakkan makan siang untuk teman di kantor, Tiara tak bisa menahan amarahnya, terlebih pelaku pembuat onar itu ada di sekitar sini. Tiara sangat yakin seratus persen, karena ia sudah mencacat plat mobil itu dalam otaknya. Perempuan itu menunggu di depan mobil, sesekali menendang bannya yang mengakibatkan kaki perempuan itu sakit, akibat gaya-gayaan. "Ra, lo ngapain di situ? sini masuk" ujar temannya saat melih
Hingga pukul sembilan malam, Tiara masih merenung, enggan mengucapkan sepatah kata pun. Saat ini Tiara sedang duduk di salah satu sudut kedai milik temannya, sebenarnya ia tidak mau ke sini, namun rasanya tak ada tujuan lain selain tempat ini. Kevin, Shenna, dan juga Damar hanya bisa memperhatikan dari jauh, membiarkan Tiara untuk menikmati waktu sendirinya, tak mau menggangu atau bahkan menyebabkan masalah lainnya. Kevin memilih untuk menutup kedainya lebih awal, Tiara benar-benar membutuhkan tempat untuk menceritakan keluhannya saat ini. Hingga saat mereka sudah yakin bahwa Tiara dapat di ajak bicara, barulah tiga orang itu menghampiri Tiara yang sedang menatap ke arah luar. "Kenapa gini banget ya hidup gua. Padahal gua udah berusaha semaksimal mungkin, gua begadang nyelesaiin projek itu, dia juga janji bakal kasih gua bonus kalau kliennya setuju buat proyek itu. Tapi kenapa sekarang gua malah di buang? kenapa usaha gua ga ada harganya sama sekali? kenapa mereka bersikap seol
Setelah agak lenggang. Tiara dan Damar terlihat bersama sedang bercengkerama seperti biasa. Sambil mengelap meja tentu saja.Di meja lainnya, ada Bisma dan Kevin yang duduk santai. Mereka agaknya merasa sangat lelah sekarang.Lalu Shenna dan Arga yang sedang mencuci beberapa piring dan gelas kotor agar bisa digunakan lagi."Damar, dia keliatannya suka sama Tiara ya." ujar Bisma tiba-tiba.Pandangannya menatap betapa dekatnya mereka. Seolah tak berjarak sama sekali.Kevin mengangguk, setuju dengan apa yang bisma katakan. Hanya dengan tatapan itu saja, kevin mengerti maksud dari pandangan perempuan itu."Gua sama Tiara pacaran." ujar Bisma memberikan informasi.Entah harus merespon seperti apa, Kevin malah dibuat tertawa mendengarnya.Tawa itu agaknya membuat Bisma tersinggung. Kevin tidak percaya dengan ucapannya."Kalau lo bilang lo suka sama Tiara, gua percaya sih. Cewe modelan Tiara emang banyak yang naksir dari dulu. Tapi kalau pacaran, gua yakin Tiara enggak dulu sama lo." ujarnya
Pada saat hari di mana Tiara dan Bisma akan dinner. Laki-laki itu sudah menunggu di depan kosan Tiara.Lengkap dengan jas gelap rapi yang ia gunakan. Tiara keluar dengan balutan dress putih yang sudah ia kirimkan sebelumnya pada Tiara.Dengan senyuman manisnya, Tiara melangkah menghampiri Bisma yang sudah menunggu.Rasanya sangat aneh menggunakan pakaian rapi begini hanya untuk makan malam. Tiara juga merasa penasaran ke mana mereka akan pergi hari ini."Udah siap?" tanya Bisma dengan senyuman penuh wibawa.Tiara mengangguk, Bisma membuka pintu penumpang dan membiarkan Tiara untuk masuk lebih dulu. Lalu ia segera berlari menuju kursi kemudi.Bisma memecah kemacetan dengan melewati jalan pintas yang sering ia jadikan alternatif saat kondisi jalan sedang macet parah.Dengan ditemani alunan musik, Tiara sesekali bersenandung mengikuti irama lagu.~Long endless highway, you're silent beside meDriving a nightmare I can't escape fromHelplessly praying, the light isn't fadingHiding the sh
Beberapa tahun sudah berlalu. Shenna, Tiara, dan Kevin akhirnya lulus kuliah juga.Saat itu, ada Damar, Bisma, dan juga Arga yang datang pada saat mereka bertiga wisuda.Jagan terkejut, merek semua jadi semakin dekat ketika kejadian tak terduga itu terjadi.Bahkan Arga juga sempat menyatakan cintanya pada Shenna hanya karena tidak mau memendamnya sendiri.Jahat memang, namun ia tak mau berbohong. Meskipun ia juga akan tetap ditolak karena Shenna lebih memilih bersama Kevin daripada dirinya.Tidak masalah, Arga menyatakan cinta hanya karena ia tidak mau memendam perasaan lebih lama.Bahkan Kevin juga mengetahui hal itu. Kevin juga berpikir itu tidak akan jadi masalah ketika Shenna lebih memilih dirinya.Arga datang dengan sebuket bunga untuk diberikan pada Shenna. Bukan sebagai orang yang menyukai Shenna, melainkan sebagai bos yang berusaha untuk dekat dengan semua karyawannya.Arga sudah banyak berubah, dia yang dulunya sangat cuek dan dingin akhirnya mulai berbaur dan akrab dengan ka
Shenna sudah memutuskannya. Ia menghampiri Martin yang ada di tempat tongkrongannya bersama dengan antek-anteknya itu."Egh ada Shenna. Kenapa nih? Tumben nyamperin aku ke sini." ujar Martin tanpa merasa bersalah sedikitpun setelah membuat anak orang masuk rumah sakit."Gak usah sok akrab!" ujar Shenna kesal.Ia datang untuk memperingati Martin agar tidak mengganggu hidupnya lagi."Gua dateng ke sini buat ingetin lo, jangan pernah ganggu gua sama Kevin lagi." ujar Shenna dengan suara kerasnya."Gua sama Kevin gak akan pernah pisah. Ancaman lo gak ada apa-apanya sama rasa cinta kita berdua. Jadi gua minta lo untuk berhenti ganggu hubungan kita! Kevin gak akan pernah balik lagi sama geng sampah lo ini." ujar Shenna yang sudah tidak tahan untuk memaki-maki Martin.Amarahnya sudah di ujung kepala, ia mengutarakan rasa kesalnya sekarang. Mulai sekarang dia hanya akan percaya pada kekasihnya.Benar apa yang dikatakan oleh pak Arga. Shenna dan Kevin saling mencintai, sehingga mereka berdua b
Tiara yang baru saja pulang bekerja sedang duduk menunggu ojek onlinenya datang. Ia duduk di tempat pemberhentian bus agar mudah dikenali oleh ojeknya.Sudah malam, sekitar pukul sepuluh, karena Tiara baru saja menyelesaikan lemburnya. Ada banyak pekerjaan yang diberikan untuknya agar diselesaikan saat ini juga.Badannya sudah sangat lengket, kepalanya pusing, matanya mengantuk. Perempuan itu ingin segera beristirahat.Namun tak disangka, alih-alih menunggu ojek. Ada dua pria tak dikenal lengkap dengan masker berhenti di depan Tiara.Mereka meminta barang-barang yang Tiara bawa. Tentu saja Tiara membela dirinya, ia menghindari dan menolak permintaan itu.Berteriak pun tidak ada gunanya, jalanan sangat sepi, hanya ada mereka saja di sana.Tiara terus berusaha menyelamatkannya dirinya sendiri.Di tempat lain, pria dengan mobil mewahnya sedang menunggu lampu hijau menyala. Matanya menatap sekitar dan tak sengaja menemukan pemandangan yang membuatnya menatap tajam pada satu sosok.Perempu
Mendengar cerita itu tentunya membuat Shenna tak menyangka.Shenna tidak bisa menahan air matanya, ia menangis, ia membiarkan Kevin melihat dirinya menangis.Kevin tak kuasa melihat air mata Shenna, sungguh ia sangat merasa bersalah sekarang. Jika ia mau sedikit lebih jujur, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.Ini semua salahnya, seharusnya ia tidak mengiyakan perintar Martin. Seharusnya ia tidak usah mengenal Shenna, perempuan itu terluka karenanya.Pun Shenna yang berpikir bahwa semua yang dialami Kevin adalah karena salahnya. Jika ia tak menolak Martin dengan cara seperti itu. Jika ia tidak membuat Martin sakit hati, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi."Terus kamu kenapa bisa kayak gini?" tanya Shenna dengan isak tangisnya yang belum berhenti."Maaf." lagi, hanya kata itu yang mampu dilayangkan oleh Kevin. Ia butuh jawaban yang pasti, kenapa Kevin bisa sampai ada di sini, juga alasan kenapa Pak Arga juga di sini."Kemarin Martin ngirim sms ke aku. Dia bilang bakal nye
Shenna mengerutkan keningnya ketika mendapati pesan dari Martin.Martin : "Send a video."Martin : "Gua gak mau lo dibohongin terus-terusan sama dia."Martin : "Cowo lo itu gak beneran sayang sama lo."Martin : "Kevin kalah taruhan dulu, dia pacarin lo karena kalah taruhan."Martin : "Gua kasian sama lo, lo udah keliatan sayang dan nyaman banget sama dia."Martin : "Thanks me later."Pesan yang di spam oleh Martin membuat degup jantung Shenna berdetak lebih cepat. Video itu ia putar, berisi pengakuan Kevin yang memang sedang kalah taruhan.Laki-laki itu tertawa, ia mengatakan bahwa dirinya pasti akan bisa menjadikan Shenna sebagai kekasihnya.Shenna masih tidak percaya, namun jelas Kevin di sana. Ia tak menyangka bahwa Kevin akan melakukan hal seperti ini padanya.Shenna mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia tak menyangka bahwa dirinya sudah dipermainkan. Selama tiga tahun hubungan mereka berjalan, Shenna tidak pernah mengira hal seperti ini akan terjadi pada hidupnya.Shenna tentu saja
Saat suster yang merawat luka Kevin sudah keluar, ia memberikan ponsel milik laki-laki itu pada Arga.Ia menerima ponsel yang banyak sekali terdapat pesan dan panggilan tak terjawab.Saat melihat nama orang-orang tersebut, salah satu nama membuat Arga tercekat. Ada nama Shenna di sana.Hampir 30x panggilan tak terjawab dari perempuan itu, beberapa pesan khawatir yang dikirim perempuan itu dapat Arga rasakan.Ia sangat paham bagaimana perasaan Shenna saat ini. Arga melirik jam tangannya, sudah pukul satu dini hari, ia harap Shenna sudah beristirahat sekarang.Shenna pasti khawatir karena kekasihnya tidak memberi kabar. Beberapa teman anak ini juga terus berusaha menghubunginya.Arga hendak menekan tombol panggil pada nama Shenna. Rasanya ia ingin memberitahukan bahwa kekasihnya sedang berada di rumah sakit. Namun ucapan Kevin tadi kembali melintas di pikirannya. Ia yakin Kevin tidak mau Shenna mengetahuinya.Sehingga ia urungkan niatnya itu. Arga memilih untuk mematikan ponsel Kevin un
Kevin tersenyum masam, bahkan jika ia kehilangan Shenna pun, ia tak akan sudi untuk kembali pada kumpulan manusia-manusia mengerikan ini.Ia sudah terlampau benci dengan kelakuan mereka semua. Mereka yang tidak pernah mau menghargai pendapat orang lain, mereka yang hanya mau didengarkan, mereka yang sering kali membuat keributan. Kevin benci hal seperti itu, sehingga sudah seharusnya ia tak kembali pada mereka semua."Gua gak peduli sama apapun yang lo bilang. Gua ingetin untuk gak usah bawa-bawa nama Shenna lagi!" ujar Kevin, terdengar seperti ancaman untuk mereka semua.Martin sama sekali tak gentar mendengar ancaman dari anak kecil di depannya itu. Baginya kevin hanyalah mahasiswa sok berani yang sedang menantang mereka."Gua udah ingetin ke elo vin. Jangan nyesel kalau gua ngelewatin batas, lo sendiri yang bikin gua ngelakuin itu semua." ujar Martin tenang."Kalau dengan nyakitin shenna bikin lo balik lagi sama kita, gua bakal lakuin hal itu." ujar Martin lagi.Kevin merasa bingun