terima kasih sudah membaca cerita ini :)
Shenna terbangun saat tangan Arga sengaja menggoyangkan tubuhnya, “Bangun, kita udah landing.” Perempuan itu mengucek matanya sebentar, mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih tersebar entah ke mana. Saat satu per satu penumpang turun, Shenna mengikuti langkah Arga dari belakang. Shenna terlihat seperti anak kecil yang sedang mengikuti ke mana ayahnya pergi. “Pak, tunggu sebentar” ujar Shenna menahan langkah pria itu. Arga terlihat membalikkan tubuhnya, “Kenapa?” tanyanya datar. “Karena lagi di bali, jadi boleh tolong fotoin saya ga? Soalnya saya mau kasih kabar kalau udah sampe” ujar Shenna dengan nada lembutnya. Entah kenapa mendengar suara Shenna yang tidak seperti biasanya, membuat Arga langsung mengiyakan permintaan perempuan itu. Shenna memberikan ponselnya pada pria tinggi itu, meminta Arga untuk memberikan aba-aba agar ia bisa berganti pose sesuka hatinya. “Satu, dua” Arga memberikan isyarat sembari menekan tombol itu agar menangkap gamabar perempuan bernama Shenna. “S
Arga mematikan alarmnya yang terus berdering, matanya masih mengantuk namun pria itu langsung beranjak dari tempat tidurnya. Pagi ini ada hal yang harus pria itu lakukan, jadi Arga memilih untuk mandi lebih dulu. Tidak butuh waktu lama, pria itu hanya mengguyur tubuhnya dengan air hangat karena pagi ini sangat dingin. Karena sengaja tidak membawa baju ganti, pria itu kembali menggunakan pakaian kemarin, namun kali ini akan ia tutupi dengan jaket yang ia bawa. Arga melihat pantulan dirinya di depan cermin, memastikan bahwa dirinya sudah tampan. Dengan semprotan minyak wangi, Arga menjadi lebih percaya diri. Sudah pukul delapan pagi, namun tidak terdengar suara Shenna sama sekali. Arga membuka pintu kamarnya, hendak menghampiri Shenna. Penasaran dengan apa yang sedang perempuan itu lakukan, Arga berdiri di depan pintu kamar asisten pribadinya. Mencoba mengetuk-ngetuk pintu itu, sudah lima menit pria itu menunggu, namun perempuan itu belum juga membuka pintu. Tok! Tok! Tok! Arga
"Habis ini mau ke mana pak?" tanya Shenna saat keduanya berjalan keluar dari mall. "Hotel." sahut Arga singkat. Shenna menundukkan wajahnya ke bawah, keinginannya untuk berkeliling di Bali pupus usai mendengar jawaban Arga yang sangat singkat. Keduanya duduk di dalam mobil dalam kondisi hening, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Shenna. Perempuan itu merasa ingin merebahkan dirinya yang kurang istirahat, rasanya benar-benar sangat melelahkan. Sampai di hotel, Shenna hendak masuk ke dalam kamarnya sendiri. Namun Arga menarik pergelangan tangan perempuan itu hingga menoleh padanya. "Buat kamu." ujar Arga menyerahkan satu kantong pakaian yang sempat mereka beli. Shenna mengerutkan jidatnya, bertanya-tanya kapan pria itu membeli baju yang sempat Shenna coba tadi. Ia pikir Arga hanya membeli untuk dirinya sendiri, ternyata ada satu pakaian yang ia beli untuk perempuan itu. Shenna masih dalam keadaan mematung, membiarkan tangan Arga tertahan di udara. "Cepet ambil.
Saat sampai di hotel, Shenna buru-buru menghubungi Kevin. Sebelumnya ia sudah menyiapkan kata-kata dengan harapan Kevin tidak marah padanya. Shenna: "Malem sayang." Shenna: "Lagi sibuk, sayang?" Biasanya Kevin akan merespon dengan cepat, Shenna jadi was-was karena sudah lima menit namun kekasihnya belum juga mengirim pesan balasan. Jangankan pesan balasan, di baca saja belum. Shenna masih setia menunggu, matanya terus melirik room chat yang tidak juga kunjung membalas pesan singkatnya. Merasa tubuhnya lengket, Shenna buru-buru mandi. Sembari menunggu balasan Kevin yang membuatnya agak takut. Kevin: "Engga kok, biasa aja." Kevin: *panggilan tak terjawab* Shenna sedang asik membasuh rambutnya yang sangat lengket, salah dirinya sendiri karena bermain air dengan Arga yang tidak mau kalah. Shenna mencium aroma rambutnya sendiri, "Wangi banget." pujinya pada diri sendiri. Shenna lalu mengganti bajunya dengan pakaian tidur, sudah malam, Shenna harus banyak istirahat karena ad
"Pak, staff yang lainnya bakal landing hari ini kan ya?" tanya Shenna saat keduanya sedang duduk menikmati sarapan mereka di hotel. Arga menganggukkan kepalanya pelan, masih setia menyantap makanan serta men-scroll video di salah satu aplikasi di ponselnya. "Kita yang jemput pak?" tanya Shenna lagi, kali ini lebih excited dari sebelumnya. Arga menghentikan kegiatannya, biasanya ia akan kesal setiap kali ada orang yang mengganggu waktu makannya. Namun kali ini berbeda, entah karena apa. Pria itu menatap pada perempuan yang masih menunggu jawaban, matanya terlihat jelas bahwa ada penuh harapan di sana. "Engga." balasnya singkat. Arga lalu kembali menikmati sarapannya, namun ada perasaan aneh dalam dirinya. Shenna bahkan tidak mengeluarkan suara setelah mendengar jawaban singkat Arga. Perlahan pria itu mendongak, menatap perempuan yang memperlihatkan tampilan wajah lesu di depannya. "Kamu kenapa?" tanya Arga pelan. Shenna yang tersadar langsung menggeleng, memberi tanda
Shenna sudah hampir tidak waras, pikirannya melayang mencari tahu ke mana Arga akan membawanya pergi. Pikiran negatif membuat perempuan itu jadi was-was sendiri, wajah Arga terlihat tidak bersahabat. Entah ada pikiran lain yang membuat pria itu jadi dingin seperti ini. Shenna baru bisa bernafas lega setelah duduk di dalam cafe mewah dengan pemandangan hijau di sekitarnya. Dengan segelas ice taro latte, matanya menatap pria yang kini duduk di depannya dengan tatapan tak bisa di baca. "Ngapain kita ke sini, pak?" tanya Shenna akhirnya angkat bicara. Arga terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang di lontarkan perempuan itu. "Pengen aja." balasnya begitu saja. Shenna mengerutkan kening, agak tidak percaya dengan jawaban yang ia dengar kali ini. Bagaimana bisa seorang Arga dengan wajah datarnya tadi, tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya dan mengajak perempuan itu kebut-kebutan di jalan, hanya untuk mampir ke cafe ini. Tidak begitu peduli dengan al
Sejak tadi Shenna terus mondar-mandir di depan Arga, mereka sudah ada di bandara, menunggu kedatangan temannya yang lain. Sudah sepuluh menit, namun tanda-tanda kedatangan teman-temannya belum juga muncul. Arga yang melihat Shenna langsung menegurnya, "Bisa duduk manis aja ga? pusing saya liat kamu mondar-mandir terus" ketusnya dengan menyilangkan kaki kanannya di atas paha. Tidak menghiraukan keluhan Arga, perempuan itu langsung tersenyum usai melihat perempuan dengan hoodie pink datang. Shenna melambaikan tangannya saat melihat Indy dan kawan-kawan baru keluar. Perempuan itu langsung berlari menghampiri temannya yang lain. Meninggalkan Arga yang sejak tadi diam saja, pria itu melangkah dengan pelan menghampiri para karyawannya. Shenna memeluk Indy lebih dulu, "Haii mbak" sapanya penuh antusias. "Duhh padahal baru dua hari, tapi gua udah kangen banget sama lo Shen" ujarnya sambil menepuk punggung perempuan itu. "Selamat sore pak" ujar Mbak Indy menyapa Arga saat pria itu
Shenna bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan dokumen file-file penting yang pastinya di butuhkan oleh Arga. Perempuan itu mengambil baju formalnya untuk ia gunakan di pertemuan hari pertama. Meeting akan di lakukan di cafe modern yang memiliki private room. Shenna harus memperlihatkan bahwa dirinya juga berperan penting dalam kegiatan ini. Ia tidak boleh memakai pakaian sembarangan, karena penampilan juga harus memiliki nilai yang pantas. Dengan polesan natural di wajahnya, Shenna menambahkan lipstik lebih berwarna dari biasanya. Kini ia terlihat sangat cantik. Sebelum memulai meeting dengan klien, semua team harus berkumpul untuk mendiskusikan beberapa hal penting. Perempuan itu mengambil tas kerjanya, memakai heels yang tidak terlalu tingga lalu keluar dari kamarnya. Ia menghampiri kamar bosnya lebih dulu, mengetuk pintu dan memastikan bahwa bosnya masih ada di sana. Tok Tok Tok "Pak, udah bangun?" panggil Shenna dari luar. Namun tidak mendapat jawaban dari pria itu
Setelah agak lenggang. Tiara dan Damar terlihat bersama sedang bercengkerama seperti biasa. Sambil mengelap meja tentu saja.Di meja lainnya, ada Bisma dan Kevin yang duduk santai. Mereka agaknya merasa sangat lelah sekarang.Lalu Shenna dan Arga yang sedang mencuci beberapa piring dan gelas kotor agar bisa digunakan lagi."Damar, dia keliatannya suka sama Tiara ya." ujar Bisma tiba-tiba.Pandangannya menatap betapa dekatnya mereka. Seolah tak berjarak sama sekali.Kevin mengangguk, setuju dengan apa yang bisma katakan. Hanya dengan tatapan itu saja, kevin mengerti maksud dari pandangan perempuan itu."Gua sama Tiara pacaran." ujar Bisma memberikan informasi.Entah harus merespon seperti apa, Kevin malah dibuat tertawa mendengarnya.Tawa itu agaknya membuat Bisma tersinggung. Kevin tidak percaya dengan ucapannya."Kalau lo bilang lo suka sama Tiara, gua percaya sih. Cewe modelan Tiara emang banyak yang naksir dari dulu. Tapi kalau pacaran, gua yakin Tiara enggak dulu sama lo." ujarnya
Pada saat hari di mana Tiara dan Bisma akan dinner. Laki-laki itu sudah menunggu di depan kosan Tiara.Lengkap dengan jas gelap rapi yang ia gunakan. Tiara keluar dengan balutan dress putih yang sudah ia kirimkan sebelumnya pada Tiara.Dengan senyuman manisnya, Tiara melangkah menghampiri Bisma yang sudah menunggu.Rasanya sangat aneh menggunakan pakaian rapi begini hanya untuk makan malam. Tiara juga merasa penasaran ke mana mereka akan pergi hari ini."Udah siap?" tanya Bisma dengan senyuman penuh wibawa.Tiara mengangguk, Bisma membuka pintu penumpang dan membiarkan Tiara untuk masuk lebih dulu. Lalu ia segera berlari menuju kursi kemudi.Bisma memecah kemacetan dengan melewati jalan pintas yang sering ia jadikan alternatif saat kondisi jalan sedang macet parah.Dengan ditemani alunan musik, Tiara sesekali bersenandung mengikuti irama lagu.~Long endless highway, you're silent beside meDriving a nightmare I can't escape fromHelplessly praying, the light isn't fadingHiding the sh
Beberapa tahun sudah berlalu. Shenna, Tiara, dan Kevin akhirnya lulus kuliah juga.Saat itu, ada Damar, Bisma, dan juga Arga yang datang pada saat mereka bertiga wisuda.Jagan terkejut, merek semua jadi semakin dekat ketika kejadian tak terduga itu terjadi.Bahkan Arga juga sempat menyatakan cintanya pada Shenna hanya karena tidak mau memendamnya sendiri.Jahat memang, namun ia tak mau berbohong. Meskipun ia juga akan tetap ditolak karena Shenna lebih memilih bersama Kevin daripada dirinya.Tidak masalah, Arga menyatakan cinta hanya karena ia tidak mau memendam perasaan lebih lama.Bahkan Kevin juga mengetahui hal itu. Kevin juga berpikir itu tidak akan jadi masalah ketika Shenna lebih memilih dirinya.Arga datang dengan sebuket bunga untuk diberikan pada Shenna. Bukan sebagai orang yang menyukai Shenna, melainkan sebagai bos yang berusaha untuk dekat dengan semua karyawannya.Arga sudah banyak berubah, dia yang dulunya sangat cuek dan dingin akhirnya mulai berbaur dan akrab dengan ka
Shenna sudah memutuskannya. Ia menghampiri Martin yang ada di tempat tongkrongannya bersama dengan antek-anteknya itu."Egh ada Shenna. Kenapa nih? Tumben nyamperin aku ke sini." ujar Martin tanpa merasa bersalah sedikitpun setelah membuat anak orang masuk rumah sakit."Gak usah sok akrab!" ujar Shenna kesal.Ia datang untuk memperingati Martin agar tidak mengganggu hidupnya lagi."Gua dateng ke sini buat ingetin lo, jangan pernah ganggu gua sama Kevin lagi." ujar Shenna dengan suara kerasnya."Gua sama Kevin gak akan pernah pisah. Ancaman lo gak ada apa-apanya sama rasa cinta kita berdua. Jadi gua minta lo untuk berhenti ganggu hubungan kita! Kevin gak akan pernah balik lagi sama geng sampah lo ini." ujar Shenna yang sudah tidak tahan untuk memaki-maki Martin.Amarahnya sudah di ujung kepala, ia mengutarakan rasa kesalnya sekarang. Mulai sekarang dia hanya akan percaya pada kekasihnya.Benar apa yang dikatakan oleh pak Arga. Shenna dan Kevin saling mencintai, sehingga mereka berdua b
Tiara yang baru saja pulang bekerja sedang duduk menunggu ojek onlinenya datang. Ia duduk di tempat pemberhentian bus agar mudah dikenali oleh ojeknya.Sudah malam, sekitar pukul sepuluh, karena Tiara baru saja menyelesaikan lemburnya. Ada banyak pekerjaan yang diberikan untuknya agar diselesaikan saat ini juga.Badannya sudah sangat lengket, kepalanya pusing, matanya mengantuk. Perempuan itu ingin segera beristirahat.Namun tak disangka, alih-alih menunggu ojek. Ada dua pria tak dikenal lengkap dengan masker berhenti di depan Tiara.Mereka meminta barang-barang yang Tiara bawa. Tentu saja Tiara membela dirinya, ia menghindari dan menolak permintaan itu.Berteriak pun tidak ada gunanya, jalanan sangat sepi, hanya ada mereka saja di sana.Tiara terus berusaha menyelamatkannya dirinya sendiri.Di tempat lain, pria dengan mobil mewahnya sedang menunggu lampu hijau menyala. Matanya menatap sekitar dan tak sengaja menemukan pemandangan yang membuatnya menatap tajam pada satu sosok.Perempu
Mendengar cerita itu tentunya membuat Shenna tak menyangka.Shenna tidak bisa menahan air matanya, ia menangis, ia membiarkan Kevin melihat dirinya menangis.Kevin tak kuasa melihat air mata Shenna, sungguh ia sangat merasa bersalah sekarang. Jika ia mau sedikit lebih jujur, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.Ini semua salahnya, seharusnya ia tidak mengiyakan perintar Martin. Seharusnya ia tidak usah mengenal Shenna, perempuan itu terluka karenanya.Pun Shenna yang berpikir bahwa semua yang dialami Kevin adalah karena salahnya. Jika ia tak menolak Martin dengan cara seperti itu. Jika ia tidak membuat Martin sakit hati, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi."Terus kamu kenapa bisa kayak gini?" tanya Shenna dengan isak tangisnya yang belum berhenti."Maaf." lagi, hanya kata itu yang mampu dilayangkan oleh Kevin. Ia butuh jawaban yang pasti, kenapa Kevin bisa sampai ada di sini, juga alasan kenapa Pak Arga juga di sini."Kemarin Martin ngirim sms ke aku. Dia bilang bakal nye
Shenna mengerutkan keningnya ketika mendapati pesan dari Martin.Martin : "Send a video."Martin : "Gua gak mau lo dibohongin terus-terusan sama dia."Martin : "Cowo lo itu gak beneran sayang sama lo."Martin : "Kevin kalah taruhan dulu, dia pacarin lo karena kalah taruhan."Martin : "Gua kasian sama lo, lo udah keliatan sayang dan nyaman banget sama dia."Martin : "Thanks me later."Pesan yang di spam oleh Martin membuat degup jantung Shenna berdetak lebih cepat. Video itu ia putar, berisi pengakuan Kevin yang memang sedang kalah taruhan.Laki-laki itu tertawa, ia mengatakan bahwa dirinya pasti akan bisa menjadikan Shenna sebagai kekasihnya.Shenna masih tidak percaya, namun jelas Kevin di sana. Ia tak menyangka bahwa Kevin akan melakukan hal seperti ini padanya.Shenna mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia tak menyangka bahwa dirinya sudah dipermainkan. Selama tiga tahun hubungan mereka berjalan, Shenna tidak pernah mengira hal seperti ini akan terjadi pada hidupnya.Shenna tentu saja
Saat suster yang merawat luka Kevin sudah keluar, ia memberikan ponsel milik laki-laki itu pada Arga.Ia menerima ponsel yang banyak sekali terdapat pesan dan panggilan tak terjawab.Saat melihat nama orang-orang tersebut, salah satu nama membuat Arga tercekat. Ada nama Shenna di sana.Hampir 30x panggilan tak terjawab dari perempuan itu, beberapa pesan khawatir yang dikirim perempuan itu dapat Arga rasakan.Ia sangat paham bagaimana perasaan Shenna saat ini. Arga melirik jam tangannya, sudah pukul satu dini hari, ia harap Shenna sudah beristirahat sekarang.Shenna pasti khawatir karena kekasihnya tidak memberi kabar. Beberapa teman anak ini juga terus berusaha menghubunginya.Arga hendak menekan tombol panggil pada nama Shenna. Rasanya ia ingin memberitahukan bahwa kekasihnya sedang berada di rumah sakit. Namun ucapan Kevin tadi kembali melintas di pikirannya. Ia yakin Kevin tidak mau Shenna mengetahuinya.Sehingga ia urungkan niatnya itu. Arga memilih untuk mematikan ponsel Kevin un
Kevin tersenyum masam, bahkan jika ia kehilangan Shenna pun, ia tak akan sudi untuk kembali pada kumpulan manusia-manusia mengerikan ini.Ia sudah terlampau benci dengan kelakuan mereka semua. Mereka yang tidak pernah mau menghargai pendapat orang lain, mereka yang hanya mau didengarkan, mereka yang sering kali membuat keributan. Kevin benci hal seperti itu, sehingga sudah seharusnya ia tak kembali pada mereka semua."Gua gak peduli sama apapun yang lo bilang. Gua ingetin untuk gak usah bawa-bawa nama Shenna lagi!" ujar Kevin, terdengar seperti ancaman untuk mereka semua.Martin sama sekali tak gentar mendengar ancaman dari anak kecil di depannya itu. Baginya kevin hanyalah mahasiswa sok berani yang sedang menantang mereka."Gua udah ingetin ke elo vin. Jangan nyesel kalau gua ngelewatin batas, lo sendiri yang bikin gua ngelakuin itu semua." ujar Martin tenang."Kalau dengan nyakitin shenna bikin lo balik lagi sama kita, gua bakal lakuin hal itu." ujar Martin lagi.Kevin merasa bingun