Bab 8
Jam 7:00 malam, aku dan Kak Adit masih berada di kosan Indri, tugas ketikanku sudah selesai kukerjakan, dengan bantuan kakak terdahsyatku yang jago mengetik sepuluh jari membuat tugas ketikanku cepat selesai.
"Capek juga yah, habis ini jalan cuci mata, yuk" ajak Indri.
"Aku sih okey aja," jawabku cepat.
"Kalau aku kayaknya gak bisa deh, soalnya masih ada tugas Lab malam ini," Kak Adit menjawab
"Yah gitu deh, Kak Adit sibuk banget," kata Indri kemudian
"Gimana dong,emang kayaknya gitu tugasnya," Kak Adit menjawab kemudian tersenyum
"Iyadeh gak papa kalau Kak Adit gak bisa ikut, kita berdua aja Indri, aku juga mau tinta printer ini" kataku kepada Indri.
"Iya kalian jalan berdua aja yah, nnti aja kita jalan lagi" Kata Kak Adit kepada ku.
"Baiklah kak, siapp!" Kataku kepada Kak Adit.
"Ayuh deh kalau Kakak mau pulang, aku antar dulu yuk" kataku kepada Kak Adit
"Ayuh, Indri aku pulang dulu yah," Kak Adit pamitan kepada Indri
"Okey Kak Adit, makasih sudah bantuin kami yah" Indri mengatupkan kedua tangannya kemudian tersenyum kepada Kak Adit
"Okey sipp," Kak Adit kemudian berdiri dan melangkah keluar.
Mengikuti dari belakang kemudian menuju motorku untuk mengantar Kak Adit kembali ke kosannya.
Setelah mengantar Kak Adit, aku balik ke kosan Indri, dan bersiap-siap berangkat ke Mall Ratu Indah untuk cuci mata.
Aku terpaksa mandi dulu di kosan Indri, gak mungkin aku balik ke rumah dulu untuk mandi kemudian balik lagi ke kosan Indri karena kami akan ke Toko Agung untuk membeli Tinta Printer dan Kertas porto folio untuk nanti ngeprint tugas kuliah kami.
Aku memilih untuk menelfon Mama dulu untuk memberi tahukan kalau aku terlambat pulang.
"Halo Ma," Begitu Mama mengangkat telfonnya.
"Iya sayang, ada apa nak?" Tanya Mamaku
"Aya mungkin terlambat pulang ini Ma, Aya masih di kosan Indri selesaikan tugas kuliah sekalian kita sebentar mau ke Toko Agung, mau beli kertas sama tinta printer Ma," aku menjelaskan ke Mamaku panjang lebar.
"Oh begitu, okelah Nak, kamu hati-hati di jalan yah, nanti Mama beritahu Papamu kalau kamu terlambat pulang!" Kata Mamaku.
"Oke siap Ma, makasih Ma!" Aku menutup telfon dan sudah lega karena sudah memberi tahukan Mamaku kalau aku akan terlambat pulang.
Aku takut mereka khawatir kalau aku terlambat pulang.
Kami sudah bersiap-siap untuk jalan, tiba-tiba Lenny telfon "Aya, kamu dimana?" Tanya Lenny
"Aku di kosan Indri nih Len, ngerjain tugas ketikan kita" jawabku
"Ohya Aya, aku baru mau datang kesitu, tugas aku juga belum ku kerjakan ini!" Kata Lenny di ujung telepon.
"Ya sudah kesini saja, karena kita juga mau ke Toko Agung ini, buat beli kertas sama tinta printer" kataku ke Lenny.
"Tungguin aku dong Aya, aku sudah mau On The Way ini!" Kata Lenny kemudian.
Aku melirik Indri meminta persetujuan apakah kita harus menunggu Lenny.
Indri kulihat menganggukkan kepalanya.
"Okey deh baiklah kamu nunggu kamu, cepat yah Len!" Sahutku
"Okey beb, tunggu yah" sahut Lenny menutup telfon nya.
Selang beberapa menit kemudian, Lenny sudah datang. Kami kemudian berangkat bertiga ke Toko Agung. Sekitar satu jam perjalanan untuk sampai ke Toko Agung. Walaupun agak jauh dari tempat kosan Indri di Minasa Upa tapi kami suka belanja di Toko Agung ini karena sangat lengkap menjual perlengkapan kantor dan pernak-pernik kebutuhan mahasiswa dan paling murah harganya di bandingkan dengan toko-toko yang menjual perlengkapan serupa. Aku parkir motorku di parkiran Toko Agung. Parkiran yang cukup luas di depan toko ini bahkan tidak cukup untuk menampung semua kendaraan pengunjung yang datang ingin berbelanja, sehingga kendaraan biasanya mengambil badan jalan untuk tempat parkir mereka. Maklum Toko Agung ini sangat terkenal sekali di kalangan pelajar, mahasiswa dan para pekerja karena harganya yang murah dan berkualitas.
"Ayuh masuk!" Kataku ke Indri
"Tungguin Lenny dulu Aya, kok dia belum sampai ya?" Kata Indri sambil matanya mencari Lenny
"Ituloh Lenny lagi parkir motornya!" Ujarku sambil menunjuk ke arah Lenny
"Oh iya, Lenny!" Indri melambaikan tangan ke Lenny
Lenny mengangkat tangan kemudian berjalan ke arah kami.
Kami kemudian masuk dan langsung menuju rak sebelah kanan depan kasir tempat tinta printer di jual.
"Ini aja Aya, tinta ini kan sesuai dengan Merk Printer kamu" kata Indri
"Oiya ambil itu aja Aya" Lenny juga mengiyakan.
"Oke deh, ambil itu aja kalau begitu!" Kataku sambil meraih tinta tersebut dan memasukkan ke keranjang belanja ku.
"Tinta Printer suda ada, sekarang kita cari kertasnya yuk" kataku.
"Ayuh, di pojok kiri sana tempat rak kertas Aya!" Tunjuk Indri.
"Ayo kita kesana!" Ajakku
Kami menuju ke rak kertas, ada banyak pilihan kertas di pajang, kami memilih salah satu yang menurut kami kualitas kertasnya lumayan bagus. Aku mengambil satu rim kertas dan memasukkan ke keranjang belanja.
"Keperluan ku sudah beres, sekarang giliran kamu Indri, kamu mau beli apa? Terus kamu Len, kamu mau beli apa?" Tanyaku ke Indri dan Lenny.
"Aku cuma mau beli buku bacaan Aya,! Kata Indri
"Kalau aku cuma mau beliin Mamaku kertas kue saja Aya, kayaknya kertas kue Mamaku sudah hampir habis" kata Lenny yang selalu memperhatikan keperluan katering Mamanya.
"Ayuh deh, kita cari kertas kue dulu, tempatnya tidak jauh dari sini kok!" Kata Indri
"Ayuh!" Sahutku berbarengan dengan Lenny
Kami kemudian menuju ke rak tempat kertas kue, bermacam-macam motif kertas kue tersedia disitu, Lenny memilih salah satu.
" Ini aja yah, cantik banget ini motifnya" Lenny memperhatikan kertas kue yang di pilihnya.
"Iya itu aja bagus!" Kataku dengan Indri berbarengan.
Lenny kemudian mengambil kertas kue itu kemudian menaruh di keranjang belanja nya.
"Sekarang giliran aku yah, kalian temenin aku cari buku yah!" Kata Indri kemudian
"Okelah, ayo kita ke rak buku!" Kataku.
Kami kemudian menuju rak buku bacaan yang memajang berbagai macam buku bacaan.
Tapi Indri tidak menemukan buku bacaan yang ingin dia beli, "Kayaknya bukunya gak ada di sini Aya, gimana dong? Padahal aku ingin sekali membaca buku itu!" Kata Indri kemudian.
"Kalau gak ada disini, gimana kalau kita cari di Gramedia? Kita kan tinggal nyebrang jalan saja ke Mall Ratu Indah, Gramedia kan ada di Lantai tiga tuh". Kataku kepada Indri
"Okey ayolah ke sebelah, kita bayar dulu belanja kita ini baru kesebelah yuk". Kata Lenny kemudian.
"Ayo lah kalau gitu, kita ke kasir!" Kataku menuju kasir
Setelah aku dan Lenny membayar belanjaan kami, kami kemudian menyeberang ke seberang jalan untuk menuju Mall Ratu Indah, kebetulan Mall ini berhadapan langsung dengan Toko Agung.
Memasuki Mall Ratu Indah, kami langsung menuju lift untuk naik ke lantai tiga, kebetulan Gramedia berada di lantai tiga Mall ini. Gramedia terbesar di Makassar memang yang ada di Mall ini, setelah menitipkan barang kami di tempat penitipan, kami masuk ke Gramedia.
Indri langsung menuju ke rak buku bacaan umum, rupanya dia mencari Novel bacaan, maklum lah Indri kan suka banget baca Novel.
"Itu Indri, Novel-novel dari GoodNovel itu ceritanya bagus-bagus loh!" Kataku sambil menunjuk sebuah rak.
"Ayo kita kesana!" Kata Indri kemudian menuju ke rak tersebut. Aku dan Lenny mengikuti dari belakang.
Indri kemudian memilih beberapa Novel yang ingin di belinya. Aku juga memilih satu Novel karya Penulis kesukaanku, demikian juga Indri memilih satu Novel.
Kami bertiga sama-sama hobi membaca Novel, sehingga kami tidak melewatkan kesempatan ini untuk membeli beberapa Novel favorit kami.
"Udah banyak ini Aya, kayaknya cukup ini buat stok bacaan ku selama sebulan!" Kata Indri setelan memilih tiga Novel.
"Okey, aku juga mau beli yang satu ini" kataku menunjukkan Novel pilihan ku.
"Bagus ini Aya, nanti kita tukaran baca yah!" Seru Indri begitu melihat Novel pilihan ku.
"Okey sipp deh kalau begitu" kataku sambil tersenyum.
"Tunggu yah, aku mau lihat-lihat dulu sebelah sana yah!" Lenny menunjuk pojok kanan yang di penuhi dengan Majalah-majalah remaja. "Ayo lah kita kesana!" Kata aku dan Indri barengan.
Setelah puas cuci mata di Gramedia yang di penuhi koleksi Buku-buku dan Majalah, kami kemudian ke kasir untuk membayar buku-buku belanjaan kami. Setelah itu kami memutuskan untuk makan dulu sebelum pulang.
"Kita cari makan dulu yuk!" Ajakku kepada Indri dan Lenny.
"Ayolah, kita juga lapar nih" Indri dan Lenny kompak menjawab.
Akhirnya kita masuk ke Stand Makanan yang memang banyak tersedia di Mall Ratu Indah. Setelah mengisi perut, kami langsung kembali ke menyeberang jalan ke Toko Agung untuk mengambil motor kemudian bergegas menuju pulang.
Setelah mengantar Indri terlebih dahulu di kosannya, aku dan Lenny kemudian pulang ke rumah kami masing-masing.
Bab 9 Sejak Kakak Bermata Dingin bermalam minggu bersamaku saat syukuran ulang tahun Indri di Pantai Losari Lego-lego, setiap malam Minggu pasti aku akan menjemput Kakak Bermata Dingin di Kampus kemudian kami akan jalan untuk bermalam minggu berdua. Entah kami hanya sekedar nongkrong di Pantai Losari, atau hanya sekedar keluar makan kemudian pulang. Aku merasakan Kakak Bermata Dingin mulai menaruh perhatian kepada ku. Tentu saja aku bahagia dengan keadaan ini, tapi juga aku masih di liputi keraguan, bukanlah Kak Adit pernah mengatakan kalau dia sudah punya pacar? Lantas hubungan dengan aku, apa dong? Apakah hubungan kami bisa dikatakan pacaran? Sementara dia belum pernah mengatakan menyukai ku? "Halo, Kak Adit lagi dimana?" Aku menelepon Kak Adit. "Aku ada di Kampus,Aya. Kamu sendiri dimana?" Balik tanya Kak Adit. "Aku di kosan Indri ini Kak, Kakak kalau ada waktu kosong, Kakak kemari yah?" Sahutku kemudia
Hari ini aku bersemangat sekali mau ke kampus karena ada kuliah praktek sebentar, automatis akan bertemu dengan Kakak Bermata Dingin lagi di Laboratorium Sebelum berangkat aku mematut diriku di depan cermin dan memperhatikan perutku yang masih datar dan kemudian aku pamitan ke Mama "Ma, Aya berangkat dulu Mah!" Kataku sambil mencium tangan Mama. "Okey sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Mama sambil mencium pipiku. Aku mengangguk dan tersenyum kemudian ke Papa dan mencium tangannya juga " Aya berangkat dulu Pa!" "Oke sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Papa sambil mengelus rambutku. "Okey Assalamualaikum!" Jawabku sambil menuju keluar untuk mengambil motor dan langsung gas menuju ke kampus. Sesampai di kampus, aku langsung berjalan menuju ke lantai tiga tempat ruangan Lab Komputer. Sampai di atas ternyata ruangan Lab K
Ayo dong Lenny, jangan menangis, mari fikirkan bersama masalah mu ini!" Ujarku mencoba menghibur Lenny. "Gimana aku nggak sedih Aya, sudah 3 tahun aku gak bertemu Papaku, dan sekarang beliau sakit keras, apakah aku tega sebagai anak untuk tidak pergi menengoknya?" Kata Lenny lirih. "Kamu pergi aja nengok Papamu Len, kalau kamu gak pergi nanti kamu juga akan kepikiran, gimana dong?" Indri memberikan solusi. "Iya Len, kamu berangkat aja, gimana kalau kamu berangkat dengan aku? Aku kepengen lihat kampung, soalnya kampungku jauh sihh!" Aku tiba-tiba saja pengen ke kampung nya Lenny. "Beneran Aya kamu mau ke kampung aku?" Tanya Lenny gak percaya. "Iya bener Len, aku pengen ke kampung kamu, bentar kita izin dulu di kampus kalau kita mau izin 2 hari, gimana?" "Okeylah Aya, kalau aku mah seneng aja kalau kamu ikut, aku ada temen di perjalanan" sahut Lenny dengan gembira. "Iya Len, Insya Allah, semoga Mama dan Papaku juga mengizin
Oke baiklah, kamu siapkan semua yang mau kamu bawa, entar Papa panggil kalau Papa sudah mau berangkat, ok!" "Oke Pah, Aya siap-siap dulu yah!" Kataku sambil berlari ke kamar ku, dan memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam tas ransel yang akan aku bawa. Tiba-tiba Handphone ku berdering, aku lihat ada panggilan masuk dari Lenny "Halo Aya, gimana? Jadi nggak kamu?" Kata Lenny di telfon "Iya Len, jadilah. Papa dan Mama sudah ngizinin kok, ntar aku ke rumahmu sama Papa yah!" Kataku ke Lenny. "Oh syukurlah Aya, aku tunggu yah!" Kata Lenny kemudian. "Okey Len, sipp!" Kataku sambil menutup telfon. Akhirnya aku sudah siap berangkat, aku menuju ke teras untuk menunggu Papa yang lagi berpakaian mau ke kantor nya. Tidak lama kemudian Papa muncul "Ayo kita berangkat!" "Ayoh Pah, Mah Aya berangkat dulu yah!" Kataku sambil mencium tangan Mama. "Okey sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Mama sa
Aku memperhatikan keluar jendela mobil, ternyata kita melewati Kota Maros dan sedang memasuki Kota Pangkep atau Pangkajene Kepulauan. Jalur yang di tempuh berkelok-kelok melewati hutan dan bukit serta berhawa sejuk. Nampak bukit-bukit Karts atau bukit-bukit kapur menjulang tinggi di antara kendaraan yang melintas. Bukit-bukit kapur inilah yang di manfaatkan oleh Pabrik Tonasa untuk membuat semen di Pangkep ini. Setelah mendekati Soppeng, jalur sudah tidak berliku-liku lagi, jalur sudah mulai rata dengan latar gunung dan sawah dimana-mana. Maklumlah Bone dan Soppeng merupakan enam besar lumbung padi terbesar di Sulawesi Selatan sehingga sawah terlihat jelas di manapun. Aku melihat Lenny sudah tertidur di samping ku. Rupanya jalan yang lurus dan sudah mulus memasuki Kota Soppeng membuat dia terbuai di alam mimpi. Aku teringat kalau di Soppeng ini mempunyai tempat wisata menarik seperti Permandian Air Dingin Ompo dan Permandian Air Panas Lejja, dan t
Acin menemani kami menuju Taman Kalong yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Lenny. Acin berjalan sambil menjelaskan kepada kami, bahwa di Kalong-kalong itu akan datang setelah Matahari terbenam dan akan pergi lagi pada keesokan harinya pada saat Azan Subuh mulai berkumandang. "Ohya Kak, disini ada mitos yang salah bahwa bila ada pendatang yang melintas di bawah pohon asam yang di tinggali Kalong kemudian tiba-tiba terkena kotoran Kalong, maka di yakini akan mendapatkan jodoh orang Soppeng!" Begitu katanya mitosnya Kak. Kata Acin sambil tertawa menatap ku. "Ah yang bener aja kamu Cin, emang beneran tuh mitosnya benar-benar terbukti?" Aku juga tertawa tapi masih kurang percaya dengan mitos tersebut. "Namanya juga mitos Kak, kadang bener kadang nggak" kata Acin kemudian. "Oh kirain beneran deh Acin. Ini kita udah sampai di Taman Kalong, Boleh kamu fotoin Kakak dulu disini yah?" Kataku sambil menyodorka HP ku ke Acin.
Jam 10:00 pagi, Acin sudah datang dari tempat kerjanya. Dia langsung mendatangi dan menyapaku "Pagi Kak Ayaa, lagi bikin apa?" Tanya Acin kepada ku. "Duduk-duduk aja ini Cin, sambil minum teh." Jawabku. "Ohya Kak Aya, gimana kalau aku temenin Kak Aya ke Permandian Air Panas Lejja? Sekalian buat bahan cerita Kakak kalau sudah balik kalau Kakak pernah juga ke Permandian Lejja!" Kata Acin memberiku usul. "Yang bener kamu Cin? Aku sih mau banget lihat kesana Cin!" Kataku berharap bisa ke Permandian Air Panas itu. "Kalau Kakak mau kesana aku siap ngantar kok, tapi tunggu setengah jam aku mandi dulu yah!" Kata Acin lagi. "Okey Cin, aku tunggu yah!" Seruku kepada Acin yang langsung bergegas untuk mandi. Aku mencari Lenny di kamar Papanya dan mengutamakan niatku untuk pergi ke Permandian Air Panas Lejja. "Lenny, boleh nggak aku ke Permandian Air Panas Lejja? Acin barusan bilang dia mau nganterin kalau aku mau kesana!" Kataku kep
Setelah membayar Karcis, kami kemudian masuk dan menuju ke tempat permandian nya. Acin menunjuk sebuah Kolam yang uap nya menggepul- gepul menandakan suhunya yang lumayan panas "Uap Air yang lumayan panas ."Kolam yang itu Kak, saking panasnya kolam tersebut bahkan bisa di gunakan untuk merebus telur karena suhunya yang 60 derajat Celcius!" Kata Acin menunjuk sebuah kolam. "Ah nggak usah kesitu Cin, panas banget. Kita ke kolam yang panasnya sedang aja," Ajakku ke Acin. "Ayuh yang disana Kak, disana bisa berendam bahkan berenang!" Kata Acin dan kami pun menuju kesana. Aku benar-benar ingin menikmati hangatnya uap air panas Lejja yang tersohor ini. Aku pun ke kamar ganti pakaian setelah itu turun ke kolam yang bersuhu tidak terlalu panas tersebut. Byurrr.. Aku menceburkan diriku di Kolam air hangat tersebut, hawa belerang menerpa hidungku, konon karena air yang mempunyai kandungan belerang inilah yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit k
"Ayahmu ingin mengajak kita berlibur ke Bali." Ucap ibuku saat aku baru sampai ke rumah."Oh ya, asik dong, dalam rangka apa ayah akan ke Bali, Bu?" Aku menghempaskan pantatku di kursi teras."Biasalah, ayahmu kan senang pesiar apalagi di masa pensiun begini dia sudah lama ingin merencanakan pergi ke Bali cuma baru kesampaian sekarang." Ibuku dengan bersemangat menjelaskan kepadaku."Tapi sekarang kan lagi musim pandemi kan, apakah ibu tidak takut kita akan terkena virus Corona atau virus omicron selama di Bali?" Aku antara senang dan ragu dengan rencana mereka."Makanya itu kita harus protokol kesehatan, sayang." ucap ayahku yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah dan langsung duduk di kursi sebelahku. "Maksud aku, kita kan ke Bali dalam rangka liburan pasti kita akan ke pantai Kuta di mana disitu banyak turis lokal dan asing. Apakah ayah tidak takut bila di sana kita akan terkena virus yang selama ini lagi melanda negeri kita?" Aku
Tatapan matanya sangat dingin. Dia menatap tanpa berkedip kepadaku. Aku mencoba memperhatikan wajahnya. Dia sangat tampan, mempesona dan berkharisma menurut ku. Sayang sekali, tatapan matanya sangat dingin seakan akan ingin menelanjangi seluruh tubuhku,. Aku mencoba berdehem. "Hemm.. hemmm.." Dia cuma mengernyitkan sedikit alisnya, tanpa ekspresi. Kalimat yang sudah kususun kurangkai dan ingin kuucapkan seakan terbang entah kemana. Aku tertunduk lesu dan dengan lemah berkata, " Mas, aku ingin menyampaikan sesuatu". Ujarku terbata- bata nyaris tak terdengar. Dia kembali mengernyitkan alisnya sambil bergumam :" hmm". "Mas , aku tidak enak badan belakangan ini,. " " Hm ya? ". Ah , ingin rasanya aku membawa kedua kakiku berlalu dan pergi saat itu juga. Aku harus mengatakan nya. Walaupun saat kejadian malam itu aku tahu bahwa pria didepanku ini tidak menyadari apa yang sudah dia lakukan, karena pengaruh minuman yang kami tenguk malam itu, hingga kami hampir dan
"Assalamualaikum, Mamaa..!" Aku mengetuk pintu sembari memanggil Mama sesampainya di rumah. "Waalaikum salam, Sayang" Seru Mama dan pintu terbuka. "Alhamdulillah, kamu sudah pulang, Nak. Ayo masuk." Kata Mama dan menarik tanganku masuk. "Kamu langsung istirahat saja, yah. Tadi Indri nelfon Mama katanya kamu sakit perut di bus." Kata Mama sembari mengantarku ke kamar. "Iya, Ma. Perut Aya kok perih banget tadi, Ma." Kataku "Mungkin kamu kecapean, Nak. Istirahat saja, yah" kata Mama sembari mengecup keningku. "Baik, Ma.!" Kataku dan langsung merebahkan tubuh di kasur. "Okey, selamat malam, sayang." Kata Mama kemudian berjalan ke luar kamar dan menutup pintu kamarku. Aku merebahkan tubuh dan mencoba menghubungi Kak Adit sekali lagi "Nomor telepon yang anda hubungi sedang sibuk." Dengan kesal kumatikan handphoneku. "Kenapa dia gak bisa di hubungi, yah?" Ujarku dan semakin kesal sampai aku
Bapak harap kita cuma dua jam disana yah, setelah itu kita kembali ke Makassar. Okey, sekarang silahkan menikmati destinasi Studi Tour terakhir kita ini. "Betapa kilo perjalanan ini, Pak?" Tanya Indriani kepada Pak Dosen. "Sekitar empat kilo meter dari Kota Makale, yah. Lima belas menit lagi kita sudah sampai kok" kata Pak Dosen dan benar saja, tidak lama kemudian Mobil bus kami telah parkir di dalam Kawasan Wisata Bukit Burake. "Kita sudah sangat yah, anak-anak. Bapak ingatkan sekali lagi, jam 12:00 kalian sudah berada semua di atas bus,ok!" Seru Pak Dosen dari pengeras suara "Okey Pakk..!" Jawab kami serentak dan berlarian turun dari bus kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju Puncak Bukit Burake Toraja "Kalau malam kedinginan kalau siang kepanasan dong!" Kata Indri membuat kami tertawa. "Iya, semalam dingin banget, minta ampun dinginnya." Ujarku "Maka itu kita bera
Jam 5:00 subuh aku terbangun karena hawa dinginnya udara pegunungan Lolai yang mempunyai ketinggian 1300 mdpl ini. Aku bergegas memakai jaketku dan membangunkan Lenny dan Indri. "Len, Indri. Bangun yuk.!" Kataku sembari menggoyangkan tubuh Lenny dan Indri. "Hmm. Udah jam berapa, Ya?" Bisik Lenny yang masih mengantuk. "Sudah jam lima. Bangun dong, kita lihat sunrise yuk!" Anakku lagi "Oh iyaa.. aku mau lihat sunrise!" Seru Lenny dan bergegas bangun. "Indri.. ayo bangun. Kita lihat sunrise, yuk" Lenny membangun kan Indri yang masih meringkuk di selimutnya. "Yaaaa, tungguin..!" Seru Indri dan kemudahan bangun duduk "Ayuh, cepetan!" Kataku dan kami bergegas keluar tenda Ternyata di luar sudah banyak yang berdiri menunggu terbitnya Matahari Pagi. Momen ini banyak di tunggu oleh para pendaki karena hamparan awan seakan terhampar di depan kami seakan kita berada di kayangan. Bapak Dosen dan te
Pak Guide melanjutkan ceritanya lagi "Lubang makam ini disesuaikan dengan arah rumah keluarganya. Biasanya bayi yang di kubur dalam lubang yang mengarah ke rumahnya, lalu di tutupi dengan ijuk agar oksigen bisa tetap masuk." Pak Guide melanjutkan lagi "Sayangnya, ketika sang bayi meninggal, Ibu Kandung mereka tidak dibiarkan melihat hingga jangka waktu kurang lebih setahun, bahkan ketika bayi itu di makamkan." "Kenapa begitu, Pak?" Tanyaku kepada Pak Guide. "Karena menurut kepercayaan masyarakat Toraja masa lalu, melihat bayi yang meninggal dianggap tidak pantas dan akan mengurangi kemungkinan sang Ibu mendapatkan Bayi sehat lagi di masa mendatang." "Strata sosial juga menentukan dalam prosesi pemakaman ini, sehingga letak makam tidak boleh sembarang. Yaitu yang mempunyai Strata Sosial lebih tinggi letak makamnya harus lebih tinggi, dan arahnya ke rumah yang berkabung itu di maksudkan untuk menghargai keluarga yang berkab
Gimana anak-anak setelah mengunjungi Londa? Kita lanjut ke destinasi ketiga atau kita makan dulu?" Tanya Pak Dosen begitu kami semuanya sudah berada di bus. "Makaaann duluu, Pakkk..!" Teriak kami serentak. "Okey.. oke.. baiklah kita makan dulu yah. Setelah makan kita akan lanjut ke destinasi ketiga yaitu Makam Bayi di Batang Pohon, kemudian kita akan kembali ke Makale untuk berkemah di Negeri di Atas Awan sambil besoknya sebelum pulang kita ke Patung Yesus tertinggi di dunia itu. Okey anak-anak?" Seru Pak Dosen dengan bersemangat. "Okey Pak!" Jawab kami dengan tidak kalah semangat. Mobil bus kami kemudian berbelok ke sebuah rumah makan dan kamipun turun untuk mengisi lambung tengah yang mulai bernyanyi minta di isi. Setengah jam kemudian bus sudah meluncur ke Pemakaman Bayi Kambira atau Objek Wisata Baby Grave Kambira di Tongko Sarapung, Sangalla. Tana Toraja. Setibanya di lokasi kami harus berjalan kaki menu
Sebentar lagi kita akan tiba di lokasi Gua Lemo, dan silahkan kalian melihat-lihat dan mengambil foto kemudian kita akan bergeser ke Gua Londa yah. Disini kita punya waktu satu jam saja, jadi tidak usah ke tempat yang terlalu jauh dari sini, cukup di sekitaran sini saja kalian mengamati, ok!" "Oke Pak!" Sahut kami dan segera bergegas turun dari bus dan segera berjalan ke lokasi Gua Lemo yang masih berjarak satu kilometer dari tempat parkir bus kami Setelah mengamati dan membuat catatan kecil tentang Gua Lemo tersebut, satu jam kemudian kami pun kembali ke bus dan melanjutkan Studi Tour ke Gua Londa "Sekarang kita akan menuju Makam terdapat di Gua Londa yah. Jaraknya itu sekitar dua puluh menit dari sini yah. "Iya, Pak!" Seru kami serentak. Selang dua puluh menit kemudian kami di sambut dengan Gapura Gua Londa yang berlukiskan ornamen khas Toraja. Setiap pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk seharga Rp.10k/orang. Terdapat juga
Pukul 9:00 malam kami memasuki Kecamatan Enrekang yang terkenal dengan buah salak nya. Deretan salak di jajakan di seputar jalan yang kami lalui. Salak nya segar dan dijual per tandan tertutupi dengan daunnya yang di anyam melingkar. Rasanya pengen beli tapi laju Bus yang gaspol mengurungkan niatku untuk membeli nya. Sekitar satu jam kemudian kami memasuki Kota Makale yang merupakan Ibukota dari Tana Toraja. Tampak kerlap kerlip lampu Patung Yesus memberkati Tana Toraja yang kata orang merupakan patung Yesus tertinggi di dunia itu. Aku mengabadikan dengan kamera ponselku, kerlap kerlip lampu tersebut yang ternyata sangat memukau terlihat di malam hari. "Dimana sekarang, Aya? Kita sudah sampai yah?" Indri terbangun dan mengucek matanya Mobil melaju terus melewati Kota Makale menuju Rantepao tujuan destinasi pertama yaitu "Indri, Lenny, ayo bangun, kita sudah sampai ini!" Aku menggoyang-goyangkan badan Indri dan