Sore ini aku sudah merasa agak sehat dan memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke sebuah Mall terbesar di kota ku. Aku memutuskan untuk pergi sendiri dan tidak mengajak teman-teman Genk ku. Aku sudah memberi tahu mereka bahwa aku kurang sehat dan kepengen istirahat dulu untuk sementara waktu, dan My Genk tidak banyak bertanya lagi setelah aku menjelaskan pengen istirahat saja.
Padahal sebenarnya aku ingin menyendiri untuk sementara waktu. Sejak peristiwa kelabu malam itu, rasanya aku ingin menyembunyikan diri ku sejauh mungkin dari keramaian.
Tapi sekarang aku mencoba menguatkan diriku dan ingin mencoba berjalan-jalan di sebuah Mall yang ramai dan penuh dengan pengunjung. Aku tidak ingin larut berlama-lama dalam kesedihan dan keputusasaan seperti yang ku alami sekarang.
Setelah sampai di halaman Mall, aku mencari tempat parkir untuk motorku kemudian berjalan memasuki Mall tersebut. Sebenarnya aku tidak berniat untuk membeli apapun. Aku hanya
Maaa.. El main yang itu yah!" El menunjuk sebuah permainan balapan mobil. "El, ini ada Tante Aya. Ayo kesini dulu!" El kemudian berlari mendekat setelah dia melihatku. "Tantee Ayaaa..! El kangeenn..!" Seru El kemudian berlari ke pelukanku. "El, sayangg..! Tante Aya juga rindu sayang!" Kepeluk dan kucium keponakanku dengan rasa rindu. "Papa El, mana Tante?" El menanyakan Papanya sambil menatap ku. "Papa El, kerja nak! El mau ketemu Papa?" Aku tersenyum melihat El menganggukkan kepalanya. "Iyaa, El mau ketemu Papa.!" Sahut El dengan riang. "Kalau begitu ayo ikut Tante Aya, kita ketemu Papa yuk!" Ajakku kepada El yang langsung menatap ke Mamanya minta persetujuan Kakak Iparku. "Nanti saja kita ketemu Papa, yah Nak! Papa sekarang sibuk kerja, sayang!" Rupanya Kakak Iparku masih tidak mau menemui Kakakku. Aku menarik nafas dalam-dalam sembari mencium El dan berkata "El main lagi sana. Tante Aya tungguin El disini yah
"Endi masih di kantor. Tumben Mama nelfon?" Kakakku Endi malah balas bertanya kepada Mama. "Gini loh, tadi Aya cerita ketemu sama Dian di Mall." Mama mulai menceritakan pertemuan ku dengan Kak Dian kepada Kak Endi. "Terus gimana, Ma?" "Gini loh, Endii.! Mama mau, kamu pergi cari si Dian itu terus ambilkan Cucu Mama,!" Kata Mamaku dengan nada tinggi. "Tapi sekarang Dian dimana, Ma? Aku tidak tahu tempat tinggalnya!" Sahut Kakakku Endi dari seberang telfon. "Coba kamu ke tempat kos nya yang dulu. Siapa tahu teman-temannya disitu ada yang tahu dimana sekarang Dian tinggal!" Kelihatan sekali Mama sangat rindu ingin bertemu Cucu nya. "Okey, baiklah. Sepulang kerja ini aku akan mengecek ke kosnya yang dulu, Ma!" Sahut Kakakku cepat. "Okey kalau begitu, Nak. Pokoknya kamu harus cari Cucu Mama sampai ketemu!" Seru Mama kepada Kakakku. "Okey, Ma. Doakan Endi ketemu dengan mereka yah. Sekarang Endi kerja
Kak Endi memberi salam lagi dengan suara agak di keraskan. "Assalamualaikuuum..!" Tetap saja tidak ada balasan dari dalam kamar. "Cari siapa Kak?" Tiba-tiba ada yang menegur Kak Endi dari belakang. "Oh ini, Mbak. Aku cari penghuni kamar ini, Mbak!" Aku memutar badanku dan menjawab pertanyaan Mbak yang tiba-tiba muncul di belakang ku. "Kebetulan yang tinggal di kamar ini sementara keluar, Kak. Mungkin sebentar malam baru balik!" Ujar Mbak itu. "Kalau boleh tahu yang tinggal di sini namanya siapa, Mbak?" Aku ingin memastikan semoga Dian yang tinggal di kamar ini. "Yang tinggal di kamar ini namanya Yulia, Kak. Dia kebetulan lagi kuliah sore sampai malam.!" Mbak itu menjelaskan ternyata bukan Dian yang tinggal di kamar ini. "Oh kalau begitu saya salah alamat, Mbak. Makasih banyak infonya ya, Mbak!" Ucapku sambil mengatupkan kedua tanganku tanda mengucapkan terima kasih. "Oiya, terima kasih kembali, Kak!" Ucap Mbak itu
"Hari ini Aya sudah mau masuk kuliah lagi, Pa" kataku ke Papa kemudian duduk di samping Mama. "Kamu sudah sehat kan, Aya? Kalau belum sehat jangan di paksa dulu, Nak." Ujar Mama sembari menuangkan teh panas untukku. "Alhamdulillaah, Aya sudah sehat, Ma!" Ujarku kepada Mama, padahal di dalam hati aku berkata "Tapi hatiku masih sakit, Ma!" "Syukurlah kalau begitu, sayang. Karena kamu juga sudah seminggu istirahat kan, pasti pasti mata kuliah mu yang ketinggalan, Nak" "Iya, bener, Ma. Aya harus kerja keras ini kejar ketinggalan, Aya." Kataku sambil memasukkan suapan terakhir ke mulutku. "Kalau begitu Aya berangkat dulu, Ma, Pa. Assalamualaikum!" Ujarku sembari bangkit dan mencium tangan Papa dan Mama ku. "Waalaikum salam. Hati-hati di jalan yah, Nak!" Seru Papa dan Mama berbarengan. "Oke deh, Assalamualaikum!" Ucapku mengucap salam lagi kemudian berjalan ke luar menuju ke sepeda motor ku. Aku men
"Siapa yang di atas kursi itu?? Ayo duduk duluu!" Teriak Pak Dosen memarahinya. "Tenang dulu yah, tenang! Bapak tidak lanjutkan kalau kalian belum tenang!" Seru Pak Dosen mulai kesal dengan tingkah teman-teman ku yang sebagian masih membawa sifat sablengnya seperti saat masih SMA dulu. Akhirnya Bapak Dosen kembali duduk di kursinya dan menunggu setelah semua mulai tenang barulah dia melanjutkan "Dengarkan dulu anak-anak yah. Bapak akan melakukan perjalanan Studi Banding ini, bukan untuk jalan-jalan dan bersenang-senang tetapi Studi Banding ini merupakan salah satu tugas kuliah kalian untuk membuat laporan perjalanan selama kalian berada di Tana Toraja. Jadi kita akan mengunjungi beberapa objek wisata dan kalian di tugaskan untuk membuat sebuah karya ilmiah tentang hasil pengamatan kalian selama di sana. Jadi tugas ini kalian kerjakan secara berkelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6 orang. Dan, Bapak memberi kalian kesempatan se
Oya Indri, kita bagi tugas saja sekarang, siapa yang membawa peralatan tenda, siapa yang membawa peralatan masak, siapa yang membawa tikar, dan siapa yang membawa peralatan makan, gimana?" Lenny mengajukan usulnya dan kami semua mengiyakan. "Okey kalau begitu yah, masukkan dari kalian saja siapa yang mau membawa tenda?" Tanya Indri kepada kami. Dan akhirnya kami pun berbagi tugas untuk mempersiapkan semua perlengkapan yang akan kami bawa Studi Tour nanti. Akhirnya hari keberangkatan Studi Tour telah tiba. Persiapan berangkat pun semuanya telah kami siapkan. "Halo, Aya. Jam dua harus sudah stand by di kampus ya, jangan sampai lupa membawa semua perlengkapan, oke!" Kata Indri di ujung telfon mengingatkan jam keberangkatan kami. "Okey bosku. Semua sudah disiapkan kok!" Seruku kepada Indri. "Okey kalau begitu, Aya sayang. Aku telfon teman-teman yang lain dulu yah" kata Indri kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Akupun menyimpa
Pukul 9:00 malam kami memasuki Kecamatan Enrekang yang terkenal dengan buah salak nya. Deretan salak di jajakan di seputar jalan yang kami lalui. Salak nya segar dan dijual per tandan tertutupi dengan daunnya yang di anyam melingkar. Rasanya pengen beli tapi laju Bus yang gaspol mengurungkan niatku untuk membeli nya. Sekitar satu jam kemudian kami memasuki Kota Makale yang merupakan Ibukota dari Tana Toraja. Tampak kerlap kerlip lampu Patung Yesus memberkati Tana Toraja yang kata orang merupakan patung Yesus tertinggi di dunia itu. Aku mengabadikan dengan kamera ponselku, kerlap kerlip lampu tersebut yang ternyata sangat memukau terlihat di malam hari. "Dimana sekarang, Aya? Kita sudah sampai yah?" Indri terbangun dan mengucek matanya Mobil melaju terus melewati Kota Makale menuju Rantepao tujuan destinasi pertama yaitu "Indri, Lenny, ayo bangun, kita sudah sampai ini!" Aku menggoyang-goyangkan badan Indri dan
Sebentar lagi kita akan tiba di lokasi Gua Lemo, dan silahkan kalian melihat-lihat dan mengambil foto kemudian kita akan bergeser ke Gua Londa yah. Disini kita punya waktu satu jam saja, jadi tidak usah ke tempat yang terlalu jauh dari sini, cukup di sekitaran sini saja kalian mengamati, ok!" "Oke Pak!" Sahut kami dan segera bergegas turun dari bus dan segera berjalan ke lokasi Gua Lemo yang masih berjarak satu kilometer dari tempat parkir bus kami Setelah mengamati dan membuat catatan kecil tentang Gua Lemo tersebut, satu jam kemudian kami pun kembali ke bus dan melanjutkan Studi Tour ke Gua Londa "Sekarang kita akan menuju Makam terdapat di Gua Londa yah. Jaraknya itu sekitar dua puluh menit dari sini yah. "Iya, Pak!" Seru kami serentak. Selang dua puluh menit kemudian kami di sambut dengan Gapura Gua Londa yang berlukiskan ornamen khas Toraja. Setiap pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk seharga Rp.10k/orang. Terdapat juga
"Ayahmu ingin mengajak kita berlibur ke Bali." Ucap ibuku saat aku baru sampai ke rumah."Oh ya, asik dong, dalam rangka apa ayah akan ke Bali, Bu?" Aku menghempaskan pantatku di kursi teras."Biasalah, ayahmu kan senang pesiar apalagi di masa pensiun begini dia sudah lama ingin merencanakan pergi ke Bali cuma baru kesampaian sekarang." Ibuku dengan bersemangat menjelaskan kepadaku."Tapi sekarang kan lagi musim pandemi kan, apakah ibu tidak takut kita akan terkena virus Corona atau virus omicron selama di Bali?" Aku antara senang dan ragu dengan rencana mereka."Makanya itu kita harus protokol kesehatan, sayang." ucap ayahku yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah dan langsung duduk di kursi sebelahku. "Maksud aku, kita kan ke Bali dalam rangka liburan pasti kita akan ke pantai Kuta di mana disitu banyak turis lokal dan asing. Apakah ayah tidak takut bila di sana kita akan terkena virus yang selama ini lagi melanda negeri kita?" Aku
Tatapan matanya sangat dingin. Dia menatap tanpa berkedip kepadaku. Aku mencoba memperhatikan wajahnya. Dia sangat tampan, mempesona dan berkharisma menurut ku. Sayang sekali, tatapan matanya sangat dingin seakan akan ingin menelanjangi seluruh tubuhku,. Aku mencoba berdehem. "Hemm.. hemmm.." Dia cuma mengernyitkan sedikit alisnya, tanpa ekspresi. Kalimat yang sudah kususun kurangkai dan ingin kuucapkan seakan terbang entah kemana. Aku tertunduk lesu dan dengan lemah berkata, " Mas, aku ingin menyampaikan sesuatu". Ujarku terbata- bata nyaris tak terdengar. Dia kembali mengernyitkan alisnya sambil bergumam :" hmm". "Mas , aku tidak enak badan belakangan ini,. " " Hm ya? ". Ah , ingin rasanya aku membawa kedua kakiku berlalu dan pergi saat itu juga. Aku harus mengatakan nya. Walaupun saat kejadian malam itu aku tahu bahwa pria didepanku ini tidak menyadari apa yang sudah dia lakukan, karena pengaruh minuman yang kami tenguk malam itu, hingga kami hampir dan
"Assalamualaikum, Mamaa..!" Aku mengetuk pintu sembari memanggil Mama sesampainya di rumah. "Waalaikum salam, Sayang" Seru Mama dan pintu terbuka. "Alhamdulillah, kamu sudah pulang, Nak. Ayo masuk." Kata Mama dan menarik tanganku masuk. "Kamu langsung istirahat saja, yah. Tadi Indri nelfon Mama katanya kamu sakit perut di bus." Kata Mama sembari mengantarku ke kamar. "Iya, Ma. Perut Aya kok perih banget tadi, Ma." Kataku "Mungkin kamu kecapean, Nak. Istirahat saja, yah" kata Mama sembari mengecup keningku. "Baik, Ma.!" Kataku dan langsung merebahkan tubuh di kasur. "Okey, selamat malam, sayang." Kata Mama kemudian berjalan ke luar kamar dan menutup pintu kamarku. Aku merebahkan tubuh dan mencoba menghubungi Kak Adit sekali lagi "Nomor telepon yang anda hubungi sedang sibuk." Dengan kesal kumatikan handphoneku. "Kenapa dia gak bisa di hubungi, yah?" Ujarku dan semakin kesal sampai aku
Bapak harap kita cuma dua jam disana yah, setelah itu kita kembali ke Makassar. Okey, sekarang silahkan menikmati destinasi Studi Tour terakhir kita ini. "Betapa kilo perjalanan ini, Pak?" Tanya Indriani kepada Pak Dosen. "Sekitar empat kilo meter dari Kota Makale, yah. Lima belas menit lagi kita sudah sampai kok" kata Pak Dosen dan benar saja, tidak lama kemudian Mobil bus kami telah parkir di dalam Kawasan Wisata Bukit Burake. "Kita sudah sangat yah, anak-anak. Bapak ingatkan sekali lagi, jam 12:00 kalian sudah berada semua di atas bus,ok!" Seru Pak Dosen dari pengeras suara "Okey Pakk..!" Jawab kami serentak dan berlarian turun dari bus kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju Puncak Bukit Burake Toraja "Kalau malam kedinginan kalau siang kepanasan dong!" Kata Indri membuat kami tertawa. "Iya, semalam dingin banget, minta ampun dinginnya." Ujarku "Maka itu kita bera
Jam 5:00 subuh aku terbangun karena hawa dinginnya udara pegunungan Lolai yang mempunyai ketinggian 1300 mdpl ini. Aku bergegas memakai jaketku dan membangunkan Lenny dan Indri. "Len, Indri. Bangun yuk.!" Kataku sembari menggoyangkan tubuh Lenny dan Indri. "Hmm. Udah jam berapa, Ya?" Bisik Lenny yang masih mengantuk. "Sudah jam lima. Bangun dong, kita lihat sunrise yuk!" Anakku lagi "Oh iyaa.. aku mau lihat sunrise!" Seru Lenny dan bergegas bangun. "Indri.. ayo bangun. Kita lihat sunrise, yuk" Lenny membangun kan Indri yang masih meringkuk di selimutnya. "Yaaaa, tungguin..!" Seru Indri dan kemudahan bangun duduk "Ayuh, cepetan!" Kataku dan kami bergegas keluar tenda Ternyata di luar sudah banyak yang berdiri menunggu terbitnya Matahari Pagi. Momen ini banyak di tunggu oleh para pendaki karena hamparan awan seakan terhampar di depan kami seakan kita berada di kayangan. Bapak Dosen dan te
Pak Guide melanjutkan ceritanya lagi "Lubang makam ini disesuaikan dengan arah rumah keluarganya. Biasanya bayi yang di kubur dalam lubang yang mengarah ke rumahnya, lalu di tutupi dengan ijuk agar oksigen bisa tetap masuk." Pak Guide melanjutkan lagi "Sayangnya, ketika sang bayi meninggal, Ibu Kandung mereka tidak dibiarkan melihat hingga jangka waktu kurang lebih setahun, bahkan ketika bayi itu di makamkan." "Kenapa begitu, Pak?" Tanyaku kepada Pak Guide. "Karena menurut kepercayaan masyarakat Toraja masa lalu, melihat bayi yang meninggal dianggap tidak pantas dan akan mengurangi kemungkinan sang Ibu mendapatkan Bayi sehat lagi di masa mendatang." "Strata sosial juga menentukan dalam prosesi pemakaman ini, sehingga letak makam tidak boleh sembarang. Yaitu yang mempunyai Strata Sosial lebih tinggi letak makamnya harus lebih tinggi, dan arahnya ke rumah yang berkabung itu di maksudkan untuk menghargai keluarga yang berkab
Gimana anak-anak setelah mengunjungi Londa? Kita lanjut ke destinasi ketiga atau kita makan dulu?" Tanya Pak Dosen begitu kami semuanya sudah berada di bus. "Makaaann duluu, Pakkk..!" Teriak kami serentak. "Okey.. oke.. baiklah kita makan dulu yah. Setelah makan kita akan lanjut ke destinasi ketiga yaitu Makam Bayi di Batang Pohon, kemudian kita akan kembali ke Makale untuk berkemah di Negeri di Atas Awan sambil besoknya sebelum pulang kita ke Patung Yesus tertinggi di dunia itu. Okey anak-anak?" Seru Pak Dosen dengan bersemangat. "Okey Pak!" Jawab kami dengan tidak kalah semangat. Mobil bus kami kemudian berbelok ke sebuah rumah makan dan kamipun turun untuk mengisi lambung tengah yang mulai bernyanyi minta di isi. Setengah jam kemudian bus sudah meluncur ke Pemakaman Bayi Kambira atau Objek Wisata Baby Grave Kambira di Tongko Sarapung, Sangalla. Tana Toraja. Setibanya di lokasi kami harus berjalan kaki menu
Sebentar lagi kita akan tiba di lokasi Gua Lemo, dan silahkan kalian melihat-lihat dan mengambil foto kemudian kita akan bergeser ke Gua Londa yah. Disini kita punya waktu satu jam saja, jadi tidak usah ke tempat yang terlalu jauh dari sini, cukup di sekitaran sini saja kalian mengamati, ok!" "Oke Pak!" Sahut kami dan segera bergegas turun dari bus dan segera berjalan ke lokasi Gua Lemo yang masih berjarak satu kilometer dari tempat parkir bus kami Setelah mengamati dan membuat catatan kecil tentang Gua Lemo tersebut, satu jam kemudian kami pun kembali ke bus dan melanjutkan Studi Tour ke Gua Londa "Sekarang kita akan menuju Makam terdapat di Gua Londa yah. Jaraknya itu sekitar dua puluh menit dari sini yah. "Iya, Pak!" Seru kami serentak. Selang dua puluh menit kemudian kami di sambut dengan Gapura Gua Londa yang berlukiskan ornamen khas Toraja. Setiap pengunjung diwajibkan membeli tiket masuk seharga Rp.10k/orang. Terdapat juga
Pukul 9:00 malam kami memasuki Kecamatan Enrekang yang terkenal dengan buah salak nya. Deretan salak di jajakan di seputar jalan yang kami lalui. Salak nya segar dan dijual per tandan tertutupi dengan daunnya yang di anyam melingkar. Rasanya pengen beli tapi laju Bus yang gaspol mengurungkan niatku untuk membeli nya. Sekitar satu jam kemudian kami memasuki Kota Makale yang merupakan Ibukota dari Tana Toraja. Tampak kerlap kerlip lampu Patung Yesus memberkati Tana Toraja yang kata orang merupakan patung Yesus tertinggi di dunia itu. Aku mengabadikan dengan kamera ponselku, kerlap kerlip lampu tersebut yang ternyata sangat memukau terlihat di malam hari. "Dimana sekarang, Aya? Kita sudah sampai yah?" Indri terbangun dan mengucek matanya Mobil melaju terus melewati Kota Makale menuju Rantepao tujuan destinasi pertama yaitu "Indri, Lenny, ayo bangun, kita sudah sampai ini!" Aku menggoyang-goyangkan badan Indri dan