Share

Bab 9

Penulis: bianglalala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dinda dan Bima menghabiskan sisa hari itu di kediaman keluarga Iskandar. Seharian Dinda menemani Rasya dan Tasya bermain. Hingga saat makan malam usai, keduanya menangis karena Dinda berpamitan untuk kembali ke apartemen bersama Bima. Butuh waktu setengah jam lebih untuk menenangkan keduanya, dengan tambahan bermacam-macam janji manis dari Sarah dan Kartika.

“Lo bisa nyetir nggak, Din?” tanya Bima saat mereka sampai di carport. “Gue capek.”

“Maaf, Mas. Saya nggak pernah belajar nyetir.”

Bima menghela napas lelah dan mengisyaratkan Dinda untuk masuk ke mobil.

“Kapan-kapan gue ajarin lo nyetir,” kata Bima ketika mereka melaju di jalan raya. “Biar lo bisa nyupirin gue kalo pas capek kaya gini.”

“Iya, Mas.”

Mereka tiba di apartemen tak lama kemudian. Begitu keluar dari lift yang membawa mereka ke unit milik Bima, keduanya disambut beberapa pria yang entah sejak kapan ada di depan pintu.

“Akhirnya lo pulang juga, Bim. Kita udah jamuran nungguin elo dari tadi.”

Bima menepuk dahi. “Sori, gue lupa. Gue di rumah bokap dari siang. Gara-gara si kembar gue jadi lupa ngabarin kalian kalo gue belum pulang. Yuk, masuk.”

 Ketiga pria itu masuk mengikuti Bima. Dinda yang sejak tadi hanya diam juga ikut masuk, membuat pria yang ada di barisan paling belakang menoleh heran padanya.

“Bim, dia siapa?”

Semua berhenti dan menatap Dinda. Dua orang yang lain tampaknya baru menyadari keberadaan gadis itu. Salah seorang di antaranya bersiul pelan.

“Cewek lo baru lagi, Bim?” katanya.

Tatapan mereka menilai Dinda dari atas hingga ke bawah. Meski Dinda tidak terlihat seperti gadis-gadis di lingkaran pertemanan mereka, tetapi harus diakui kalau wajah dan penampilannya bisa diterima.

“Dia bukan pacar gue,” jawab Bima. Dengan malas ia memperkenalkan mereka. “Ini Dinda, ART nyokap gue. Nyokap nyuruh dia buat bantu-bantu di sini. Din, ini Daniel, Ryan, dan Kevin, temen-temen gue. Besok-besok kalo mereka dateng ke sini nggak usah dikasih masuk.”

“Sialan lo!” maki Ryan.

Dinda tersenyum dan mengangguk sopan kepada mereka bertiga.

Kevin kembali bersiul. “Kalian tinggal berdua di sini? Pantes sekarang lo betah di apartemen, taunya ada yang nemenin.”

Bima menghela napas. “Lo pada nggak usah mikir macem-macem.” Dia menggiring teman-temannya ke ruang tamu. “Din, siapin gelas sama camilan, ya.”

“Iya, Mas,” Dinda berlalu ke dapur.

“Dinda, lo mau pindah kerja di rumah gue, nggak?” teriak Daniel. “Gue juga mau dipanggil ‘mas’ juga kaya Bima,” imbuhnya yang membuatnya mendapat pukulan dari Bima.

“Dia itu punya nyokap gue,” kata Bima yang dibalas dengan cibiran oleh Daniel.

Beberapa menit berikutnya mereka telah larut dalam obrolan seru. Keempatnya adalah teman sejak SMA, tetapi mereka berpisah saat kuliah. Bima dan Daniel ada di New York, sedangkan Kevin dan Ryan kuliah di Inggris. Meski hanya bertemu beberapa kali dalam setahun, mereka tetap dekat. Kini mereka telah menyelesaikan kuliah dan kembali ke Indonesia. Kali ini adalah pertemuan pertama sejak kepulangan Bima.

“Sebagai perayaan kembalinya kita ke Tanah Air tercinta, gue bawa ini,” kata Kevin sambil memamerkan sebotol wine yang masih tersegel. “Spesial dari tahun lima puluhan, gue ambil dari koleksi bokap,” lanjutnya yang disambut sorakan tiga orang lainnya.

“Din, lo gabung sekalian sama kita. Ambil gelas satu lagi,” kata Daniel saat Dinda membawakan empat gelas kosong dan buah potong untuk mereka. Undangan Daniel langsung disetujui Kevin dan Ryan, yang menganggap kehadiran Dinda bisa menjadi penyegar pandangan.

Dinda menatap Bima meminta saran. Dia bingung. Tak enak untuk menolak, tetapi dia akan canggung jika mengiyakan. Hanya dari penampilan Dinda bisa membaca kalau mereka berasal dari kalangan atas. Jelas dia tak akan mengerti apa yang mereka bicarakan.

“Dia banyak kerjaan,” kata Bima akhirnya.

“Oh, come on! Let her live a little, Bim. Sekali-sekali minum nggak apa-apa. Lo nggak kasian sama dia kalo terus-terusan disuruh kerja?”

Bima mendesah menyerah, membiarkan Dinda bergabung dengan teman-temannya. Sebenarnya Bima ingin menolak, tetapi dia tahu teman-temannya tidak akan membiarkan gadis secantik Dinda lolos begitu saja.

Dinda meringis saat merasakan wine untuk pertama kalinya. Mungkin karena jenis dan kandungan alkoholnya tinggi, Dinda merasakan pahit setelah menelannya. Dengan rasanya, dia heran mengapa begitu banyak orang yang menyukai minuman itu. Masih mending minum jaesu kemana-mana, batinnya.

“Baru pernah minum wine?” Bima yang duduk di samping Dinda bertanya pelan. Mereka duduk di lantai mengelilingi meja. “Nggak suka?”

“Iya, Mas. Rasanya nggak enak. Kalo buat angetin badan mending minum jaesu aja.”

Ucapan Dinda membuat yang lain tertawa.

“Boleh kapan-kapan kita ngangetin badan bareng?” tanya Daniel.

“Kampret, lo!” sambar Bima yang jelas menangkap maksud tersembunyi temannya itu. 

“Maksudnya ngangetin badan sambil minum jaesu bareng, Bim.”

“Nggak, nggak boleh. Lo kalo mau ngajak Dinda ke mana-mana harus minta ijin sama nyokap gue dulu.”

“Yelah, cuma ke angkringan depan aja pake minta ijin nyokap lo segala.”

Dinda hanya tertawa kecil dan sesekali menanggapi pertanyaan yang tertuju padanya. Teman-teman Bima cukup menyenangkan. Bima pun banyak tertawa bersama mereka. Sungguh berbeda dengan Bima yang Dinda temui pertama kali.

Malam semakin larut. Meski awalnya tak suka, Dinda tak memungkiri kalau pikiran dan tubuhnya terasa lebih ringan setelah menghabisan gelas pertamanya. Semua hal yang dikatakan Bima dan teman-temannya menjadi dua kali lebih lucu di telinga Dinda.

Saat jarum jam menunjuk ke angka satu, barulah Ryan beranjak untuk pulang. Kedua temannya mengikuti, meninggalkan Dinda dan Bima berdua di sana.

“Temen-temen Mas Bima lucu, ya,” kata Dinda. “Mas Bima juga lucu. Padahal waktu pertama kali ketemu kirain Mas Bima orangnya galak.”

Bima yang pikirannya masih jernih karena punya toleransi tinggi terhadap alkohol menautkan kedua alisnya. Sejak tadi Dinda mengoceh tidak jelas, hingga Bima bisa menarik kesimpulan kalau gadis itu benar-benar mabuk.

“Lo mending tidur, Din,” sarannya.

Dinda menggeleng. Mulutnya merengut lucu. “Nggak mau.”

“Gue ngantuk. Lo sendirian ya?”

“Jangan tidur dulu, Mas. Sini aja.”

“Mau ngapain lagi di sini?”

“Nggak tau. Tapi di sini aja, ya?” rengek Dinda. Dalam keadaan sadar, dia tak akan berani bersikap manja seperti ini. Tetapi alkohol mampu membuat keberaniannya tumbuh berkali-kali lipat.

“Jarang-jarang Mas Bima ada di rumah. Saya bosen sendirian terus dari pagi sampe malam. Kalo di rumah Bu Tika rame, banyak orang. Beda sama di sini.”

Bibir Dinda yang cemberut membuatnya terlihat begitu menggemaskan. Bima takut dia tidak bisa menahan diri jika terus-terusan berdua dengan Dinda yang sedang mabuk.

“Din... lo mendingan...”

Cup!

Bima mematung setelah Dinda mengecup bibirnya. Hanya sebuah kecupan singkat, tetapi efeknya begitu besar pada diri Bima.

“Mas Bima bawel deh. Dibilang saya nggak mau tidur juga.”

Awalnya Bima berniat menahan sebesar apapun godaan untuk mencium bibir Dinda yang cemberut. Dia tidak pernah mengambil kesempatan dari wanita yang sedang mabuk. Tetapi setelah merasakan kecupan itu, benteng pertahanan Bima runtuh. Dia menarik Dinda untuk duduk di pangkuannya dan mencium gadis itu dalam-dalam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agus Aby Zaen
lanjutan nya mana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 10

    Dinda bangun dengan kepala pening. Susah payah dia berusaha mematikan alarm di ponselnya yang berdering sejak sepuluh menit yang lalu. Dia duduk sebentar, berharap bisa mengusir rasa sakit yang berdentum di kepalanya. Saat melihat ponselnya untuk memastikan waktu, Dinda heran melihat ada banyak notifikasi pesan di sana. Penasaran, Dinda membuka percakapan grup dengan teman-teman kuliahnya.Pesan pertama adalah foto Dinda kemarin di kampus saat dia masuk ke mobil Bima. Di bawahnya ada tulisan dengan menggunakan huruf kapital.“PACAR BARU DINDA, GUYS!!! KEREN BANGET!!!”Dinda terbahak melihatnya. Apalagi saat membaca komentar-komentar balasan teman-teman yang lain.“Gue mau juga dong....”“Yang begitu nyari di mana???”“Mobilnya lebih mahal dari harga diri gue TT”“Dinda pake pelet apaan lo bisa dapet yang begini?”“Lucuuuu... cocok deh mereka : )”Masih ada sekitar tigapuluh pesan di bawahnya tetapi Dinda tidak membacanya lagi. Isinya hampir sama, antara dukungan dan hujatan untuk hubu

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 11

    Gosip tentang pacar Dinda yang kaya dan tampan menyebar di teman-teman satu angkatannya. Begitu masuk kelas, beberapa teman perempuannya mencecar Dinda dengan berbagai pertanyaan. Wajar saja, mobil yang dipakai Bima bukanlah mobil yang banyak ada di jalanan. Hanya orang yang benar-benar kaya yang mengendarainya. Makanya mereka begitu penasaran bagaimana bisa Dinda mengenal Bima. Sebagian lagi ingin tahu apakah Dinda punya kenalan orang kaya yang lain yang bisa dijodohkan dengan mereka. Dinda sampai lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Bahkan beberapa mahasiswi yang sebelumnya tidak pernah bertegur sapa dengannya kali ini menyapa Dinda terlebih dahulu.“Dinda! Boleh gabung?”“Kalo mau nanyain pacar saya jawabannya.... Eh, maaf Pak.”Dinda buru-buru minta maaf saat mengetahui orang yang baru saja bergabung dengannya. Dia sedang ada di kantin kampusnya, tengah makan siang sebelum melanjutkan kuliahnya beberapa waktu lagi. Dinda mengira temannya yang datang dan berniat mewawancara

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 12

    Mata Bima masih belum mau terpejam. Sejak tadi dia hanya berbaring terlentang menatap langit-langit kamarnya. Dia masih belum mempercayai apa yang terjadi sore tadi. Entah apa yang ada di otaknya hingga tiba-tiba saja dia meminta Dinda untuk jadi pacarnya. Sejak kapan dia meminta seseorang menjadi pacarnya? Gadis itu tentu saja langsung menolak dan meminta maaf, lalu cepat-cepat pindah dari pangkuannya. Mereka menghabiskan sisa perjalanan pulang dalam diam, sebelum keduanya mengunci diri di dalam kamar masing-masing. Dinda bahkan tidak memasak makan malam atau menanyakan keperluan Bima seperti biasanya.“Aarghhh...” desah Bima untuk yang ke sekian kali. Bima masih belum memahami bagaimana Dinda bisa membuatnya mengatakan semua itu. Selama hampir dua bulan hidup di bawah atap yang sama, Bima akui sudah berkali-kali ia dibuat kagum dengan lekukan tubuh dan paras cantik gadis itu. Tetapi Bima yakin bukan itulah yang menjadi alasannya. Entah berapa banyak gadis cantik dan seksi yang sudah

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 13

    Bima tersnyum saat ponselnya bergetar. Dia meraihnya dan membuka pesan yang masuk. Senyumnya bertambah lebar saat membaca pesan itu. Dengan segera dia mengetikkan balasan dan mengirimnya.“Oke, tadi sampai mana, Van?”Laki-laki di depannya, , menghela napas kesal. Mereka berdua sedang berada di ruangan Bima di kantor, mendiskusikan pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tetapi rapat eksklusif itu beberapa kali terhenti karena Bima tidak fokus dan bolak-balik memeriksa ponselnya.“Lo lagi chatting sama siapa sih?” tanya Ivan akhirnya. Jarang sekali Bima membagi fokusnya dengan hal lain saat bekerja. “Penting banget, ya?”“Bukan urusan lo,” balas Bima. Meski tidak sedekat dengan Daniel dan yang lain, Ivan bisa dikategorikan teman sekaligus rekan kerja Bima. Mereka sama-sama membangun perusahaan dari nol. Bima sedikit lebih unggul karena dia menyandang status sebagai direktur dan pemilik perusahaan. Selain itu, keberadaan mereka berdua di kantor sama-sama penting.“Cewek baru?” tanya

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 14

    Dinda tersenyum saat merasakan tangan Bima yang melingkar di pinggangnya. Tidurnya begitu nyenyak semalaman. Bahkan jika bukan karena suara alarm dari ponsel Bima yang berdering sejak tadi, Dinda masih akan terus memejamkan mata. Pelan-pelan dia memindahkan lengan berotot Bima dari pinggangnya dan beranjak bangkit. Tetapi saat dia baru duduk Bima menariknya hingga Dinda kembali berbaring di pelukan pria itu.“Morning, Din,” kata Bima, yang kemudian mengecup bibir Dinda.“Pagi, Mas Bim,” balas Dinda dengan dihiasi senyum malu-malunya. “Mau sarapan apa pagi ini?”“Sarapan kamu.”Dengan cepat Dinda meriah selimut dan bersembunyi di baliknya. Dia masih belum bisa mencegah agar pipinya tidak lagi memerah saat berhadapan dengan Bima. Rasanya Dinda ingin terus bersembunyi ketika dia menyadari kalau semalam dia tidak memakai bajunya kembali.Melihat tingkah Dinda yang malu-malu membuat Bima terbahak. Ditariknya selimut dengan paksa agak dia bisa melihat wajah merah Dinda.“Nggak usah malu, Di

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 15

    “Putar kiri sedikit lagi... oke.”Dengan bangga Dinda mematikan mesin mobil setelah sukses memarkirkannya di carport kediaman keluarga Bima. Setelah menjemputnya di kampus, Bima meminta Dinda untuk menyetir sepanjang perjalanan ke rumah. Meski membutuhkan waktu sedikit lebih lama dari biasanya, Dinda berhasil sampai tanpa membuat mobil Bima lecet.Mereka keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Begitu sampai di ruang keluarga, tubuh Dinda dihantam dari kedua sisi. Dalam sekejap si kembar sudah memeluk pinggangnya dan berceloteh mengungkapkan betapa mereka merindukan Dinda.“Kak Dinda, aku sekarang punya hamster,” kata Tasya sambil menunjuk sebuah kandang kecil di sudut ruangan. “Nanti kita...”“Aku sekarang udah bisa berenang, Kak,” potong Rasya penuh semangat. “Yuk kita berenang...”“Tasya... Rasya... biar Kak Dinda duduk dulu,” Sarah berusaha menenangkan anak-anaknya.“Tapi kan aku kangen, Mi...”“Aku mau kasih lihat Kak Dinda...”Celotehan anak-anak itu terdengar semakin jauh ka

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 16

    Dinda mengetuk pintu kamar Bima. Setelah beberapa kali mencoba dan tidak mendapat jawaban, Dinda mencoba membukanya. Lagipula dia sudah sering menghabiskan waktu di kamar itu. Dinda rasa Bima tidak akan keberatan jika ia masuk tanpa menunggu jawaban pria itu.“Mas Bima,” panggil Dinda.Beberapa saat kemudian Bima keluar dari kamar mandi, agak terkejut ketika melihat Dinda ada di kamarnya.“Tadi saya ngetuk pintu tapi Mas Bima nggak jawab,” kata Dinda.Bima hanya mengangguk kecil. “Ada apa?”“Saya bawa ini,” Dinda menyodorkan secangkir teh chamomile kepada Bima. “Sepertinya Mas Bima lagi banyak pikiran. Kata Bu Tika ini bisa bikin tenang.”Selama beberapa detik Bima hanya menatap Dinda, mencoba membaca isi hati dan pikiran gadis itu. Apakah Dinda melakukan semua ini karena tugasnya atau karena memang peduli kepada Bima? Apakah Dinda juga seperhatian ini pada anggota keluarganya yang lain? Jika mereka tidak berhubungan akankah Dinda tetap sebaik ini?Akhirnya setelah beberapa saat Bima

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 17

    Bima keluar lebih dahulu dan bergabung bersama teman-temannya. Dia duduk di samping Daniel, yang menyambutnya dengan senyum misterius.“Habis ngapain lo?” bisik Daniel tetapi Bima pura-pura tidak mengerti dan hanya mengangkat bahunya. “Habis ngapain sampe rambut lo berantakan gitu?” ulang Daniel.Tangan Bima refleks naik dan menyisir rambutnya. Dia tersenyum simpul saat mengingat jari-jari Dinda yang membuatnya berantakan. “Lo nggak perlu tahu.”Sebenarnya dia punya dugaan, tetapi akan lebih menyenangkan baginya saat bisa meledek Bima. “Gue juga pengen kayak lo, Bim.”Plak!Bima menghadiahi Daniel dengan pukulan di kepalanya. “Sialan lo!”“Kenapa, sih, kalian?” Sabrina mengomel, kesal karena usahanya mendekati Bima sejak tadi belum juga berhasil. Dia mulai bosan mendengarkan pembicaraan keempat pria itu. “Main Truth or Dare, yuk.”“Yuk!” sambut Kevin. “Ajak Dinda juga biar lebih seru.”Akhirnya setelah menyingkirkan meja, mereka berenam duduk melingkar di lantai. Dinda diapit oleh Dan

Bab terbaru

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 80

    “Kalian serius?” tanya Iskandar. Pandangannya tertuju pada sang putra. Balita di gendongannya merengek dan dia mengelus punggung anak kecil itu untuk menenangkannya. “Kalian nggak sedang main-main, kan?”Bima mengangkat satu alisnya. “Kenapa aku harus main-main dengan hal seperti ini, Pa?”“Karena kamu selalu menolak waktu Mama membahas pernikahan dan menghasilkan keturunan!” semprot Kartika. Wajahnya memerah, entah karena bahagia atau marah mendengar kabar itu. Dia lalu berjalan mendekati Bima hingga mereka berhadapan.“Mama nggak mau ngucapin selamat?” tanya Bima dengan senyum di bibirnya.Kartika memukul lengan putranya itu sebelum memeluknya. “Kenapa harus seperti ini, Bim? Kenapa kamu membuatnya jadi rumit?”“Aku bikin rumit?” Bima mendengus tak percaya. “Mama tuh, yang ribet,” gerutunya, yang membuatnya mendapat sebuah pukulan di punggung.“Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, Sayang.” Kartika melepas pelukannya dan mundur satu langkah. Tubuhnya berputar hingga sekarang dia mena

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 79

    Setelah mengucapkan terima kasih pada Cindy yang meresepkan obat dan suplemen untuk Dinda, Bima tidak mengatakan apa-apa lagi. Selama perjalanan pulang Dinda menahan dirinya untuk tidak menangis sementara Bima menyetir dalam diam. Bungkamnya Bima membuat dirinya takut dan khawatir.Seharusnya Dinda senang karena rencananya berhasil. Dia hamil. Tetapi melihat reaksi Bima─meski sudah ia bayangkan sebelumnya─tetap membuatnya takut dan khawatir. Dalam hatinya diam-diam Dinda berharap Bima telah berubah pikiran. Dinda membayangkan meskipun terkejut, Bima akan dengan gembira menerima kehamilannya. Setelah itu mereka akan menemui Kartika dan memberitahu kabar itu.“Bagaimana bisa?” tanya Bima dengan nada datar saat mereka tekah berada di ruang duduk apartemen. Dia duduk di samping Dinda yang sedang melepas sepatunya. Rambutnya berantakan karena beberapa waktu tadi dia berkali-kali mengusap kepalanya dengan kasar. “Aku selalu hati-hati.”Dinda tidak tahu mana yang lebih menyakitkan. Kehilanga

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 78

    Dinda tahu cepat atau lambat hal seperti itu akan terjadi. Tetapi dia tidak berpikir malam ini, di tempat dengan orang-orang yang mengagungkan tata krama dan etika berkumpul. Dan tidak di depan Kartika.Sekilas Dinda bisa merasakan suasana di lingkaran itu menjadi hening dan canggung. Mereka menanti jawaban Felix dan bersiap menilainya.Tetapi pria itu tampak santai. Bahkan bibirnya masih menyunggingkan senyum tipis. “Memangnya Dinda sekontroversial apa, Bu Ratna?”“Merebut tunangan perempuan lain dan berhubungan dengan bos sendiri bukan sesuatu yang kontroversial?”Felix mengibaskan tangannya seperti mengusir lalat yang mengganggu. “Bu Ratna belum dengar berita terbaru? Atau mungkin Ibu Kartika belum menjelaskan?”Seketika semua orang di sana mengalihkan perhatian pada Kartika, menanti tanggapan dan reaksinya. Tentu saja. Topik seperti ini adalah sesuatu yang banyak diminati, hampir di semua kalangan.Dinda melihat kehebatan Kartika dalam mengontrol emosinya. Wajahnya tetap tidak ter

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 77

    Bima selalu berhati-hati saat berhubungan dengan Dinda. Selain di waktu-waktu saat Dinda tidak dalam masa ovulasi, Bima selalu menggunakan pengaman. Tujuannya sudah jelas. Walapun status mereka telah berubah, Bima sepertinya masih tidak menginginkan kehadiran seorang anak.Tetapi yang Dinda rasakan justru sebaliknya. Dari ucapan beberapa orang termasuk Daniel, Dinda menyimpulkan keinginan terbesar Kartika saat ini adalah memiliki cucu dari putra satu-satunya. Untuk sekali ini, Dinda berada di kubu yang sama dengan ibu mertuanya itu. Terlepas dari masa lalunya, Dinda ingin mencoba lagi. Dia menginginkan sebuah keluarga.Jadi rencananya adalah menggoda Bima hingga ia terlena dan lengah hingga pria itu tidak lagi bisa berpikir jernih untuk memakai pengaman atau menggunakan pencegahan lainnya. Sebenarnya tidak sulit. Dinda hanya perlu memberanikan diri dan menebalkan muka.Seperti saat ini.Dia menyambut kepulangan Bima─yang akhir-akhir ini selalu pulang larut─dengan mengenakan lingerie b

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 76

    Setelah menjadi istri seorang Bima Sakti Iskandar, ternyata tidak banyak yang berubah dalam rutinitas sehari-hari Dinda. Dia masih mengambil beberapa tawaran pemotretan iklan yang datang padanya. Meski Daniel ingin Dinda melebarkan sayap ke bidang lain setelah kesuksesan debut sebagai model video musik, Bima tidak menyetujui ide itu. Akhirnya setelah perdebatan panjang dan melelahkan─antara Bima dan Daniel tentu saja, karena Dinda hanya duduk diam menonton mereka berdua─Dinda hanya akan menjadi foto model.Dinda hanya mengangguk setuju saat Bima menanyakan pendapatnya karena ia sudah bertekad untuk mengikuti apapun keputusan pria itu tentang pekerjaannya. Bima berkali-kali mengatakan dia sanggup menanggung hidup Dinda sehingga dia tidak perlu bekerja. Tetapi Daniel tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depannya. Jalan Dinda sudah terbentang dengan mulus dan Daniel tidak bisa membiarkan dia berpindah halauan begitu saja.“Tunggu sampai agensi gue lumayan gede ya, Din. Abis

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 75

    “Kamu yakin?” Bima menatap Dinda sambil mengelus sisi wajahnya. Betapapun besar keinginannya saat ini untuk berada di dalam tubuh Dinda, dia akan menghentikan semua yang membuat sang istri tidak nyaman.Dinda mengangguk. Napasnya berangsur stabil. “Please.”Tanpa menunggu lagi Bima kembali mencium bibir Dinda dengan semua tekad hatinya. Dia bersumpah akan membuat Dinda hanya mengingat sentuhannya, ciumannya, mendesah karenanya, dan memanggil namanya saat berada di puncak.Dengan sabar dan penuh kelembutan Bima menjelajahi seluruh tubuh Dinda. Menciuminya, menghisapnya hingga meninggalkan jejak di beberapa tempat. Sentuhan-sentuhannya di beberapa tempat seringkali membuat wanita itu menggigil. Setiap desahan yang keluar dari mulut Dinda adalah pelecut semangatnya.“Look at me, Din,” bisik Bima serak. “Keep looking at me.”Dinda menurut. Dia menatap Bima yang membayangi di atasnya.“Jangan tutup mata kamu.”Dinda hanya mengangguk.Puas dengan jawaban Dinda, Bima membenamkan dirinya dala

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 74

    Dinda tidak mengenakan gaun putih dan membawa buket mawar di tangannya. Dia tidak berjalan didampingi ayahnya menuju altar. Tidak ada tamu undangan yang memberinya selamat. Tetapi statusnya kini telah berubah. Ia sudah menjadi istri seseorang.Semua terjadi begitu cepat, seperti mimpi yang mengabur di mata Dinda. Setelah melakukan pernikahan secara agama yang hanya disaksikan oleh Daniel, Ryan, dan Kevin, Bima mendaftarkan pernikahan mereka ke catatan sipil. Dengan gemetar Dinda meletakkan kembali dokumen pernikahannya di nakas dan menghela napas panjang. Mantranya bergema dalam hati. Tarik napas lalu keluarkan.Setelah merasa sedikit lebih tenang Dinda bangkit dan keluar dari kamar. Suara-suara dari ruang tengah terdengar samar. Saat Dinda menampakkan diri di sana, dia siambut dengan tepukan tangan dan ucapan selamat. Hanya ada empat orang, tapi Dinda harus menutup telinganya untuk menghindari kerusakan pada pendengarannya.Saat mereka puas membunyikan terompet, Daniel berada di bari

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 73

    Sekali lagi, Dinda menjadi orang paling banyak dicari di internet setelah videonya dan Bima di rumah sakit menyebar. Tentu saja berita-berita itu muncul dengan berbagai judul yang penuh kehebohan dan kontroversi. Ada satu media menyebutkan Dinda sakit keras dan Bima melamarnya agar mereka menikah sebelum Dinda meninggal. Yang lain menyebutkan hubungan mereka seperti Cinderella di dunia nyata. Beberapa bahkan mulai menghitung aset yang akan Dinda dapatkan jika ia menikahi Bima.Dinda memijit kepalanya saat membaca berita-berita itu. Semakin lama terdengar semakin aneh. Entah dia harus bangga atau sedih karena orang-orang lebih tertarik pada kehidupan pribadinya daripada pekerjaan Dinda sebenarnya.“Yang ini setuju. Tapi ada yang maki-maki lo lagi, Din. Oh, pantesan. Fans Chelsea ternyata,” Reva sibuk membaca komentar-komentar di bawah berita Dinda dan Bima. Mereka bertiga─Dinda, Reva, dan Tania─sedang berada di apartemen Dinda. Reva sengaja datang setelah membaca berita kalau Dinda sed

  • CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN   Bab 72

    Jika Bima melamarnya dua tahun lalu, Dinda akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Dia akan dengan senang hati menerima pinangan itu. Tetapi keadaannya tidak sama lagi. Ada kemungkinan Dinda mengandung bayi pria lain. Dia tidak bisa membuat Bima menerima bayi itu juga. Rasanya sangat tidak adil bagi Bima jika Dinda menerima lamarannya dalam kondisi mengandung.Entah berapa banyak air mata yang ia keluarkan selama beberapa hari terakhir. Dinda menangis berhari-hari hingga rasanya tidak ada lagi yang tersisa. Hanya ada kekosongan di dalam hatinya. Bahkan dia tidak merasakan apapun saat melihat cincin permata di depannya.Tetapi jurang antara dirinya dan Bima justru semakin lebar dan dalam. Rasanya memang semesta tidak merestui mereka.“Aku akan menjawab setelah hasi tes keluar.”Bagi Dinda itulah yang paling masuk akal. Jika memang dia terbukti mengandung, jawabannya sudah jelas. Dinda akan menolak Bima. Tetapi jika hasilnya negatif, mungkin masih ada sedikit harapan bagi merek

DMCA.com Protection Status