Kedua lelaki senior tersebut keluar dari ruangan. Percakapan keduanya kini bergeser pada kegiatan Alonso di Inggris. Ia mengundang Alzam untuk sesekali mengunjunginya.“InsyaAllah,” jawab Alzam singkat.Sejak Emi sakit dan tidak dapat bepergian jauh, Alzam memang kerapkali menolak tawaran untuk berlibur ke luar negeri. Bahkan mereka semakin jarang mengunjungi Sandra dan Alex saat putri dan cucu mereka itu masih di Jerman.“Kita harus jadwalkan. Sekalian Aldric dan Sandra mengawasi perkembangan renovasi mansion mereka.”“Aku tanyakan anak-anak lebih dulu.”Mereka tiba di ruang makan. Villa kini telah sepi. Hanya keluarga Javier yang sedang menonton bersama. Tayangan yang disuguhkan adalah film kartun kesukaan Nicho.“Mau tanya apa, Pa?” tanya Deniz mengiringi langkah sang ayah.“Itu, Alonso mengajak Papa berkunjung ke Inggris.”“Benarkah?” Helen memekik senang. “Aku akan bahagia sekali jika kalian semua berkenan ke Inggris.”Semuanya tersenyum dan saling memberikan pendapat. Hanya Aldr
Satu bulan telah berlalu. Kegiatan keluarga Javier kini kembali normal. Dengan sepakat, mereka akhirnya memutuskan Luke akan pindah ke rumah orang tuanya menemani Alzam.Setiap akhir pekan, mereka mengunjungi makam Emi. Alzam sendiri yang membasuh nisan dan gundukan tanah yang belum ditanami rumput tersebut. Tidak ada lagi air mata mengalir, walau mata mereka masih sering berkaca-kaca saat menatap tulisan nama sang ibu pada bagian atas makam.Rutinitas kini kembali padat. Namun, dengan kompak ketiga putra-putri keluarga Javier saling bergantian menemani ayah mereka. Bahkan cucu-cucu Alzam kini sering bermain di rumah Kakek mereka ketimbang di rumah mereka sendiri.Malam itu suasana telah sepi. Luke dan Alzam telah selesai makan malam. Mereka kemudian mengobrol santai di ruang keluarga.“Bagaimana persiapan pernikahanmu dengan Anita, Luke?” tanya Alzam.Luke terdiam sejenak, lalu menjawab, “Belum banyak persiapannya, Pa. Aku baru konfirmasi pada beberapa vendor saja.”“Kenapa begitu? B
Luke menyetir mobilnya keluar dari gedung apartemen Anita. Di tengah jalan, ia melihat sebuah masjid. Lelaki itu segera mengarahkan mobilnya memasuki parkiran masjid.Selesai melaksanakan sholat sunah tobat, Luke duduk di tengah masjid seorang diri. Matanya menatap tulisan Allah di atas mimbar. Seketika air mata mengalir sendiri.Ia tidak menyesali kegagalannya menikah. Bahkan, ia kini merasa lega. Hanya saja, tiba-tiba bayangan ibunya muncul kembali. Ibu yang melahirkannya yang sangat sedih saat mengetahui calon menantunya adalah seorang wanita yang senang menjajakan tubuh, membuat ia sangat begitu terpukul.Lelaki itu segera bangkit. Setengah berlari, Luke kembali ke mobilnya. Setelah mengucapkan bismillah, lelaki itu melajukan kendaraannya menuju makam sang ibu.Sesampainya di depan makam Emi, Luke mencium nisan sang ibu.“Mama, maafkan Luke yang telah membuat Mama khawatir. Mam jangan sedih lagi, Luke tidak jadi menikah dengan Anita.” Luke melirih sendiri.Luke lalu menceritakan k
Tetap saja, Aldric menarik pelan tangan istrinya. Lelaki itu bersikeras tetap akan mengenalkan Sandra dengan Sarah. Mereka menuju ruang rapat. Pintu ruang tersebut tidak tertutup, keduanya masuk berbarengan.“Tuan Aldric,” sapa seorang wanita di dalam. Ia juga tersenyum dan menundukkan kepala santun pada Sandra.“Sarah, kenalkan ini istriku, Sandra.” Aldric merangkul bahu istrinya.“Halo,” ucap Sandra.“Salam kenal, Nyonya Sandra. Saya, Sarah.”Mereka lalu duduk bersama. Sandra memperhatikan Aldric dan asistennya bekerja. Benar kata suaminya, wanita muda itu memang terlihat sangat profesional dan cepat mengerti instruksi yang diberikan.Hingga satu jam kemudian, pekerjaan Aldric selesai. Sarah membenahi kertas-kertas yang baru saja ditandatangani bosnya. Ia terlihat bersiap untuk keluar dari ruangan.“Saya akan copy berkasnya lebih dulu sebelum diproses. Di mana nanti saya letakkan
Aldric menepati janjinya untuk secara rutin berkunjung ke Inggris. Kali ini, Alzam bersedia ikut untuk pertama kalinya. Lelaki tua itu terkekeh geli saat Alex berjingkrak-jingkrak senang mengetahui sang kakek akan ikut bersamanya.Di dalam private jet, Alex bertindak sebagai pemandu untuk Alzam. Tangan anak kecil itu menarik pelan tangan Kakeknya. Mereka berkeliling di dalam jet yang mewah itu.“Alhamdulillah. Bagus sekali pesawat pribadi Daddy, ya,” ucap Alzam pada Alex.“Iya, dong. Daddy ‘kan orang kaya. Semua orang kaya memiliki pesawat pribadi, Kek, “ Alex menjawab.“Hehe, tapi, jangan sombong begitu, Nak. Tidak baik.” Alzam menasehati cucunya.Alex seketika menggeleng. Ia memang tidak bermaksud sombong. Karena sebenarnya, ia hanya memperhatikan gaya orang-orang kaya dan mendeskripsikan sesuai penglihatannya.“Maaf, Kek. Apa Alex terdengar sombong?”Spontan, Alzam mengelus kepala cucunya. Anak tampan ini sangat cerdas. Berbicara dengan Alex sama saja dengan berdiskusi dengan anak
Pesawat pribadi Aldric mendarat dengan mulus. Tangga di depan pintu telah terpasang. Aldric menggenggam tangan istrinya untuk keluar. Sandra dengan ramah mengucapkan terima kasih pada crew pesawat.Tak jauh dari pesawat, sebuah mobil Range Rover mewah telah menunggu. Alonso berdiri di samping mobil dan melambaikan tangan. Alex yang melihat Grandpa-nya langsung berlari menghampiri dan memeluk lelaki tua tersebut.Alonso pun segera membungkuk dan memeluk cucu kesayangannya. Ia tersenyum bahagia pada Aldric, Sandra dan Alzam yang semakin mendekat. Tangannya terulur ke arah Alzam.“Senang sekali kamu di sini. Selamat datang,” ucap Alonso seraya menggenggam tangan Alzam dengan erat.“Aku juga senang berada di sini.”Mereka lalu saling berpelukan. Aldric juga merangkul ayahnya. Sandra mencium telapak tangan Alonso dan mengecup kedua pipi mertuanya.“Mana Mommy, Dad?” tanya Sandra heran saat menyadari Alonso hany
Esok harinya, Sandra pamit pada suaminya. Ia akan mengajak Alzam ke mansion mereka bersama Alex. Sementara, Aldric akan menyibukkan diri di Perusahaan Osborn bersama Alonso.“Maafkan aku, My love. Hari ini aku akan sibuk sekali, aku tidak akan sempat menemani kalian,” ucap Aldric pada istrinya.“Aku mengerti, sayang. Kamu ‘kan memang memiliki kewajiban di Perusahaan. Kasihan Daddy. Ia pasti bernapas lega karena sekarang kamu membantunya secara langsung,” balas Sandra.Aldric terkekeh. “Iya, semalam Daddy sampai berkali-kali mengucapkan terima kasih karena aku akhirnya pulang dan akan mengambil alih pimpinan lagi.”Wanita cantik itu menggeleng samar. “Pasti selama ini, Daddy sangat kerepotan mengurus apa yang kamu tinggalkan. Kamu jahat sekali!” Sandra memukul lengan atas suaminya.Tangan Aldric segera menangkap tangan istrinya. Lelaki itu menggenggam erat dan mencium jari-jari Sandra. Mereka lalu berpelukan erat.“Kamu tau sendiri bagaimana situasiku saat itu, My love.”“Untung saja k
Alzam langsung menoleh pada Sandra dan berucap tegas, “Tidak baik seperti itu, Nak. Jangan kamu ulangi sekali lagi.”Dengan malu, Sandra mengangguk. “Iya, Pa. Lagipula, itu saat Sandra masih ada masalah dengan Valerie.”Ayah kandung Sandra mengembuskan napas panjangnya. “Apapun masalahnya, besar atau kecil, jangan pernah meninggalkan suamimu dalam keadaan marah. Selesaikan dulu masalahnya. Jangan egois.”Sandra kemudian mendapat nasehat panjang lebar tentang bagaimana menjalankan hubungan suami istri yang sehat. Bagaimana dulu, Alzam dan Emi menyelesaikan masalah mereka. Mulai dari masalah antar pasangan, anak-anak hingga keuangan.Kepala Sandra mengangguk-angguk. Ia akan menuruti nasehat ayahnya. Terbukti, orang tuanya mampu membesarkan putra-putri mereka dengan baik dan mereka bersama hingga maut memisahkan.Setelah satu jam perjalanan, mereka memasuki kawasan mewah. Jalan lebar dengan pohon-pohon besar di samp
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe