“Hallo?”
Helen segera mengangkat teleponnya. Setelah tiga kali ia mengulangi sapaan, namun si penelpon sama sekali tidak menjawab. Kemudian telepon terputus begitu saja.
Sambil menatap heran ponselnya, Helen memandang sang suami. “Al, sepertinya aku salah telah mengangkat telepon yang tidak dikenal.”
Alonso mengernyit. Lelaki itu meminta ponsel Helen dengan menengadahkan telapak tangannya ke atas. Dengan cepat, ia memeriksa panggilan telepon yang baru saja diterima istrinya.
“Aku akan minta Kevin mengecek nomer telepon ini.”
“Apa itu Valerie?” tebak Helen dengan suara ketakutan.
“Kalaupun itu dia, jangan tunjukkan rasa takutmu. Sebaiknya, mulai besok kamu berdiam di mansion saja. Aku juga akan bekerja dari sini untuk menemanimu.”
Helen mengangguk. “Apa kita perlu lapor Aldric?”
“Tunggu berita dari Kevin. Kalau benar kita mencurigai nomer tersebut adal
“Lee?” Kevin mengangguk. “Aku langsung menyadap nomer tersebut. Mengambil gambar yang ada pada bank data melalui internet dan mencocokkannya. Kesimpulannya itu adalah nomer dari pengawal pribadi Tuan Muda Alex.” Sekertaris itu lalu membagikan kertas berisi informasi tentang nomer Lee. Foto-foto yang tertera di sana juga terlihat keadaan di villa Aldric. Bahkan ada beberapa foto Alex yang sedang belajar. “Iya. Ini pasti nomer ponsel Lee. Kenapa Alex menggunakan nomer Lee dan kenapa kode ponsel Lee juga tidak kita ketahui?” tanya Alonso heran. Marvin lalu mengingat sesuatu. “Lee pasti memasang pengaman pada ponselnya. Pemuda itu cerdas. Tetapi, benar menurut Tuan Alonso, masalahnya adalah, mengapa Lee menelepon Nyonya semalam?” Akhirnya, mereka memutuskan untuk melakukan video call bersama Aldric. Sambungan telepon langsung terhubung. Wajah Aldric muncul di layar datar ruang keluarga. “Ada apa? Kenapa kalian semua berada di mansion? Apa ada sesuatu yang penting?” cecar Aldric saa
Sandra membuka mulutnya. Shock mendengar kalimat yang meluncur dari bibir Madam Mary. Tangan wanita cantik itu memegang dadanya yang terasa pedih seperti ada duri yang menusuk-nusuk jantung.Setelah menutup ponselnya, Aldric menuntun Sandra masuk kembali ke dalam mobil. Tanpa kata, lelaki itu melajukan kendaraannya menuju rumah sakit. Isak tangis pelan membuat Aldric menoleh ke samping. Ia sampai lupa untuk menenangkan istrinya terlebih dahulu.“Sstt … My love, tenang. Lee bilang, Alex hanya luka ringan. Sudah nangisnya, ya,” bujuk Aldric sambil menyetir dengan satu tangan karena tangan lainnya sibuk mengelus punggung Sandra.Walaupun hanya luka ringan, tetap saja Sandra tidak dapat menahan laju air mata yang terus mengalir ke pipinya. Selama ini, Alex jarang sekali sakit. Apalagi sampai terluka dan dibawa ke unit gawat darurat.Beruntung, Aldric mendapat parkir di dekat lobi rumah sakit. Setelah mematikan mesin, keduanya berlari masuk. Lee sudah memberitahukan posisi kamar rawat Lee
“Apa maksudmu, Alex? Jangan lagi membuat kami khawatir,” tukas Aldric seraya menyilangkan kedua tangannya di perut.“Maksudnya, Alex ‘kan ingin menjadi atlet bela diri. Pasti nanti akan luka-luka. Iya’ kan?” jawab Alex dengan santai.“Pertandingan bela diri tidak akan membuatmu babak belur, Alex. Pastinya ada peraturan yang melarang peserta lomba agar membuat poin tanpa melukai lawan,” jelas Aldric.“Apa itu artinya, lombanya tidak serius?”“Tentu saja serius. Yang diutamakan adalah tehnik dan cara melumpuhkan lawan. Saat berlomba kamu bukan sedang bertarung sungguhan, jadi akan ada peraturan ketat tentang itu.”Kepala Alex mengangguk. Sandra memperhatikan putranya. Saking banyaknya sesuatu yang Alex kuasai, sepertinya anak itu jadi bingung profesi apa yang kelak ingin ia jadikan pegangan hidup.“Kita lanjutkan bicara di rumah. Lee sudah di depan lobi rumah sakit.”Sandra membantu putranya turun dari ranjang hidrolik rumah sakit. Alex masih dapat berjalan, hanya terlihat pincang sedik
“What? Besok?” Alis Aldric terangkat tinggi. “Kenapa kamu jadi ingin sekali cepat-cepat di sunat?”“Karena sekarang aku sedang istirahat sakit, jadi sekalian saja,” jawab Alex memberikan alasannya.“Tidak bisa bgitu juga, sayang. Justru kamu harus dalam kondisi fit saat disunat,” balas Mama Emi.“Nah, itu dengar kata nenek.”“Tapi, Alex mau cepat-cepat disunat.”“Nanti Mommy dan Daddy diskusikan dulu, ya.”Tak lama setelah itu, efek obat yang diminum Alex bekerja. Anak tampan itu terlihat tertidur di pangkuan Luke. Kakak Sandra itu langsung membopongnya ke kamar Alex.“Terima kasih, ya, Kak,” ucap Sandra.“Sama-sama. Terima kasih juga karena kamu mau mengerti dan menerima Anita,” balas Luke.Sandra mengangguk. “Kalau itu membuat kakak bahagia, Sandra juga akan ikut senang.”Mereka keluar dari kamar Alex. Lengan Luke melingkari bahu adiknya. Keduanya kembali ke ruang keluarga.Malam semakin larut, Deniz dan keluarganya pamit. Demikian juga dengan Alzam dan Emi. Karena rumah mereka bers
313Emi mencoba mengatur napasnya. Alzam sedang menutup pertemuan mereka. Di barisan belakang, Sandra tak hentinya mengusap-usap lembut punggung sang mama.Akhirnya semua berdiri. Saling berjabatan, kemudian pergi meninggalkan kediaman Anita. Luke melarikan kendaraannya ke rumah sakit terdekat walaupun Mama Emi menolak.“Mama hanya butuh tiduran dan oksigen. Tidak perlu ke rumah sakit,” tolak Emi dengan mata berkaca-kaca.“Hanya sebentar ya, Ma. Sekalian diperiksa rekam jantungnya.” Luke memaksa.“Iya. Kita ke rumah sakit sebentar.” Alzam pun menyetujui saran Luke.Dengan terpaksa Emi mengangguk. Air mata kini sudah jatuh ke pipinya. Sakit hatinya mendengar setiap pernyataan yang keluar dari bibir wanita-wanita muda yang tidak ia kenali itu.Mama Emi diobservasi di ruang gawat darurat. Sandra memeluk Alzam dengan wajah khawatir. Aldric dengan konsisten menenangkan istrinya.Dokter jantung memeriksa kesehatan Mama Emi. Sebuah alat rekam jantung kini terpasang di tubuh Emi. Tidak ada ya
Kesehatan Mama Emi berangsur membaik. Terutama ketika ia diingatkan bahwa keluarga Osborn akan datang berkunjung. Semangatnya tiba-tiba muncul kembali.Apalagi, Aldric dan Sandra akhirnya memutuskan Alex akan disunat saat Grandma dan Grandpanya datang ke Bali. Segala persiapan menyambut Keluarga Javier dan khitanan Alex dilakukan dalam tempo singkat. Bahkan, anak tampan itu terlihat antusias.Setelah berdiskusi dengan Keluarga Javier, akhirnya diputuskan penyambutan akan dilakukan di villa. Kediaman Sandra-Aldric itu adalah yang paling besar yang dapat menampung hampir seratus orang. Apalagi selain orang tua Aldric, akan hadir juga beberapa keluarga dekat."Kakek dan Nenek mulai sekarang belajar bicara dalam bahasa Inggris, ya. Biar semakin lancar saat Grandma dan Grandpa datang," ucap Alex.Lalu, Alex dengan lucu mengajari Kakek dan Neneknya berbicara dalam bahasa Inggris. Alzam dan Emi menurut. Kedua orang tua itu justru senang dan bersemang
Aldric menatap mertuanya dengan tatapan tak percaya. Mengapa Mama Emi berpikiran bahwa ia akan tidak setia? Padahal, memikirkan masa lalunya dengan Sandra yang pernah terpisah saja sudah membuatnya sakit.Mata Mama Emi kembali meneteskan air mata. “Mama percaya padamu, Nak. Hanya saja, mungkin di luar sana banyak sekali wanita yang menginginkan berada di posisi Sandra sebagai istrimu. Mereka bisa melakukan banyak cara agar kamu terjerat pada cinta sesaat dan meninggalkan Sandra.”“Astagfirullah.” Aldric hanya bisa beristigfar.“Maafkan, Mama, Aldric. Mama hanya tidak ingin pada akhirnya Sandra sedih. Putri Mama itu terlihat kuat di luar, tetapi hatinya sangat rapuh. Dan ia sudah pernah menderita seorang diri.”Aldric menggenggam erat tangan mertuanya. “Ma, Aldric telah mengikat janji pernikahan dengan Sandra di hadapan Allah. Hanya Allah lah yang nantinya bisa memisahkan kami,” janji Aldric.Mama Emi mengangguk. Tangan bebasnya mengelus rahang Aldric yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Wa
Mereka kembali ke ruang perawatan Dokter. Setelah mendapat hasil rontgen, Dokter menyimpulkan cidera Alex sudah berangsur pulih. Ototnya memang masih kaku dan perlu fisioterapi lagi, namun, anak kecil itu sudah tidak memerlukan penyangga.Penyangga lengan Alex akhirnya di buka. Anak tampan itu dianjurkan sering berlatih untuk merenggangkan kekakuan ototnya selama cidera. Sandra dan Aldric bisa bernapas lega sekarang.“Kita langsung pulang saja, Lee,” tukas Aldric saat mereka telah berada di dalam mobil.Lee yang menyetir mobil mengangguk. Lelaki sipit itu lalu melajukan kendaraan menuju villa kembali.“Kamu tidak ke hotel, sayang?” tanya Sandra.“Tidak. Hari ini ada liputan dari televisi nasional. Biar Luke saja yang tampil. Aku malas.”“Iya, Kak Luke juga bilang begitu. Kenapa sih kamu tidak mau diwawancara?”“Tidak perlu. Aku hanya ingin menjadi orang di balik layar saja. Nanti k
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe