Aldric mengurungkan niatnya untuk keluar dari kamar. Ia menatap Alex yang kini berbaring miring menghadapnya. Lelaki itu kembali mendekati putra tersayangnya.“Siapa yang kamu lihat?”“Wanita jahat.”“Maksudmu? Auntie Valerie?”Alex mengangguk. Ia memang sangat malas menyebut nama tersebut. Kecuali, demi kesopanan di depan ibunya.“Saat kamu di panggung?”Alex mengangguk. “Ia menggunakan kacamata hitam dan topi yang menutupi wajah. Tetapi, aku tau itu dia.”Aldric menggeleng. “Sepertinya, kamu salah lihat, son.”“Jadi, Daddy tidak percaya kepadaku?”“Bukan begitu. Pasalnya, wanita itu sedang tidak mungkin berkeliaran,” ucap Aldric yang kini ragu pada pernyataannya sendiri.“Tetapi, aku melihatnya, Dad. Saat Dad sedang berbincang dengan Uncle Mason, setelah aku turun dari panggung, ia juga masih memperhatikan. Teta
Marvin sudah bisa memperkirakan, apa yang terjadi saat membaca pesan perintah dari Aldric. Setelah Aldric resmi kembali menjadi CEO, otomatis kini, Marvin juga akan mengurusi kebutuhan sahabatnya itu.Sambil tersenyum-senyum, Marvin bekerja melalui laptopnya. Menghapus semua foto Aldric dengan bunga selamat datang beserta wanita pemberi bunga. Lalu, asisten setia itu menelusuri data siapa saja yang menggunakan foto tersebut di media sosial.“Lho, kenapa di hapus? Bagus, lho fotonya,” ucap Alexa dengan membawa satu bucket es krim coklat di tangan.“Tidak dihapus. Hanya dipindahkan saja,” sanggah Marvin. Ia langsung menutup laptopnya saat Alexa duduk di sampingnya.“Apa Aldric lebih tampan dari penampilannya di foto?” tanya Alexa.“Aku tidak bisa membandingkannya,” balas Marvin.“Kapan aku bisa bertemu dengan Aldric.”Marvin berpikir sejenak. “Mungkin besok bisa.”Mata Alexa bersinar ceria. Bibirnya melengkung membentuk senyuman paling lebar. Hatinya bahagia akhirnya bisa bertemu sang i
“Saya rasa bidang usaha kita sangat berbeda, Tuan Sergey. Maaf, saya tidak bisa mengajukan kerjasama,” cetus Aldric.“Begitu? Akh, Anda membuat saya kecewa, Tuan Aldric.” Wajah Sergey tampak dibuat lemas.“Pertemuan kita memang awalnya didasari pada kekecewaan. Jadi, jangan berharap banyak.”Sergey tersenyum menyebalkan. “Kalau begitu, Anda tentu juga tidak banyak mengharapkan saya akan setuju dengan keinginan Anda, bukan?”“Keinginan saya jelas merupakan sesuatu yang mutlak Anda lakukan. Jangan buang waktu Anda di sini.”“Tentu tidak. kami masih memiliki urusan di sini.”Aldric menatap netra kecoklatan di depannya. Ia baru menyadari, mata Sergey ternyata tidak sama besar. Mata kanannya lebih besar dari mata kirinya. Sebuah bekas sayatan panjang dari alis hingga bawah matanya terlihat sangat samar.“Baiklah, Tuan Sergey. Kita lakukan bisnis tanpa mengganggu circle kita masing-masing.” Aldric akhirnya lelah bernegosiasi.“Deal.”Setelah membalas dengan kata singkat, Aldric berdiri. Mar
Wajah Alexa berbinar cerah mendengar pernyataan Aldric. Bayangkan, jika bayi tersebut lahir, artinya mereka juga merupakan keluarga bagi pengusaha kaya raya tersebut. Wanita itu sudah memimpikan bisa berdekatan dengan Aldric dengan dalih hubungan kekeluargaan.“Wah, aku jadi tidak sabar melahirkan bayi ini,” cetus Alexa sambil mengusap-usap perutnya.Walaupun Aldric tampak tidak banyak berbasa-basi, Alexa tetap bahagia. Bisa berkenalan langsung, satu meja makan dan mengobrol bersama pengusaha favoritnya. Apalagi kemudian setelah selesai makan, wanita pirang itu diantar ke apartemen dengan mobil Aldric.“Apa kalian tidak mampir dulu?” tanya Alexa.“Tidak. Kami masih banyak pekerjaan.”“Istrirahatlah, Alexa. Aku pulang agak malam. Tidak perlu menungguku,” tukas Marvin.“Oke. Selamat bekerja, Marv, Aldric.”Marvin membalas dengan mengangguk. Sementara, Aldric hanya diam sambil m
Setelah Mason dan keluarganya pulang, Alex pun dibawa ke kamarnya. Sandra mengantar putranya dan menciumnya dengan penuh sayang. Keduanya berpelukan.“Selamat tidur, Alex sayang. Sudah lega, ya, sekarang. Kamu anak hebat. Tetaplah menjadi anak baik yang berprestasi,” pesan Sandra.Alex menatap wajah ibunya. Apa ayahnya sudah memberitahu bahwa wanita jahat itu telah kembali lagi menghantui mereka? Anak kecil itu khawatir pada wanita yang telah melahirkannya.“Selamat malam, Mom. Terima kasih atas doanya. Alex pasti berhasil karena Mom selalu mendoakan Alex.”Sekali lagi, Sandra mengecup wajah putranya. Ia lalu berpamitan keluar. Mematikan lampu dan perlahan menutup pintu kamar Alex.Aldric, Alonso dan Helen masih berbincang di ruang keluarga. Sandra masuk dan langsung duduk di samping suaminya. Lelaki tampan itu langsung menggenggam erat tangan istrinya.“Ada yang ingin kami sampaikan kepadamu, My love,” ucap Aldric.Sandra menoleh menatap suami dan kedua mertuanya. Mereka tampak tegan
Ada keheningan sejenak. Luke yang berbicara di depan tersenyum manis dengan raut bahagia. Namun tidak bagi Sandra dan Aldric. Keduanya tampak mendatarkan wajah mereka.“Benarkah? Kamu akan melamar seorang gadis?” pekik Mama Emi dengan senang. “Akhirnyaa … Mama bahagia sekali.”Emi Langsung memeluk putra keduanya. Alzam dan Deniz pun terlihat senang dan menghampiri Luke. Sandra hanya bisa menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan-pelan.Mama bilang Kak Luke akan melamar seorang gadis? Istilah gadis umumnya diperuntukkan bagi seorang wanita muda yang belum terjamah. Sedangkan Anita, wanita ini telah berpengalaman tidur dengan beberapa pria demi meningkatkan karirnya.Sekali lagi Sandra mengembuskan napas kasar. Aldric yang melihat keresahan hati istrinya hanya bisa menenangkan dengan mengusap-usap sayang punggung Sandra. Wanita cantik itu memaksakan seulas senyum untuk sang suami.“Apa kalian kenal dengan ca
Setelah melaksanakan sholat magrib berjamaah, Alex kembali ke kamar. Sandra membacakan cerita dua puluh lima nabi hingga suara dengkuran halus putranya terdengar. Wanita cantik itu membenahi selimut dan mengecup dahi Alex.Saat membalik tubuh untuk keluar, Sandra menemukan Aldric yang menunggunya di depan pintu kamar Alex. Senyum simpul menghias wajahnya. Lampu kamar Alex diredupkan, keduanya bergandengan ke kamar.Sandra menatap keluar jendela kamarnya. Malam memang belum larut tapi terlihat sudah pekat. Kedua tangan Sandra menyilang memeluk tubuhnya sendiri.“Ada apa?” bisik Aldric yang memeluk istrinya dari belakang.Wanita cantik itu hanya menggeleng. Kepalanya menyandar pada dada sang suami. Kecupan ringan di pipinya membuat bibirnya menyunggingkan senyum.“Aku memaksamu untuk menceritakan semua kegelisahan hatimu, My love,” desak Aldric. Ia membalik tubuh istrinya dan memperhatikan setiap jengkal wajah cantik Sandra.Dengan hembusan napas panjang, Sandra menjawab, “Aku tidak mau
Sandra berjalan terus hingga sampai ke ruang kerja Aldric. Di dalam ruangan itu, suaminya ternyata masih meeting online dengan Perusahaan Osborn. Langkah kakinya mendekat ke sofa dan mendaratkan bokongnya pada tempat duduk nyaman tersebut.Pengusaha tampan itu melirik istrinya. Sandra sedang duduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sekejap, Aldric sadar istrinya sedang menangis.Dengan cepat, Aldric pamit pada dewan rapat. Lelaki itu menutup laptop dan mendatangi sang istri. Tangannya terjulur mengusap sayang tubuh Sandra.Sandra mendongak. “Kamu sudah selesai?” lirihnya.“Ada apa, My love?” Aldric mengabaikan pertanyaan istrinya.Tanpa menjawab, Sandra langsung menubruk tubuh suaminya. Masuk ke dalam pelukan Aldric adalah obat terbaik saat ini. Wanita cantik itu terisak di dalam dada Aldric.“Ya, Allah. Are you, OK?” Aldric menjadi sangat khawatir.Beberapa saat, akhirnya Aldric membiarkan i
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe