Aldric memperhatikan sekeliling mereka. Ia dan Marvin tak sadar, Kevin, Noel dan Lee ternyata sudah tidak berada di lantai dansa. Sementara, Deniz masih terlihat asyik bersama temannya.Tiba-tiba, ada seorang wanita berpakaian minim duduk di kursi di samping Aldric. Dengan tatapan genit, wanita itu menatap penuh gairah pada Aldric. Lalu, ada wanita lain yang duduk di samping Marvin. Berpakaian sama minimnya hingga bentuk tubuhnya tercetak jelas.“Hai, mau mau ditemani minum?”Dengan datar, Aldric menjawab, “Kalian mau menemani kami minum ini?”Dua wanita itu menatap botol soda di tangan Aldric. Namun, sepertinya mereka tidak perduli. Bule tampan seperti Marvin dan Aldric pasti membuat pamor mereka naik. Mereka tinggal memajang foto kemesraan di media sosial.“Soda?” wanita seksi itu terkikik. “Boleh. Kalau perlu kamarnya kita juga yang bayar.”Seketika Aldric seraya mau muntah. Apalagi wanita itu semakin merapat ke tubuhnya. Bau parfum murahan dari tubuh wanita itu sungguh memuakkan p
“Hamil?” Aldric tersentak dan mengulangi pernyataan Marvin.Marvin mengembuskan napas panjang dan mengangguk. “Iya. Aku baru tau sekitar dua minggu yang lalu.”“Kamu yakin itu anakmu? Apa kamu pernah menyelidikinya?”“Sebelum memutuskan melakukan perjalanan bersama, aku sudah mencari tau tentang dirinya. Ia bekerja pada perusahaan keuangan sebagai data analys.”“Nah.” Aldric menepuk keras bahu sahabatnya. “Jika ia bekerja pada bidang keuangan, artinya wanita itu mengenal kita sebagai pebisnis besar.”“Iya. Alexa memang mengakui ia mengenaliku. Saat di kafe, ia terang-terangan mendatangi mejaku dan memperkenalkan diri sebagai pengagummu.”Aldric tertegun sejenak. Baru sekarang ia merasa tidak enak hati pada Marvin. Setiap wanita yang mendekati asistennya itu, selalu mengaku bahwa mereka tertarik pada CEO Perusahaan Osborn. Saat sulit mendekati Aldric, maka yang mereka dekati adalah asistennya.“Dia mendekatimu karena ingin mengenalku?”“Awalnya begitu. Tetapi, aku menegaskan padanya ba
Sandra terbangun karena hembusan napas di lehernya. Harum aroma favorit menguar penciuman. Ia tau, Aldric telah bangun dan pelan-pelan menciumnya.“My love, aku harus pergi. Masih banyak tamu di hotel,” bisik Aldric seraya mengelus sayang rambut istrinya. “Kamu istirahat saja dulu. Nanti kamu bisa menyusul bersama Alex.”Sandra menggeleng pelan. “Aku mau ikut sama kamu.”Aldric tersenyum lembut dan mencium wanitanya. “Kamu kurang tidur, My love. Istirahat dulu saja, ya.”“Aku mandi dulu sebentar. Kamu tunggu di ruang makan, ya. Aku takut Alex sudah menunggu kita.” Sandra dengan keras kepala menolak permintaan suaminya.Dengan gelengan kepala, Aldric memperhatikan istrinya beranjak ke kamar mandi. Lelaki itu memilih melihat tabletnya. Layar alat canggih itu menampilkan CCTV di hotel. Kemudian ia keluar dari kamar.Noel, Kevin dan Lee tampaknya masih tidur. Suasana villa masih sepi. Bahkan suara Alex tidak terdengar di mana pun.“Selamat pagi, Madam Mary,” sapa Aldric di ruang makan yan
“Luke,” panggil seorang wanita.Luke tersenyum dan membalik tubuhnya. Ia sudah hapal pemilik suara mendayu itu. Tangan lelaki itu segera merangkul bahu Anita.“Mana teman-temanmu? Katanya kalian mau brunch di sini?” tanya Luke seraya memandang sekeliling.“Mereka sudah berpencar mencari target,” sahut Anita dengan senyum penuh makna.Luke menggeleng pelan. “Lalu, kamu? Kamu tidak mengikuti teman-temanmu?”Anita mengerling manja. “Aku kan sudah mendapatkan target sendiri.”“Oh, jadi, aku hanya sekedar target bagimu?”“Jangan sensi begitu. Kamu special untukku.”“Masa?”“Iya, dong. Special pakai telor.”“Itu martabak, bukan aku.”Keduanya tergelak bersama. Mereka berjalan ke tempat yang lebih sepi untuk berbincang. Anita dengan senang hati bergelayut manja di lengan Luke.Anita Ayu Br
Mendengar pengakuan Luke, Aldric mengembuskan napas berat. “Sial. Aku terlambat.”“Terlambat?”“Iya. Seharusnya, sejak kemarin aku menyadarkan dirimu untuk tidak terlalu dekat dengan Anita.” Aldric menepuk dahinya dan berkata, “Apa yang harus aku katakan pada Sandra sekarang."“Memangnya kenapa dengan adikku?”Aldric memberikan tatapan tak percaya pada kakak iparnya. “Apa kepalamu perlu aku pukul ? agar otakmu bisa berpikir jernih? Kamu mencintai wanita yang senang menjajakan diri sendiri?”Luke menggeleng kuat. “Bukan seperti itu. Anita tidak separah yang kamu katakan.”Luke akhirnya menceritakan kedekatannya dengan Anita. Bagaimana Anita harus menghidupi keluarga dan dirinya sendiri. Luke juga mengatakan ia akhirnya jatuh cinta pada wanita itu karena ia ingin wanita itu sadar dan keluar dari lingkungan toxicnya.“Aku akan menikahinya jika Anita mau berubah.”“Orang tidak bisa mudah berubah karena orang lain, Luke.”“Buktinya kamu bisa. Kamu berubah karena mencintai Sandra. Jika Ani
“Hai, Marv. Maaf, sudah menunggu lama, ya,” sapa Leah.Marvin dan Leah berjanji temu di rooftop Hotel. Sebelumnya, keduanya cukup sering berbalas chat. Leah lebih dulu mengirim pesan ucapan syukur dan selamat setelah Marvin menjadi muallaf.“Tak apa. Santai saja,” balas Marvin.“Aku tak menyangka daftar belanjaan jastipku jadi tambah banyak, makanya lama,” jelas Leah.“Jastip? Apa itu?”Leah lalu menjelaskan konsep jastip yang menjadi tren di Indonesia. Sejak dulu, ia dan Sandra sering membuka usaha jastip jika mereka jalan-jalan ke luar negeri. Namun, sejak Sandra memiliki Alex, ia sudah tidak melakukannya lagi.“Wah, lumayan juga hasilnya, ya?” sahut Marvin takjub.“Iya, lumayan. Apalagi, kalau menerima jastip di luar negeri, keuntungannya lebih banyak.”“Jadi sekarang, jastip adalah pekerjaanmu?”“Oh, tidak. Aku tetap bekerja di
“Memang namanya Cindy seperti nama sekertaris Aldric dulu?” Leah menoleh pada Marvin dan Aldric.“Wait. Tunggu. Diam dulu semua,” potong Aldric saat melihat yang lainnya juga akan mulai berkomentar lagi. “Jangan teruskan tebakan kalian yang sesat.”“Sesat? Jadi bukan Cindy yang kamu hamili, Marv?” tanya Noel.“Tapi, Cindy memang sedang hamil, kok. Ia bilang sendiri padaku,” cetus Kevin.“Astagfirullah,” ucap Marvin sambil memegangi kepala dengan dua tangannya. “Kamu saja yang cerita, Aldric. Aku pusing.”Aldric menepuk-nepuk bahu Marvin. Ia berdehem untuk menjernihkan tenggorokannya. Sementara empat pasang mata menatapnya dengan penasaran.Selama hampir satu jam, Aldric menceritakan perjalanan Marvin dan Alexa hingga kemudian Alexa hamil. Kini tiga pasang mata milik Noel, Kevin dan Sandra menatap Marvin dengan mulut menganga. Sementara Leah hanya diam saja dengan seulas senyum tipis di bibirnya.“Ke-kenapa tidak pakai pengaman?” tanya Kevin masih dengan rasa terkejutnya.“Apa kamu men
Alexa tergelak mendengar cerita Marvin. Mereka sedang melakukan video call. Lelaki itu bercerita bagaimana semua sahabatnya gelisah mendengar tentang kabar kehamilan Alexa.“Sepertinya sahabat-sahabatmu asik-asik, ya?”“Iya. Awalnya kami hanya rekan kerja. Semakin lama semakin akrab dan sekarang sudah seperti keluarga.”“Aku senang mendengarnya. Aku sendiri sulit mendapatkan teman akrab.”“Benarkah? Kamu tidak memiliki satu pun teman? Terus terang aku tidak percaya.”Alexa terkekeh. Wajahnya di layar ponsel Marvin terlihat berpikir. Lalu, ia menjawab, “Tidak. Sepertinya memang aku tidak memiliki teman dekat. Mungkin karena aku sering berpindah-pindah negara.”“Memangnya berapa lama kamu biasanya menetap di satu negara?”“Paling lama satu tahun saja. Aku orang yang cepat bosan.”Marvin termenung mendengar jawaban Alexa. Bagaimana jika anak itu lahir? Mana mungkin Alexa membawa-bawa bayi pindah-pindah negara?”“Halo?? Apa yang kamu pikirkan?”“Mmm … kalau anak itu lahir, apa kamu akan s
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe