“Aldric akan marah jika saya menghubungi istrinya. Saya selalu berkomunikasi dengan Sandra melalui ponsel dan email Aldric, Nyonya. “Marvin beralasan. “Sebaiknya Nyonya menelpon ponsel Aldric saja.”Helen memutuskan hubungan telepon dengan Marvin. Mau tak mau, ia harus menelpon Aldric. Wanita tua itu lalu menekan nomer ponsel putranya.Telepon Aldric tidak aktif. Helen mencoba hingga tiga kali, dan ia harus kecewa. Dulu, telepon lelaki itu selalu aktif dua puluh empat jam. Saat ini, ia merasa benar-benar telah kehilangan putranya.Seharian merasa lelah karena perasaan kesepian, Helen terbaring lemah di ranjang. Airmata mengalir di pipi dan membasahi bantalnya. Terbayang di pelupuk mata bagaimana ia menghina Sandra dan membiarkan suaminya mengusir putra satu-satunya dari mansion mereka.***“Kamu tidak bawa ponselmu?” tanya Luke saat melihat ponsel Aldric tergeletak di meja dengan kabel tersambung pada adaptornya.“Habis batere. Sedang aku charge. Tinggalkan saja di sini.”“Sudah kubil
“Eh, itu. Bukan siap-siapa kok, sist. Hanya sedang dekat dengan salah satu Manager Pemasaran dari hotel tetangga,” sahut Luke.“Siapa?”“Kamu tidak kenal.”“Aku mau dikenalkan dong.”“Nanti saja.”“Dia datang pas pembukaan hotel, kan?”“Tidak. Dia kan harus bekerja.”Sandra terdiam. Aldric tetap tidak memberikan komentar. Ia masih sibuk dengan berbagai desain yang diinginkannya.“My love, coba letakkan gambar yang ini ke bagian ini,” pinta Aldric seraya menunjuk gambar di layar laptop.Luke bernapas lega. Sandra jadi teralih perhatiannya. Wanita cantik itu sekarang sibuk bersama suaminya.Hingga menjelang pukul empat sore, akhirnya Sandra dan Aldric sepakat pada desain mereka. Aldric sekali lagi memeluk istrinya. Mengucapkan terima kasih dan berjanji memberikan gaji besar.“Eits … soal gaji, nanti dulu lah. Belum kerja sudah dijanjikan gaji besar,” tukas Luke tak setuju.“Kenapa, Kak? Ada masa percobaan, ya?”“Iya, dong.”Luke dan Sandra terkekeh. Aldric kembali mendengus melihat inte
Setelah makan malam di restoran favorit Alex, mereka juga sempat berbelanja ke hypermart. Mereka kini telah berada di kamar. Sandra melipat tangannya di perut menatap suaminya.“Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Aldric heran. “Maafkan, aku. Katakan, aku salah apa?”“Kamu menyimpan banyak rahasia!” Sandra berkata ketus.“Rahasia? Apa?”“Pertama, rahasia dengan Kak Deniz, Kedua, rahasia tentang wanita yang sedang didekati Kak Luke, Ketiga, rahasia tentang Lee dan teman wanitanya.”“Oh, aku pikir apa,” sahut Aldric sambil menghela napas lega. “Sini, aku ceritakan.” Lelaki tampan itu menarik tangan istrinya ke ranjang besar mereka.“Pertama. Deniz dan aku sekarang sering mengobrol karena Deniz tau dari Luke bahwa kita pergi ke klinik fertilitas. Jadi, kakak iparku yang ternyata sangat perhatian itu banyak memberikan artikel dan kami jadi sering membahasnya.”“Apa yang kalian bahas?”“Cara cepat mendapatkan keturunan. Walapun aku sudah menekankan pada Deniz, bahwa kita sekarang hanya pas
“Tebakanmu tepat, My love.” Aldric kembali mendaratkan kecupan di puncak kepala istrinya.“Tapi, aku tidak tau ada apa dengan Madam Mary.”“Sebenarnya ini memang desakan dariku. Setelah perbincangan tentang keadaan Madam Mary dan Jason, aku memutuskan untuk membebastugaskan Madam Mary awal tahun depan.”Sandra menoleh pada suaminya. “Jadi, Madam Mary akan pergi tahun depan?”“Iya. Aku tidak ingin ia menghabiskan waktu mengabdikan diri padaku lagi sementara ada lelaki baik yang menunggunya. Itu sebabnya aku meminta Madam Mary ikut bersama Alex dan Lee ke Inggris untuk bicara pada Jason.”Sandra mengangguk pelan. Ia pun setuju. Hanya saja, rasanya sedih mengingat pelayan wanita itu sangat baik. Bahkan, Madam Mary telah percaya padanya sejak pertama kali mereka bertemu.“Kamu sedih?” Aldric mengangkat wajah istrinya.“Iya. Tapi aku setuju padamu.” Lalu Sandra membenamkan wajahnya di dada sang suami. Belum terjadi, ia sudah merasa kehilangan Madam Mary.“Madam Mary juga memikirkanmu. Ia s
Tibalah hari grand opening hotel. Sandra menyiapkan pakaian untuk dirinya, suami serta sang putra. Wanita itu menggunakan hijab dari Helen, sementara suami dan putranya juga menggunakan dasi yang serasi dengan hijabnya.Meskipun tidak hadir, paling tidak barang-barang dari Helen dapat mewakili. Begitu keinginan Sandra. Aldric dan Alex tidak dapat membantah wanita yang mereka sayangi itu.“Alhamdulillah,” ucap Alzam berulang kali saat Luke mengantarnya berkeliling hotel.Emi pun tak kalah bersyukurnya. Ia terus-menerus memuji menantu tampan. Tangannya melingkari lengan Aldric yang juga sedang menjelaskan berbagai fasilitas hotel.“Mama, setelah ini coba spanya, ya.”“Apa itu?”“Mama belum pernah spa?” tanya Aldric.“Kalau cuma ke salon, potong rambut dan creambath, Mama sih pernah,” sahut Helen.“Nanti biar Sandra yang menjelaskan fasilitas di spa itu, Mama bisa m
“Kamu boleh bertanya pada Tuan Aldric. Tapi, jangan sekarang, beliau sedang sibuk. Nanti kamu malah kena damprat,” ungkap Marvin sambil memperhatikan Aldric yang sedang berbincang dengan para tamu.“Oke. Fine. Aku mau makan saja daripada stress memikirkan perusahaan siluman itu.” Kevin lalu beranjak ke meja yang penuh dengan berbagai makanan Indonesia dan makanan barat.Sementara itu, Aldric yang mengundang teman-teman sesama pebisnis serasa mengadakan reuni kecil-kecilan. Beberapa dari mereka juga menghadiri konferensi bisnis di Bali. Bahkan, mereka masih ingat dengan Sandra.“Jadi kalian menikah?”“Luar biasa. Aku sama sekali tidak menduga kalian berjodoh.”“Selamat, ya. Kalian cocok satu sama lain.”“Alex, anak tampan yang luar biasa. Aku sempat berbincang dengannya menggunakan bahasa Jerman.”Berbagai komentar dan pujian di terima Aldric. Walaupun teman-temannya mendesak cerita tentang bagaimana ia dan Sandra bisa bersatu, Aldric tidak melayani pertanyaan tersebut. Lelaki itu tida
Acara di mushola hotel di pimpin oleh Ustadz Rachman. Beliau memberikan ceramah singkat tentang bisnis dan keutamaannya bagi Islam. Pemuka agama itu juga mendoakan kelancaran serta keberkahan pada Aldric dan keluarganya.Di akhir tausiyah, Ustadz Rachman mengumumkan bahwa ada seorang yang akan menjadi muallaf pagi ini. Semua yang hadir akan menjadi saksi. Semua mata menatap Ustadz Rachman dengan penasaran.Marvin mendekat diiringi oleh Aldric. Lelaki tampan yang kini telah berganti dengan pakaian koko itu berbincang sejenak. Ustadz Rachman memimpin dan membimbing Marvin mengucapkan dua kalimat syahadat. Hingga akhirnya ucapan syukur alhamdulillah terdengar berbarengan dari mulut jamaah.Aldric memeluk Marvin dengan erat. Keduanya tampak sangat terharu. Berawal dari teman sesama mahasiswa, hubungan kerja, partner bisnis hingga menjadi saudara seiman merupakan proses yang panjang. Aldric melepaskan pelukannya dan memberikan satu paket alat sholat untuk sang sahaba
“Tak kusangka ternyata kamu datang, Noel,” Aldric berkata dari balik punggung teman dekatnya.Noel menoleh. Bibirnya mengembangkan senyum. Tangannya terentang lebar saat mendekati Aldric.“Aku tak perlu menanyakan kabarmu, karena aku sudah melihat sendiri bagaimana keadaanmu,” ucap Noel sambil memperhatikan teman dekatnya.“Ya. Aku baik-baik saja. Bertahan dan berusaha bangkit. Terima kasih,” Aldric menyahut.Noel terkekeh. Ia melirik Sandra di kejauhan. “Dia juga baik-baik saja, kan?”“Bukankah kamu sudah melihat keadaannya sehingga kamu tidak perlu lagi bertanya bagaimana kabar istriku itu?”“Jangan sarkas dulu,” ucap Noel. “Sandra adalah wanita. Wanita pandai menyembunyikan perasaannya. Dari luar, kita melihat mereka baik-baik saja, tetapi kita tidak pernah tau isi hatinya.”Aldric mengangguk setuju. “Iya, seperti itulah istriku.”“Jadi, bagaimana kabarnya? Ia baik-baik saja?”“Kenapa tidak kamu tanyakan sendiri?” tantang Aldric.“Aku belum siap bertemu dengannya.”Pengusaha hotel
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe