Belum sempat Alonso menjawab, Helen sudah menghampiri mereka dengan paperbag di tangannya. Ia lalu menyerahkan paperbag tersebut kepada Lee. Kemudian berjongkok untuk dapat bicara dengan menatap mata Alex.“Alex mau ke toko buku?”“Iya. Ayo, sayang. Dua jam lagi, mall ini akan tutup.” Alonso mengulurkan tangannya dan menggandeng tangan mungil Alex.Alex mengangguk. Rombongan kecil itu berpindah tempat. Sesampainya di toko buku, Alex langsung mendatangi rak buku science.Lee membantu Alex menemukan buku yang ia cari. Marvin beberapa kali memfoto kebersamaan mereka di mall. Secara tersembunyi, ia juga memfoto kebersamaa Alex, Alonso dan Helen.Alonso menatap ponselnya. Ia tersenyum dan mengangguk bahagia kepada Marvin. Lelaki tua itu baru saja menerima berbagai foto-foto dirinya dengan istri dan cucu mereka.“Sepertinya kunjungan pertama ini lancar, ya,” bisik Kevin.“Lancar karena tidak ada pengganggu. Lagipula Alex berperilaku sangat santun dan tidak menentang Grandma dan Grandpanya s
Sandra menatap berbagai paperbag mewah di kamarnya. Madam Mary meninggalkan Sandra dan Alex setelah selesai menyusun oleh-oleh dari orang tua Aldric tersebut. Mata wanita cantik itu menghitung baran-barang yang diletakkan di lantai kamarnya.“Alex yang beli ini semua?” tanya Sandra pelan.Alex menggeleng. “Itu semuanya dari Grandpa dan Grandma. Mereka bilang itu oleh-oleh untuk Mommy dan Daddy.”Sandra mengerutkan keningnya. “Oleh-oleh buat kami?”“Grandpa dan Grandma juga titip salam. Katanya mereka rindu sama Daddy dan … Mommy.”Wanita berhijab itu hanya tersenyum membalas pernyataan putranya. Alex tidur di ranjang besar. Anak itu emnguap beberapa kali dan tampaknya sangat mengantuk. Matanya terpejam walau Sandra tau Alex belum tertidur.Dengan penuh sayang, Sandra mengelus rambut putranya. “Alex ngantuk, ya? Jetlag?”Anak tampan itu hanya mengangguk. Tak lama kemudian ia menguap kembali dan tertidur sambil memeluk bantal kecil. Sandra menemani putranya sebentar sebelum ia benar-ben
Sore harinya, Sandra dan Alex ke hotel menjemput Aldric dan Marvin. Mereka sempat berjalan-jalan di sekitar Nusa Dua – Bali. Menikmati restoran seafood pinggir pantai dengan pemandangan sunset.“Alex betah di Bali?” tanya Marvin.“Lebih betah dibanding Jakarta, Uncle,” jawab Alex. “Tapi, negara yang aku suka tetap Inggris.”Semua yang mendengar hanya bisa terkekeh. Darah anak lelaki itu agaknya memang lebih condong ke adat barat dibandingkan adat ketimuran. Apalagi postur dan wajah Alex juga sangat bule.“Uncle Marvin besok sudah kembali ke Inggris, ya?”“Iya, sayang. Kamu tau kan, perusahaan saat ini tidak bisa ditinggal lama. Kasihan Grandpa dan Uncle Kevin.”“Iya. Apa Uncle Marvin sudah bertanya pada Daddy apa yang harus dilakukan agar saham perusahaan kembali stabil?”Sandra memandang Alex dengan sedikit terkejut. “Memang saham perusahaan kenapa?”“Waktu Alex berada di ruangan Uncle Marvin, Alex lihat saham perusahaan turun, Mom,” jawab Alex.Wanita berhijab itu melempar pandangan
Aldric memikirkan permintaan istrinya. Sudah hampir satu tahun, ia tidak menghubungi orang tuanya sama sekali. Tetapi, Sandra benar. Ia tetap harus mengucapkan terima kasih.Selain itu, ia juga mempertimbangkan cerita Marvin. Sahabatnya itu mengatakan Alonso dan Helen telah berubah. Mereka kini tau, Sandra adalah wanita cerdas yang pantas mendampingi putra mereka.Pengusaha handal itu menatap ponselnya. Sekarang, ia bahkan baru menyadari, di ponsel barunya ia tidak menyimpan nomer handphone kedua Helen ataupun Alonso. Apakah ini pertanda bahwa lebih baik ia tidak menghubungi mereka?Aldric berusaha mengalihkan pikiran. Ia fokus pada laptop dan membuka satu persatu email. Hingga sampai pada email dari Marvin.Sahabatnya itu mengirimi berbagai foto kebersamaan Alex dengan Grandpa dan Grandma. Aldric tau, Marvin sedang berusaha membuat Aldric kembali rukun dengan orang tuanya. Namun begitu, Aldric masih ragu. Berbagai kenangan tentang segala tuntutan mereka sejak ia kecil hingga menjadi
Setelah konsultasi mereka dengan Dokter Fertilitas, baik Aldric maupun Sandra tidak lagi membahas tentang keturunan. Mereka hanya memasrahkan semuanya pada Allah. Selain tetap berusaha untuk menjaga pola makan, bekerja dan beristirahat sesuai anjuran Dokter.Sebisa mungkin, Aldric membagi waktu dengan pekerjaan walaupun sangat sulit ia lakukan. Sandra sangat maklum karena pembukaan hotel akan segera dimulai. Management hotel sedang mempersiapkan kedatangan tamu-tamu undangan.Untungnya, pekerjaan Sandra semakin lama semakin bisa ia atur. Wanita cantik itu bahkan menolak beberapa tawaran dari universitas untuk menambah jam kerja. Ia berpendapat jika Aldric sibuk, ia harus bisa mengimbangi dengan menjadi pendamping yang diperlukan suaminya.Seperti hari ini, di akhir minggu, Aldric kembali harus bekerja. Sandra menemani suaminya sejak pagi. Mengikuti ke mana pun suaminya dalam mengontrol persiapan pembukaan hotel. Tangannya selalu menggenggam erat tangan suaminya.“Kita sudah tutup konf
“Aldric akan marah jika saya menghubungi istrinya. Saya selalu berkomunikasi dengan Sandra melalui ponsel dan email Aldric, Nyonya. “Marvin beralasan. “Sebaiknya Nyonya menelpon ponsel Aldric saja.”Helen memutuskan hubungan telepon dengan Marvin. Mau tak mau, ia harus menelpon Aldric. Wanita tua itu lalu menekan nomer ponsel putranya.Telepon Aldric tidak aktif. Helen mencoba hingga tiga kali, dan ia harus kecewa. Dulu, telepon lelaki itu selalu aktif dua puluh empat jam. Saat ini, ia merasa benar-benar telah kehilangan putranya.Seharian merasa lelah karena perasaan kesepian, Helen terbaring lemah di ranjang. Airmata mengalir di pipi dan membasahi bantalnya. Terbayang di pelupuk mata bagaimana ia menghina Sandra dan membiarkan suaminya mengusir putra satu-satunya dari mansion mereka.***“Kamu tidak bawa ponselmu?” tanya Luke saat melihat ponsel Aldric tergeletak di meja dengan kabel tersambung pada adaptornya.“Habis batere. Sedang aku charge. Tinggalkan saja di sini.”“Sudah kubil
“Eh, itu. Bukan siap-siapa kok, sist. Hanya sedang dekat dengan salah satu Manager Pemasaran dari hotel tetangga,” sahut Luke.“Siapa?”“Kamu tidak kenal.”“Aku mau dikenalkan dong.”“Nanti saja.”“Dia datang pas pembukaan hotel, kan?”“Tidak. Dia kan harus bekerja.”Sandra terdiam. Aldric tetap tidak memberikan komentar. Ia masih sibuk dengan berbagai desain yang diinginkannya.“My love, coba letakkan gambar yang ini ke bagian ini,” pinta Aldric seraya menunjuk gambar di layar laptop.Luke bernapas lega. Sandra jadi teralih perhatiannya. Wanita cantik itu sekarang sibuk bersama suaminya.Hingga menjelang pukul empat sore, akhirnya Sandra dan Aldric sepakat pada desain mereka. Aldric sekali lagi memeluk istrinya. Mengucapkan terima kasih dan berjanji memberikan gaji besar.“Eits … soal gaji, nanti dulu lah. Belum kerja sudah dijanjikan gaji besar,” tukas Luke tak setuju.“Kenapa, Kak? Ada masa percobaan, ya?”“Iya, dong.”Luke dan Sandra terkekeh. Aldric kembali mendengus melihat inte
Setelah makan malam di restoran favorit Alex, mereka juga sempat berbelanja ke hypermart. Mereka kini telah berada di kamar. Sandra melipat tangannya di perut menatap suaminya.“Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Aldric heran. “Maafkan, aku. Katakan, aku salah apa?”“Kamu menyimpan banyak rahasia!” Sandra berkata ketus.“Rahasia? Apa?”“Pertama, rahasia dengan Kak Deniz, Kedua, rahasia tentang wanita yang sedang didekati Kak Luke, Ketiga, rahasia tentang Lee dan teman wanitanya.”“Oh, aku pikir apa,” sahut Aldric sambil menghela napas lega. “Sini, aku ceritakan.” Lelaki tampan itu menarik tangan istrinya ke ranjang besar mereka.“Pertama. Deniz dan aku sekarang sering mengobrol karena Deniz tau dari Luke bahwa kita pergi ke klinik fertilitas. Jadi, kakak iparku yang ternyata sangat perhatian itu banyak memberikan artikel dan kami jadi sering membahasnya.”“Apa yang kalian bahas?”“Cara cepat mendapatkan keturunan. Walapun aku sudah menekankan pada Deniz, bahwa kita sekarang hanya pas
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe