Malam harinya, di sebuah club malam yang terkenal di Inggris, Noel, Marvin dan Kevin duduk di ruang eksklusif. Mereka sengaja mengadakan pertemuan rahasia untuk membahas masalah Aldric. Para pengawal berdiri di depan pintu untuk menjaga pertemuan tersebut.“Tuan Alonso dan Nyonya Helen pasti kesal sekali denganmu, Noel,” tukas Marvin.Mereka bertiga kini sepakat untuk menanggalkan panggilan Tuan pada depan nama masing-masing. Tentu saja yang paling sungkan adalah Kevin. Namun, karena Marvin dan Noel bersikap akrab, Kevin menjadi lebih santai.“Wajah mereka sulit diterka. Sejak awal bertemu mereka memang sudah tidak bersahabat,” jawab Noel.“Terima kasih kamu mau bekerja sama dengan kami untuk membantu Tuan Aldric,” ucap Marvin dengan tulus.“Aku melakukannya untuk … “ Noel menjeda kalimatnya seraya melirik Kevin lalu menatap Marvin. “Kamu tau pasti untuk siapa.”Marvin mendengus pelan dan memaksakan seulas senyum. Asisten Aldric itu tau pasti jawabannya. Noel pasti mau membantu karena
Kevin memicingkan matanya. “Memang kenapa dengan Cindy?”Marvin menenggak botolnya banyak-banyak diiringi ledakan tawa dari Noel. “Cindy mengundurkan diri karena akhirnya sadar selama ini ia bertepuk sebelah tangan,” sindir Noel sambil menatap Marvin.Kevin mencerna ucapan Noel. Ia lalu menoleh pada Marvin, “Cindy jatuh cinta padamu, Marv?”“Iyaa,” teriak Noel. “Lalu, Marvin sadar ia telah kehilangan perhatian Cindy. Sayangnya ia terlambat. Saat datang ke rumah Cindy, wanita itu malah baru saja menikah.”“Sial!” maki Marvin. “Masih mending daripada kamu. Mencintai wanita yang salah sampai menodai hubungan pertemanan baik,” cela Marvin.“Paling tidak, aku memendamnya, Marv. Karena aku tau tidak baik untuk memelihara perasaan tersebut. Aku memilih mencintainya dalam diam. Karena dalam diam tidak akan ada penolakan.” Nada suara Noel terdengar menyedihkan.“Kalian bicara apa?” Kevin kebingungan.“Noel jatuh cinta pada Nyonya Sandra,” gumam Marvin yang juga mulai mabuk.“Hah? Apa? Kok bisa
“Tidak bisa tidur?”Aldric menoleh. Madam Mary berdiri di belakangnya. Lelaki itu tersenyum dan mendekati pelayan setianya.“Pertanyaan yang sama untukmu, Madam.”“Saya memang terbiasa tidur larut malam.”“Aku tau. Biasanya kamu harus mengatur pelayan lain dan berkordinasi untuk melaksanakan tugas esok harinya.”Madam Mary mengangguk. Ia membuka kulkas dan mengambil botol air dingin. Pelayan itu menuangnya di dua gelas tinggi dan menggeser satu ke depan Aldric.“Walaupun di sini, saya tidak mengerjakan itu semua. Tetapi karena telah terbiasa, saya jadi sulit tidur cepat.”Pengusaha itu terdiam. Ia mengambil gelas yang disiapkan pelayannya. Setelah minum setengah dari isinya, Aldric kembali menatap Madam Mary.“Aku tadi sedang memikirkan orang tuaku.”“Anda adalah anak yang baik, Tuan. Saya sangat menyesali retaknya hubungan Anda dengan Tuan dan Nyonya Besar.”“Menurutmu keputusanku salah?”Madam Mary menggeleng. “Keputusan Anda untuk mempertahankan rumah tangga dengan Nyonya Sandra me
“Aldric.”Aldric dan Madam Mary tersentak mendengar suara Sandra. Lelaki itu menderapkan langkahnya ke kamar. Madam Mary tersenyum, lalu membereskan gelas-gelas yang baru saja terpakai.“My love. Maaf, aku meninggalkanmu sebentar.”“Kamu dari mana? Kenapa tidak memelukku?” keluh Sandra.“Aku dari kamar Alex, My love. Setelah itu aku mengobrol dengan Madam Mary.”Aldric segera melepas kimononya. Naik ke ranjang dan masuk ke dalam selimut. Menarik perlahan istrinya ke dalam pelukannya.“Kamu tidak bisa tidur lagi?” tanya Sandra.“Bukan begitu. Aku biasa tidur malam karena tugas dan pekerjaan. Jadi, ya, aku belum terbiasa saja tidur cepat.”“Lalu, apa yang kamu dan Madam Mary bicarakan?”Lelaki itu mengecup puncak kepala istrinya. Tangannya memainkan rambut sang istri saat bercerita tentang apa yang Madam Mary ungkapkan dan rencanakan dalam hidupnya. Sesekali, Sandra menggelengkan kepalanya memberikan respon tidak percaya pada pendengarannya sendiri.“Ya Allah. Kenapa sampai seperti itu,
Kevin tersentak. Marvin berusaha tenang dan menatap tajam Kevin. Asisten itu menoleh pada Alonso. Ayah Aldric itu berdiri dengan kedua tangan di pinggang.“Anda salah dengar, Tuan. Maksud saya tadi, apa Tuan Noel jatuh cinta pada masakan Nyonya Sandra.” sanggah Kevin cepat.Marvin melirik Kevin. Ia memuji dalam hati kesigapan sekertaris itu. Lalu memandang ekspresi Alonso yang tampak kebingungan.“Kenapa kamu berpikir Noel menyukai masakan wanita itu?”“Kemarin, Tuan Noel bertanya tentang Tuan Aldric dan keluarganya. Biasanya Tuan Aldric memang senang mengundang teman untuk makan malam bersama dengan menu masakan Nyonya Sandra,” jelas Kevin yang harus berbohong lagi.Alonso tidak berkomentar lagi. Lelaki tua itu menatap Marvin yang berdiri tegak dengan berbagai map di tangannya. Ia lalu memberi kode pada Marvin untuk masuk ke dalam.Marvin mengacungkan jempolnya ke arah Kevin. Asisten itu masuk dan menutup
“Apa sistem itu bisa dibuka di sini?” Alonso menatap layar komputer di sampingnya.“Tentu, Tuan. Perangkat canggih ini memang hanya untuk berada di ruang CEO,” tukas Marvin.“Aku ingin lihat.”Marvin mengangguk. Ia melangkah mendekati meja dengan layar datar cukup besar di atasnya. Asisten itu tertegun sejenak saat mengamati layar.“Ada apa?”“Mmm … Saya baru ingat, komputer ini disetting oleh Tuan Aldric dengan voice notes, Tuan. Hanya suara Tuan Aldric yang mampu mengaktifkan perangkat ini.”Alonso menatap tajam Marvin. “Jadi tidak akan ada yang bisa masuk ke program mana pun melalui komputer ini?”“Saya bisa dari ruangan saya, Tuan. Tapi hanya beberapa program saja. Tidak semua.”Lelaki tua itu terlihat frustasi. Pekerjaannya banyak. Calon asisten tidak ada yang kompeten. Dan sekarang, berkas-berkas penting perusahaan tidak bisa diakse
Satu bulan berlalu. Alonso akhirnya menyerah. Ia memutuskan di depan para pejabat perusahaan, bahwa Marvin dan Kevin akan tetap berada di posisi mereka sekarang. CEO itu beralasan karena Marvin dan Kevin memiliki keahlian yang tidak banyak orang memilikinya.Marvin dan Kevin terdiam mendengar keputusan tersebut. Mereka memang merencanakan ini. Membuat perusahaan ketergantungan pada kinerja mereka sehingga Alonso tidak mendepak mereka keluar dari perusahaan.Selain itu, mereka memiliki visi lain. Mengembalikan Aldric ke posisinya semula. Tidak ada yang pantas duduk di kursi CEO selain bos mereka itu. Tidak juga dengan ayahnya.“Terima kasih atas kepercayaannya, Tuan. “Marvin dan Kevin menunduk santun berbarengan.Ruang pertemuan dibubarkan. Tinggallah Alonso, Marvin, Kevin dan pengacara perusahaan di dalam ruangan. Alonso menyaksikan Marvin dan Kevin menandatangani perjanjian di depan pengacara.“Aku berharap kita bisa saling support dalam mempertahan kejayaan perusahaan ini,” ucap Alo
Dengan langkah gontai, Alonso menelusuri koridor mansion. Sepanjang dinding koridor terdapat berbagai foto Aldric dengan piagam penghargaannya. Ia berhenti di depan salah satu foto.Dalam pigura mewah tiga dimensi itu, terdapat sertifikat dan plakat penghargaan. Aldric dinobatkan menjadi pebisnis muda paling sukses sepanjang tahun. Alonso ingat bagaimana sangat bangganya ia dan Helen saat nama putranya di panggil ke atas panggung.“Ternyata kamu merindukannya juga.” Helen tiba-tiba telah berada di samping Alonso.Tanpa menoleh, Alonso menjawab, “Hari ini aku menemukan banyak fakta bahwa sertifikat dan plakat ini bukan hanya sebuah penghargaan, tapi juga kerja nyata yang dihasilkan Aldric.”“Apa yang kamu temukan di kantor?”“Data bahwa Perusahaan Osborn pernah hampir hancur, namun Aldric berhasil bertahan bahkan membuatnya semakin menjulang.”“Aku pikir perusahaan kita baik-baik saja selama ini.”Alonso mengangguk. “Aku pun berpikir demikian. Ternyata perusahaan kita sebenarnya memili
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe