Firasat Aldric benar. Pagi hari, Kevin menelepon bosnya untuk tidak ke kantor. Sekertarisnya itu mendapat email dari Alonso bahwa akan terjadi perombakan kepemimpinan di Perusahaan Osborn.Namun, Aldric mengabaikan pesan Kevin. Ia harus bersikap jantan. Lelaki itu sudah memutuskan akan tetap memilih keluarganya dibandingkan harta Osborn.Ruang direksi telah penuh dengan seluruh jajaran pemimpin. Alonso duduk di kursi paling besar. Lelaki itu bahkan tidak memberi tempat di sampingnya untuk Aldric seperti biasa.Pengusaha mapan itu duduk bersama direktur lain. Kevin yang berada di belakangnya berdiri dengan gelisah. Sekertaris itu diam-diam menyalakan alat perekam di sakunya.Dengan cepat, Alonso mengumumkan bahwa tampuk kepemimpinan tertinggi perusahaan akan ia ambil alih.“Mulai hari ini, Aldric Rafantino tidak lagi menjadi CEO. Bahkan tidak akan bekerja pada Perusahaan Osborn mana pun.”Ultimatum dari Alonso membuat setiap orang
Di belahan dunia lain, Marvin sedang asyik menikmati minggu terakhirnya menjadi turis. Saat ini ia sedang berjalan di trotoar kota Paris. Langkahnya sedikit terhambat dengan banyaknya getaran di saku celana.Marvin mengabaikan pesan dari ponselnya itu. Lagipula, tempat ini rawan percuri. Ia tidak bisa berhenti dan melihat ada berita apa yang membuat ponselnya begitu berisik pagi ini.Telah setengah jam, Marvin berjalan. Getaran di saku celananya tidak juga berhenti. Hatinya mulai diliputi rasa curiga. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.Akhirnya, setelah mempelajari dan mengamati sekeliling serta merasa situasi cukup aman, Marvin berjalan pelan sambil merogoh saku. Lelaki itu menatap ponselnya dan mengaktifkan notifikasi pesan. Ia membaca pesan sambil terus berjalan.Beribu-ribu pesan maupun email masuk bertubi-tubi. Kevin adalah orang yang paling banyak mengiriminya email. Bahkan email terakhirnya hanya berisi satu kalimat frustasi. “ASAP, please … please!”Marvin kembali memperha
“Anda menginap di mana, Tuan?” Greg bertanya.“Pullman-Paris.”Greg mengangguk. Ia memapah Marvin berjalan ke mobil tuanya. Mereka menyusuri jalan di sekitar Menara Eiffel.Tiba di lobi, seorang pelayan berjas bergegas mendatangi Marvin. “Ada apa, Tuan Marvin?” pelayan itu mengambil alih tubuh Marvin yang dipapah Greg.“Pencopet sialan!” jawab Marvin sambil mengumpat pelan. “Antar aku ke kamar. Segera.”Pelayan itu segera membimbing Marvin menuju lift khusus. Lelaki yang terluka itu sampai lupa pada Greg. Yang ada di pikirannya saat itu hanya bosnya yang membutuhkan bantuannya segera.Petugas hotel memanggil dokter. Sambil menunggu, Marvin menyalakan laptopnya. Untung saja, ia tidak pernah membawa perangkat kerjanya itu saat sedang melancong hingga laptopnya itu aman tidak dibawa kabur pencuri.“Apa saja yang hilang, Tuan? Kami akan membantu melaporkan ke polisi,” tanya Manager hotel.Marvin menyebutkan kehilangannya. Lelaki itu cukup terkenal karena ada nama Aldric dan Perusahaan Osb
Marvin menceritakan rencananya pada Greg. Ia meminta lelaki yang baru saja menolongnya itu mempertimbangkan penawarannya. Lelaki bertato itu berjanji akan mendiskusikannya lebih dulu pada istrinya.Asisten pribadi Aldric kembali menatap laptopnya. Saat dokumen-dokumen pentingnya telah selesai diurus, ia akan segera kembali ke Inggris. Sebisa mungkin, lelaki itu menyelesaikan tugas yang diberikan Aldric padanya di Paris.Beberapa jam kemudian, Marvin tersenyum puas. Setengah dari aset Aldric telah berhasil ia jual. Seperti keinginan Tuannya, uang hasil penjualan itu akan ia bagikan pada pegawai Aldric yang setia. Setelah itu, sisanya akan ia transfer ke rekening Sandra.Lelaki itu meluruskan punggungnya ke ranjang. Ia menatap langit-langit kamar hotel. Mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi selama ia pergi cuti. Ia sama sekali tidak menemukan jawaban.***Aldric memanggil satu persatu pelayan-pelayan di penthouse. Mereka mendapatkan cek untuk gaji dan bonus terakhir dari Aldric.
“Keberatan? Aku bahkan tidak pernah bepergian dengan kelas bisnis. Keluargaku selalu menggunakan kelas ekonomi,” tukas Sandra.Aldric tersenyum. “Yang jelas, maaf, aku tidak bisa lagi menawarimu pergi dengan jet pribadi. Karena sekarang, aku tidak memilikinya lagi.”“Jangan terus menyesali keadaan, Aldric, sayang. Kita syukuri saja bahwa kita akan tetap bersama. Iya, kan?”Sebuah kecupan mendarat kembali di dahi Sandra. Jika tidak ada wanita di pangkuannya ini, ia pasti masih menjadi lelaki yang tersesat hidupnya. Walau tanpa harta banyak, ia memang beruntung memiliki keluarga yang akan selalu mendukungnya.“Apa keluarga di Indonesia sudah kamu kabari, My love?”“Sudah.”“Kamu bilang apa sama mereka?”“Aku tidak berbohong. Aku bilang kamu ada masalah dengan orang tuamu dan akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Indonesia.”“Hmmm … lalu
Semua mata melirik Alex. Kemudian memandang jenis-jenis makanan di meja. Nasi liwet lengkap dengan lauknya. Telur asin, lalapan mentah, ikan teri medan, tahu tempe goreng, sambal goreng udang petai. Sandra terkesiap, tentu saja makanan ini lezat bagi orang Indonesia namun akan sangat aneh di lidah suami dan putranya.“Tuan muda mau saya buatkan omelet ?” tiba-tiba suara Madam Mary membuat orang dewasa di sana mengembuskan napas lega.“Mau,” jawab Alex singkat.“Ya sudah. Alex makan omelet. Maaf, Nenek lupa menyiapkan makanan anak-anak. Kamu coba masakan mama, ya, Aldric,” tukas Emi yang langsung menyendok nasi dan lauk pauknya ke piring dan memberikannya kepada menantunya.“Terima kasih, Ma,” balas Aldric. Lelaki bule itu menerima piringnya dengan tatapan yang sulit diterka.“Selamat makan,” ucap Emi dengan ceria. “Setelah ini kalian bisa beristirahat.”Aldric melirik Sandra. Bagaimana ia bisa makan dengan makanan seperti ini? istrinya bahkan makan dengan tangan.Sandra sangat antusi
Aldric duduk tegak di ranjang. “Jadi kita mandi sendiri-sendiri? Kita tidak bisa mandi bersama?” Alisnya menukik tajam ke atas.“Ya iyalah. Kamar mandinya kan di luar, Adric sayang. Bagaimana kalau ada yang lihat kita masuk kamar mandi bersama? Malu, kan?”“Kenapa malu? Kita kan suami-istri. Memang di Indonesia, suami-istri tidak boleh mandi bersama?”Sandra menghela napas panjang. “Boleh sih asal tidak ketauan keluarga lain.”“Aku tidak mengerti. Kenapa kalau ketauan keluarga lain?”“Malu, sayang. Malu!” tegas Sandra. “Sudah, ya. Aku mandi lebih dulu. Sebentar lagi magrib.”Aldric menggeleng tak mengerti. Lelaki itu memperhatikan istrinya keluar dengan membawa handuk. Rasanya ia ingin sekali bersikap masa bodoh dan mengikuti istrinya ke kamar mandi.Sambil menunggu Sandra, Aldric membuka emailnya. Dengan cepat, ia membuka pesan tersebut. Tulisan panja
Aldric menatap Sandra dengan tatapan tak mengerti. Walaupun Keluarga Javier berbicara dalam bahasa Inggris tetap saja ia butuh waktu untuk mencerna maksud percakapan mereka agar tidak salah pengertian. Sandra dengan mata berkaca-kaca dengan perlahan menjelaskan suaminya.Tepat ketika Sandra selesai berbicara, Aldric menatap satu per satu wajah Keluarga Javier. Keluarga yang pernah ia sakiti melalui anak kesayangan mereka kini tersenyum tulus kepadanya. Lalu, ia menatap sertifikat-sertifikat tanah dan perhiasan di meja.Lelaki itu menggeleng lemah. “Aku menceritakan semuanya, bukan untuk meminta modal usaha dari kalian. Aku hanya tidak ingin berbohong untuk menutupi keadaanku di Inggris.”Seketika Sandra mengusap lembut punggung suaminya yang terharu. Wanita cantik itu menterjemahkan apa yang Aldric katakan pada orang tuanya. Emi tersenyum lembut menatap menantunya.“Kita ini keluarga, Aldric. Tidak ada yang salah membantu keluarga. Harta kami yang tidak seberapa ini mungkin saja berk
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe