Alex adalah anak yang sangat penurut dan kooperatif, terutama pada Ibu kandungnya. Sandra mengatakan mereka harus keluar dari apartemen Noel. Wanita itu izin untuk pergi mencari apartemen baru untuk mereka tinggali.Namun begitu, Alex memiliki pandangannya sendiri. Ia tidak terima Ibunya bersusah-susah sendiri. Cukup sudah ia melihat Sandra berjuang sejak ia berada pada rahim hingga sekarang.“Kenapa kita tidak kembali ke penthouse saja, Mom?”“Mommy tidak ingin bertengkar dengan Daddy.”“Apa saat ini jika Mommy bertemu dengan Daddy, Mommy akan bertengkar kembali?”“Kemungkinan begitu. Masalah kami belum selesai. Dan kami masih mempertahankan pendapat masing-masing.”Alex belum mengerti. Masalah orang dewasa seharusnya hanya tinggal mengikuti apa yang dianggap benar bersama. Mengapa harus terus keras kepala pada opini masing-masing?Selesai berbicara dengan putranya, Sandra pamit untuk sholat. Ia meninggalkan Alex yang akan belajar kembali. Di atas sajadahnya, wanita itu kembali menet
“Apa artinya itu, Noel?” gertak Aldric.“Tidak ada.” Noel membalik tubuhnya dan segera masuk ke dalam lift. Sekilas ia tersenyum pada Sandra dan Alex sebelum pintu lift menutup.“Sial!” umpat Aldric dalam hati.Suasana hati Aldric memburuk. Dalam perjalanan ke penthouse, ia hanya mengulang-ulang pernyataan Noel di dalam pikirannya. Teman dekatnya itu telah memercikkan api dalam pertemanan mereka.Hingga mereka sampai di penthouse, Aldric masih belum bicara banyak. Marvin yang memperhatikan perubahan raut wajah Tuannya segera mendatangi bosnya. Asisten itu sangat paham bahwa Aldric sedang cemburu.“Tuan, kendalikan amarahmu. Yang terpenting Nyonya Sandra dan tuan Muda Alex kini sudah bersama Anda,” bisik Marvin.Mau tak mau, Aldric menyetujui pendapat asistennya. Sekali lagi, ia menyesal mendiamkan Sandra dan Alex dalam perjalanan. Bukankah seharusnya ia mulai mendekatkan diri lagi pada istri dan anaknya?“My love,” sapa Aldric pada Sandra yang sedang membereskan pakaiannya.Sandra men
Valerie benar-benar nekat. Setelah mengantongi surat keterangan dokter, ia memaksa kembali pulang ke Inggris. Bahkan, hidungnya masih dibalut semacam penjepit untuk menyangga tulang.Alonso pun terpaksa mengikuti kemauan Valerie dengan menyewa jet pribadi. lagi-lagi, wanita itu mengancam akan mempidanakan Alex jika semua orang tidak menuruti kemauannya.Tiba di bandara, orang tua Valerie datang menjemput. Wajah mereka tampak kesal. Orang tua mana yang tidak murka mendengar anaknya terluka karena dipukuli seorang anak kecil.“Val, bagaimana keadaanmu? Kenapa kamu pulang? Bukankah belum sembuh luka operasinya?” tanya Ibu Valerie yang langsung meneliti wajah anaknya.“Aku baik-baik saja, Mom. Tenang saja, ini sudah biasa,” cetus Valerie.“Cucu kalian benar-benar brutal!” geram Hendric.Helen juga Alonso hanya bisa terdiam. Mereka tidak ingin memperkeruh suasana dengan membela Alex. Lagipula yang patut disalahkan menurut mereka adalah Sandra.“Daddy, aku mau mengajukan tuntutan ke pengadi
Tiba di penthouse, Aldric hanya menceritakan sepenggal pertemuannya dengan Helen dan Alonso. Ia tidak ingin Sandra bertambah sakit hati mendengar orang tuanya tetap membela Valerie. Wanita berhijab itu hanya tersenyum miris tanpa kata.Sebelum ke kamar tidurnya, Aldric mendatangi kamar Alex. ia mengetuk dua kali pintu kamar putranya sebelum membuka pintu berwarna abu-abu tersebut. Alex sedang membaca buku saat ayahnya masuk.“Hai, Daddy ingin bicara padamu, Alex.”Alex menutup bukunya dan berkata, “Daddy ingin memarahiku karena aku memukul Auntie jahat?”Aldric mengembuskan napas panjang. Belum mulai berbicara, Alex sudah memperlihatkan wajah kesalnya. Anak kecil itu tampak begitu dewasa.“Kamu sadar telah melukai Auntie Valerie, bukan?” tanya Aldric dengan hati-hati.“Iya. Apa Daddy sadar, Auntie jahat itu juga melukai Mommy?” balas Alex dengan ketus.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Aldric menjawab, “Tidak. Dad tidak sadar Mommy terluka seperti itu.”“Jika Daddy tau, apa yang aka
“Bohong!” jerit Valerie tak terima.Alonso dan Helen kini mulai memperhatikan isi surat yang masih dipegang dokter. Demikian juga dengan orang tua Valerie. Mereka menatap putrinya, menuntut penjelasan.“Kebohonganmu telah terbongkar, Val. Mengaku saja kalau kamu mengancam dokter kecantikanmu untuk tetap mengoperasi hidungmu yang sebenarnya tidak patah,” ungkap Aldric.“Apa? Jadi kamu melakukan operasi palsu?” Helen angkat bicara.“Tidak, Mom. Mom lihat sendiri bukan? Hidungku benar-benar di operasi,” protes Valerie.“Hidungnya memang benar dioperasi. Hanya mengulang prosedur yang tidak perlu saja,” tukas Aldric.Pengusaha tersebut lalu menceritakan bagaimana Valerie merencanakan operasi tersebut. Operasi yang bisa membuat ia memiliki alibi untuk mempidanakan Alex. wajah terpana seketika terlihat dari mereka yang berada di ruang tersebut.“Gila kamu, Val,” kecam Alonso. “Kamu merencanakan itu untuk membuat cucuku diasingkan di dinas sosial?”“Tidak. Bukan begitu, Dad. Aku hanya ingin m
Helen dan Alonso kembali ke kediaman mereka. Di usia lebih dari setengah abad ini, mereka baru merasakan ketegangan dalam keluarga. Selama ini, hidup mereka terbilang sangat mapan dan jauh dari masalah.Putra satu-satunya keluarga Osborn – Aldric, dapat menjadi tumpuan harapan mereka. Tampan, cerdas, pekerja keras dan berprestasi. Apalagi Aldirc selama ini adalah anak yang sangat penurut.“Apa rencana kita sekarang?” tanya Helen sambil menyisir rambut putihnya.“Aku memiliki rencana pamungkas. Jika Valerie tidak berhasil mendekati Aldric dan Alex kembali. Kita akan menjalankan rencana itu,” ungkap Alonso.Helen menggeleng sedih. “Anak kita hanya satu, Al. Terus terang, aku tidak ingin ia semakin marah pada kita.”“Jadi kamu lebih memilih wanita itu datang dan menjadi bagian dari Keluarga Osborn?”“Tidak. Aku juga tidak menginginkan itu.”“Satu-satunya cara untuk mengembalikan Aldric kepada kita adalah dengan memisahkan putra kita itu dari istrinya.”“Iya, memang begitu. Semoga saja wa
“Aku tidak mengerti, Tuan.”“Kamu merasa tidak percaya diri karena apa? Wajahmu tampan, postur tinggi- berotot, kaya raya, sukses, apa lagi?”Marvin terdiam lalu menjawab, “Entahlah, Tuan. Setelah tau Nona Leah adalah fans Anda, saya merasa rendah diri.”Aldric mencebik. “Itu namanya kalah sebelum berjuang.”Keduanya terdiam saat Cindy masuk. Sekertaris Aldric itu mengingatkan bahwa mereka telah di tunggu di ruang rapat. Aldric dan asistennya segera bergegas menuju ruangan yang telah disiapkan untuk pertemuan tersebut.Selama rapat, Aldric melihat Marvin tetap profesional. Asisten setianya itu sama sekali tidak banyak berinteraksi dengan Leah, kecuali jika diperlukan. Hingga pertemuan berakhir, Aldric meminta Leah untuk tetap tinggal di dalam ruangan.Marvin mendengus pelan saat mendengar permintaan Aldric. Ia segera tau, Tuannya ingin mendekatkan dirinya dengan Leah. Sekilas, Aldric tersenyum penuh arti pada asistennya.“Bagaimana kabarmu, Leah? Akhir-akhir ini kamu jarang mengunjung
“Kenapa mendadak sih kamu mengundang Sandra dan Marvin ke sini?” tegur Sandra yang sedang mempersiapkan makanan di meja.Setelah mendengar kabar bahwa sahabatnya dan juga asisten Aldric akan makan malam bersama mereka, Sandra langsung sibuk menyiapkan hidangan. Untung saja suaminya memiliki chef dan beberapa pelayan, hingga memudahkan urusannya.“Mereka ‘kan sudah terbiasa makan bersama kita, My love,” kilah Aldric.“Tetapi mengapa kamu seolah mengundang mereka secara resmi?”“Mmm… itu, tidak apa-apa sih. Hanya merayakan kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan yang saat ini dipegang Leah kok,” sanggah Aldric.“Tidak. Pasti ada sesuatu,” tebak Sandra.“Jangan memaksaku, My love. Aku tidak bisa memberitahukanmu. Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkan rahasia ini.”“Janji pada siapa?”Aldric menggeleng sambil tersenyum meringis.“Marvin?” tebak Sandra.Aldric mengangguk senang. “Kamu menebaknya ya, bukan aku yang memberitahukan rahasia tersebut.”Sandra menyipitkan matanya. Ia me
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe