“Kenapa mendadak sih kamu mengundang Sandra dan Marvin ke sini?” tegur Sandra yang sedang mempersiapkan makanan di meja.Setelah mendengar kabar bahwa sahabatnya dan juga asisten Aldric akan makan malam bersama mereka, Sandra langsung sibuk menyiapkan hidangan. Untung saja suaminya memiliki chef dan beberapa pelayan, hingga memudahkan urusannya.“Mereka ‘kan sudah terbiasa makan bersama kita, My love,” kilah Aldric.“Tetapi mengapa kamu seolah mengundang mereka secara resmi?”“Mmm… itu, tidak apa-apa sih. Hanya merayakan kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan yang saat ini dipegang Leah kok,” sanggah Aldric.“Tidak. Pasti ada sesuatu,” tebak Sandra.“Jangan memaksaku, My love. Aku tidak bisa memberitahukanmu. Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkan rahasia ini.”“Janji pada siapa?”Aldric menggeleng sambil tersenyum meringis.“Marvin?” tebak Sandra.Aldric mengangguk senang. “Kamu menebaknya ya, bukan aku yang memberitahukan rahasia tersebut.”Sandra menyipitkan matanya. Ia me
Kini tiga pasang mata menatap Leah. Bahkan Sandra juga terlihat merenung untuk mengingat ucapan Leah. Sahabat Sandra itu tersenyum penuh arti.Tiba-tiba, Alex pamit karena telah selesai makan malam. “Boleh aku masuk ke kamar lebih dulu?”Sandra melirik jam tangannya. Sudah pukul sembilan malam. Alex memang sangat disiplin pada waktu kegiatannya termasuk jam istirahat.“Ayo, Mommy antar ke kamar, sayang.”Anak tampan itu berkeliling dan menyalami Aldric, Marvin dan Leah. Aldric memeluk dan mencium putranya serta mengucapkan selamat beristirahat. Setelah itu Sandra dan Alex pergi ke kamar.Leah menunggu Sandra kembali hingga bisa melanjutkan ceritanya. Mereka melanjutkan memakan hidangan penutup berupa puding jeruk yang segar. Namun kemudian, Aldric bangkit dan juga pamit.“Aku lupa. Malam ini bagianku menceritakan dongeng untuk putraku. Kalian ngobrol saja dulu ya. Aku dan Sandra akan kembali lagi setelah menemani Alex.”Marvin menjadi canggung. Sebelumnya ia bisa mengendalikan diri ka
Marvin tidak menjawab. Ia hanya memperhatikan Leah dan Sandra yang berjalan di depan mereka. Memang sayang sekali kesempatan ini jika tidak ia gunakan sebaik-baiknya.“Ehm … Anda mau membantu saya jika Nyonya tau saya mengajak pergi Leah?”“Tenang saja. Ajak Leah ke Fountain Center. Tempat itu cukup romantis dan… “Marvin langsung memotong kalimat Aldric,”Banyak kafe yang buka hingga tengah malam serta pertokoan mewah di sepanjang jalan.”“Pintar,” puji Aldric sambil merangkul bahu asistennya. “Semoga sukses.”Aldric dan Sandra mengantar tamu mereka hingga ke depan pintu penthouse. Leah mencium kedua pipi sahabatnya dan berpamitan. Marvin menganggukkan kepalanya sebagai tanda perpisahan mereka.“Sepertinya kamu kurang setuju jika Marvin dan Leah bersama, My love?” selidik Aldric. Mereka sedang membereskan ruang makan setelah jamuan makan malam.“Bukan masalah setuju atau kurang setuju. Tetapi, aku tidak mau keduanya terpaksa menjalani hubungan karena permintaan kita. Terutama Marvin y
Selesai menyelesaikan transaksi, Marvin berbincang sebentar dengan Manager Toko. Dari percakapan keduanya, Leah yakin, Marvin sudah mengenal dekat lelaki tersebut. Bahkan pegawai toko, menyuguhkan minuman dan makanan ringan untuk mereka.“Salam saya untuk Tuan Aldric,” ucap Manager Toko.“Akan saya sampaikan.”“Oh ya, kenalkan. Ini Leah. Sahabat Nyonya Sandra.”Manager Toko mengangkat kedua alisnya. “Sahabat Nyonya Sandra? Wah, salam kenal Nona Leah. Saya Renard.”Leah mengangguk santun. Mereka berjabatan tangan. Renard terlihat cukup antusias mengetahui bahwa Leah juga berdarah Indonesia seperti Sandra.“Nyonya Sandra pernah bercerita tentang mutiara Lombok. Aku ingin sekali datang ke Lombok dan melihat langsung budidaya mutiara di sana.”Sahabat Sandra itu mengangguk antusias. “Anda yang menggemari perhiasan, pasti akan tertarik dan terpesona dengan cantiknya Mutiara Lombok.”“Jangan begitu. Pekerjaanku sedang banyak dan kamu membuatku tidak sabar untuk pergi ke Lombok,” desah Renar
“Jadi semalam pulang jam berapa? ke mana saja?” cecar Sandra saat Leah melakukan video call dan menceritakan yang ia lakukan dengan Marvin semalam.“Duh Buu… pagi-pagi merepet macam emak-emak di Indonesia,” kekeh Leah.“Kalau kamu nggak mau aku ngomel panjang lebar, cepat ceritakan,” tukas Sandra.Sepuluh menit berikutnya, Leah menceritakan kebersamaannya dengan Marvin semalam. Hingga akirnya lelaki itu memberikannay hadiah berupa gelang. Gelang cantik di tangan Leah langsung menarik perhatian Sandra.“Mengapa kamu terima hadiah itu?” tanya Sandra penasaran.“Nggak sopan dong kalau aku menolaknya. Lagipula Marvin bilang ini hadiah pertemanan kami.”“Modus! Bilang saja kamu mulai suka pada Marvin.”“Wajar kalau aku suka. Marvin tampan, pekerja keras dan sukses. Baik hati dan juga sangat perhatian.”“Entahlah, Le. Coba pikirkan lagi. Kalian tidak satu iman. Apa kamu tidak mengambil hikmah dari hubunganku dengan Ivan dulu?”Leah terdiam mendengar pertanyaan sahabatnya. Dulu saat Sandra d
“Cup.” Aldric mendaratkan kecupan ringan di bibir istrinya. “Iya, aku tau. Ngambek kenapa?” imbuhnya lagi.Mata Sandra menatap tubuh Aldric yang berbalut kemeja yang menonjolkan otot-otot tubuhnya. Haruskah ia mengatakan bahwa ia tak rela otot-otot itu dilihat wanita lain? Apakah itu berlebihan?“Cup.Cup.” Aldric kembali mengecup bibir istrinya. “Kenapa diam saja?”Sandra menggeleng. Mulutnya tetap memberengut manja. Kesal, tetapi bingung mnegutarakannya.Aldric kini melipat tangannya di perut. Sontak saja, otot-otot tubuhnya terutama bagian lengan dan dada semakin terlihat jelas. Sandra tak menampik bahwa ia mengagumi tubuh Sang Suami.“Kemejaku? Kamu tidak suka aku menggunakan kemeja ini? tanya Aldric saat melihat Sandra menatap tubuhnya tanpa jeda.Lelaki tampan itu segera membuka kemejanya. “Ya sudah. Aku lepas saja kemejanya.”Sandra menahan napas melihat dada polos Sang Suami. Jantungnya berdebar kencang. Sepertinya gairah wanita sedang merasuki Sandra.“Lalu, aku pakai kemeja a
Aldric mengerutkan kening. Lelaki itu menatap cermin di sampingnya. Penampilan sempurna dengan tubuh berotot hasil dari latihan olah tubuh selama bertahun-tahun.“Ada apa dengan otot-ototku? Bukankah memang sudah seperti ini sejak kita bertemu?” tanya Aldric heran.Sandra menjawab ketus, “Aku nggak mau kamu pamer otot di depan wanita-wanita karir di kantor.”“Pamer?” Aldric kembali mematut dirinya di depan cermin. Kemudian ia mengerti apa yang membuat istrinya kesal.Sambil menahan tawa, Aldric berkata, “Cemburu ya, aku diperhatikan wanita-wanita karena tubuh bagusku ini?”“Bangga ya diperhatikan wanita-wanita ?” sindir Sandra dengan nada kesal.“Ya Allah. Menggemaskan sekali istriku ini,” ucap Aldric. Dengan gemas ia menangkup wajah Sandra dan menciumi setiap sisinya.Sandra berusaha menjauhkan wajahnya dari bibir Aldric. Namun dua tangan yang melingkari pinggangnya malah semakin mengetat. Akhirnya ia pasrah menerima hujan ciuman lagi.“Aldric, sudah!” protes Sandra.“Senyum dulu!”“
“Iya, pakai yang itu saja,” titah Aldric.Sandra menurut. Ia memakai lip balm. Tetapi kemudian, diam-diam memoles bibirnya dengan lipstick lain.Setelah selesai berdandan, Sandra menata hijabnya. Harus dipastikan tidak ada anak rambutnya yang keluar dan inner hijabnya tidak miring. Puas dengan penampilannya, wanita itu membereskan perlengkapan make up, lalu tersadar lelaki di sampingnya terus memperhatikan.“Kenapa?” tanya Sandra.“Cantiik,” puji Aldric.“Biasa aja,” sahut Sandra.“Apanya biasa saja?”“Yaah … aku itu biasa-biasa aja. Nggak cantik, nggak jelek.”“Yakin menurutmu begitu?”Sandra mengangguk. Matanya melirik jalanan. Sebentar lagi mereka sampai di gedung perkantoran mewah milik Keluarga Osborn.“Aku sudah mengagumi kecantikanmu sejak di Bali. Sekedar mengagumi sosok wanita cantik, cerdas dan sangat ramah,” ungkap Aldric.“Aku sangat kaget saat tau aku harus mendampingi pengusaha dari Inggris. Dan ternyata itu, kamu. Deg-degan rasanya. Untung, aku hanya berurusan dengan Ma
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe