Share

Bab 49

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 22:02:26

Satu tahun setelah aku menjatuhkan talak satu kepada Puspa, akhirnya aku resmi menceraikan Puspa secara negara maupun agama. Setelah melewati proses yang cukup panjang  mulai dari sholat istikharah untuk memutuskan pilihan ini agar Allah memberikan petunjuknya untukku. Namun yang ada dalam bayanganku hanyalah Desi, dan Desi. Wanita yang kini telah menghilang bagiankan di telan bumi. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri pernikahanku dengan Puspa.

Pernikahan yang dibangun hanya karena rasa kasian, tidak mungkin menemukan sebuah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Umi sempat jatuh sakit karena keputusan yang telah aku ambil untuk mengakhiri rumah tanggaku dengan Puspa. Hingga membuat penyakit darah tinggi Umi berakhir dengan struk ringan.

Banyak hal yang telah berubah setelah kepergian Desi dalam hidupku. Umi yang kini mulai menerima kehadiran Mariyah, Puspa yang masih tetap baik kepadaku dan juga Mariyah meskipun

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 50

    Mariyah sudah tertidur di bangku belakang mobil. Meletakan kepalanya dipangkuan Puspa. Sejak berangkat dari rumah, gadis kecilku tidak berhenti berceloteh. Akhirnya di pertengahan jalan Mariyah sudah kelelahan terlebih dahulu, sementara perjalanan yang harus kami tempuh masih sekitar dua jam lagi.Suasana terasa begitu hening. Puspa mengusap lembut rambut pajang Mariyah, gadis kecilku telah menanggalkan kerudungnya semenjak berangkat tadi. Sesaat mata Puspa menatap ke arah luar jendela, menatap pada deburan ombak yang menghempas pada embatas jalan setiap kali ombak itu berlarian."Puspa!" tanyaku menatap wajah Puspa dari kaca spion mobil. Wanita itu menoleh ke arahku. "Bagaimana dengan Hamzah, bukankah dia pria yang sholeh juga," ucapku.Beberapa bulan yang lalu Puspa bercerita kepadaku tentang seorang pria rekan kerjanya yang ingin meminangnya menjadi istri dan ibu dari kedua anaknya. Hamzah adalah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 51

    Setalah Mariyah sudah puas bermain-main. Aku memutuskan untuk segera kembali ke Cilegon. Hatiku kacau, hingga membuat setiap orang yang aku lihat adalah Desi. Sungguh ini membuatku samakin gila!Gadis kecilku kembali tertidur di dalam mobil. Mungkin dia sangat lelah sudah bermain seharian di tempat permainan anak-anak. Puspa masih mengusap lembut rambut Mariyah dalam pangkuannya."Mas, menikahlah lagi. Jika kamu menikah lagi pasti bayangan Desi perlahan akan menghilang dari pikiranmu," ucap Puspa memecah keheningan. Wanita itu menatap lekat wajahku dari pantulan kaca spion mobil.Kutatap wajah' wanita berkerudung purpel itu dari kaca spion, aku tersenyum kecil. "Kamu saja yang duluan menikah' dengan Hamzah, nanti baru aku cari jodoh lagi," ledekku dengan tersenyum simpul."Mas, Mas malah bercanda!" sahutnya berpaling menatap ke arah jendela.Setalah selesai mengantar Puspa ke rumahny

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 52

    Tawa renyah gadis kecil di depan teras rumah Abi mengalihkan perhatianku. Kuseka airmata yang mengenang di sudut mata. Gadis kecil dengan gamis merah muda dan kerudung senada itu mengetarkan hatiku.Kulangkahkan kakiku dengan tubuh bergetar. Akhirnya, aku bisa melihat putriku dari dekat. Biasanya aku hanya melihatnya sekilas tak berani mendekatinya.Suasana begitu lengang. Tidak ada siapapun di sekitar rumah Umi. Hanya ada Mariyah yang sedang asyik bermain boneka di teras rumah.Aku duduk bersimpuh di samping Mariyah. Gadis itu menatapku lekat. Wajahnya ayu, netranya jeli, mirip sekali denganku. Aku sungguh tidak sanggup menahan kerinduan ini."Ustadzah Salma!" ucapnya kepadaku.Sesaat aku terdiam dengan perasaan yang campur aduk. "Bu-bukan Nak, aku bukan Ustadzah Salma," sahutku dengan suara bergetar. Padanganku telah berkabut sedari tadi, namun sekuat tenaga aku menahan airmataku agar ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 53

    POV PuspaLega!Itu yang pertama kali aku rasakan ketika Gus Al menceraikanku. Pernah terpenjara dalam cinta yang rumit hingga hampir saja menengelamkanku dalam dosa kemunafikan.Rasa cinta yang salah, harus membuatku melukai Desi. Yang kini entah di mana keberadaannya. Memisahkan Mariyah, gadis kecil yang tak berdosa itu dengan ibu kandungnya. Aku sungguh menyesal akan kedzalimanku di masa lalu. Meskipun aku terus berusaha mencari keberadaan Desi, tapi usahaku sama sekali tidak membuahkan hasil.Berdamai dengan diri sendiri adalah salah satu caraku untuk menerima apapun yang Allah kehendaki atas takdir di hidupku. Karena aku yakin, Allah maha mengetahui yang terbaik untuk hambanya.Tidak bisa aku pungkiri, rasa cintaku kepada anak kecil tidak pernah pudar. Karena aku sadar, seumur hidupku, aku tidak akan pernah memiliki keturunan yang sangat aku dambakan dan ini seperti sebuah hukum

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 54

    POV DESISebuah undangan dengan sampul merah muda tergeletak diatas meja bang Amar. Rasa penasaran mendesak ku untuk meraih undangan yang tertuliskan nama Hamzah dan ... Entah siapa, undangan itu tertutup beberapa Map di atas meja bang Amar. Hingga bagian nama Hamzah saja yang dapat kulihat."Desi!" Panggil bang Amar yang baru masuk keruangannya."Eh, iya Bang," sahutku tergeragap. Kemudian membenarkan posisiku."Oh, kamu lihat undangan ini." Bang Amar yang baru sampai di meja kerjanya segera meraih undangan itu.Membacanya sekilas, kemudian menatapku. "Kamu mau kan temenin aku datang ke pernikahan Hamzah!" Pintanya."Aku!" Aku terkejut.. menunjuk pada diriku."Iya Desi, Kamu!"Pria itu menjatuhkan bokongnya di kursi, kemudian menyandarkan tubuhnya. "Pokoknya kamu harus ikut titik, ini perintah." Decaknya tanpa perduli dengan j

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 55

    Aku mengeliatkan tubuhku. Tetapi lingkaran lengan kekar pada pinggangku justru semakin erat. Aku menoleh pada pria yang terus memejamkan matanya disampingku, nafasnya terdengar teratur namun mengapa tangannya susah sekali aku lepaskan."Abi, lepasin sih! Bunda mau bangun!" rangeku manja."Entar sih Bun, Mariyah kan belum bangun." Sahutnya malas."Ini sudah siang Abi, emang Abi ngak kerja.""Kerja sih, tapi nanti." Sahutnya masih dengan posisi yang tak bergerak.Akhirnya aku bisa bernafas lega, bisa memiliki Gus Al seutuhnya. Sepertinya Allah sudah mengembalikan yang sempat hilang dari hidupku.Setelah pertemuan kami di pernikahan Puspa membuatku dan Gus Al kembali rujuk dan memperbaiki hubungan kami.Tak hanya itu, umi pun sekarang begitu baik kepadaku, meskipun kondisinya tak seperti dulu lagi. Semua itu tidak lebih karena kebaikan Allah kepad

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 56

    POV Mariyah.'Pelacur bukanlah sebuah penyakit menurun dan aku tidak yakin jika yang kulihat saat ini adalah benar. Pasti ini hanyalah perasaanku saja."Mariyah, ada apa!" Uma menepuk bahuku, membuatku sedikit terkejut."Ngak Uma, nggak apa-apa kok!" sahutku masih tertuju pada bekas lisptik yang menempel pada baju Bang Arsya. Pria yang menikahiku beberapa bulan yang lalu.Noda itu tidak terlalu jelas. Namun aku bisa melihatnya dengan nyata karena kemeja itu berwarna putih. Warna merah seperti bibir seorang wanita."Mungkin Mariyah sangat merindukan aku, Uma!" ledek pria itu membuatku tersenyum getir.Khadijah yang berjalan di belakang punggung Bang Arsya segera mendahului, menyalami aku dan Uma bergantian. Kemudian berlalu masuk ke dalam kamarnya.Uma mengekori khadijah, meninggalkan aku dan Bang Arsya. Mungkin ia sengaja' memberika

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 57

    "Mariyah, kenapa murung?"Aku tersentak saat mendapati Uma tiba-tiba muncul di belakang punggungku. Segera kumasukkan kemeja berwarna putih dengan noda lipstik itu di ke dalam ember yang berisi air ditergen."Tidak Uma!" sahutku melemparkan senyuman kepada wanita yang sudah menemaniku setelah kepergian Abi dan bunda. Uma sudah kuanggap seperti orang tuaku sendiri."Jangan kebanyakan melamun, nanti kesambet loh!" ledek Uma meneruskan kegiatannya di dapur. Sesaat ia melemparkan senyuman kecil padaku."Sebenarnya siapa kekasih gelap Bang Arsya. Apakah Khadijah!" batinku mencoba untuk menerka. "Sepertinya hubungan mereka sudah kelewat jauh atau jangan-jangan justru orang lain," batinku kian mengembara.Aku teringat dengan alat kontrasepsi yang aku temukan di dalam koper milik Bang Arsya. Semua terkaan buruk memenuhi otakku. Bayangan menjijikkan itu terus mercuni hatiku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04

Bab terbaru

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Ekstra Part

    Enam tahun kemudianMeskipun masih berusia tujuh tahun. Tapi kemampuan Ais menjadi hafiz Alquran tidak perlu diragukan lagi. Gadis kecil itu pernah menjuarai lomba Hafiz tingkat nasional dan mendapatkan juara satu."Ais, jangan lupa beroda ya!" tuturku seraya mengusap kerudung yang Ais kenakan."Iya Bude," sahutnya dengan nada semangat.Tangan Ais menggapai-gapai ke arahku yang duduk di sampingnya."Ais mau apa?" tanyaku menyetuh tangan Ais."Aku ingin memegang perut Bude!" sahutnya.Aku tersenyum lebar pada Ais, lalu mengarahkan tangan kecilnya menyentuh perutku yang sudah membesar."Adek, doakan Kakak Ais ya!" ucap gadis kecil yang mengenakan kerudung berwarna merah muda itu.Aku tersenyum kecil, megusap perutku yang membesar. Kemungkinan beberapa hari lagi aku akan segera melahirkan.

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 89

    Prank!Ponsel yang menempel pada telinga Bilal tiba-tiba terjatuh. Begitu juga dengan tongkat yang menyangga tubuh Bilal. Lelaki itu terhuyun jatuh bersandar dari pada dinding tembok dan terisak."Bilal!" Uma berhambur menghampiri Bilal. Begitu juga dengan aku dan Dejah. Serta beberapa orang yang sedang membantu di rumah untuk mempersiapkan pesta pertunangan adik bungsuku, Dejah."Bilal, ada apa?" Uma panik melihat keringat dingin bercucuran dari tubuh Bilal yang menangis."Abang, ada apa Bang!" Dejah yang berada di samping kanan Bilal pun terlihat panik."Mang sholeh, tolong ambilkan minum! Kalian mundur berikan udara untuk Bilal," ucapku pada beberapa orang yang mengerumuni Bilal.Beberapa saat kemudian mang Soleh menyodorkan segelas air putih kepadaku dan aku segera memberikannya kepada Bilal."Minum dulu Bilal!" ucapku membantu Bilal untuk meneguk air

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 88

    Aku berdiri di samping ranjang Bang Arsya. Menjatuhkan tatapan lekat pada lelaki bertubuh kurus yang terbaring lemas di atas ranjang. Sementara Yuma, terus saja terisak melihat' kondisi Bang Arsya yang semakin kritis."Kata Dokter, Bang Arsya masih terpengaruh dengan obat bius. Bersabarlah dulu, nanti setelah efek dari obat bius itu habis pasti Bang Arsya akan siuman," dustaku menenangkan Yuma. Aku tidak ingin Yuma semakin menyiksa dirinya jika mengetahui keadaan Bang Arsya yang sesungguhnya.Wanita dengan gamis lusuh berwarna kecoklatan itu mengangguk lembut seraya mengusap pipinya yang basah."Makanlah dulu, pasti Ais juga lapar," ucapku mengingat Yuma pada balita yang masih menggantungkan air susunya."Tapi Bang Arsya!" Yuma menjatuhkan tatapan ragu padaku. Rasa sayang pada Bang Arsya tergambar jelas pada wajah Yuma."Tenang saja! Biar aku yang menjaga Bang Arsya," sahutku tersenyum pad

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 87

    Keadaan Bilal masih sama seperti dulu. Seumur hidupnya ia akan menjadi seorang lelaki yang lumpuh. Tapi sedikitpun Bilal tidak pernah mengeluhkan keadaannya. Lelaki yang menjadi tongkat estafet pondok harus berganti padaku. Kini akulah yang meneruskan dakwah keluar kota setiap kali ada undangan yang datang."Kak!" Bilal yang berjalan menghampiriku menuju teras rumah."Apa Bilal!" sahutku masih berfokus pada layar ponsel. Mengecek jadwal undangan yang sudah masuk."Sepertinya kakak harus menghentikan dakwah kakak!" tutur Bilal dengan suara parau.Seketika aku mengalihkan tatapanku pada lelaki yang duduk pada bangku di sampingku."Kakak butuh seorang pendamping. Kakak adalah wanita, dan sebaik-baiknya wanita adalah berada di dalam rumah," imbuh Bilal terdengar seperti sedang menasehatiku.Aku meletakkan ponsel di atas meja yang membelah antara aku dan Bilal. "Bilal, ini buka

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 86

    "Yuma!" Bang Arsya tercekat melihat kehadiran wanita berbadan dua yang berjalan menuju ke arah meja kami.Yuma menjatuhkan tubuh duduk pada bangku. Wajahnya terus saja menunduk tidak berani menatap kepadaku ataupun Bang Arsya."Maksud kamu apalagi, Mariyah?" Rahang Bang Arsya mengertak menatap tajam kepadaku.Aku membisu dengan membalas tatapan datar pada Bang Arsya. "Beberapa waktu lalu vonis mengejutkan datang dari Bilal. Dokter Iman mengatakan bahwa Bilal mengalami kelainan genetik. Dimana Bilal di katakan mandul seumur hidup.""Apa?" Bang Arsya mengerang menekan meja dengan kedua tangannya. Menatap padaku dan juga Arsya dengan tatapan tajam."Jangan gila kamu, Mariyah?" desis Bang Arsya bangkit dengan wajah merah menyala."Gila bagaimana, Bang?" sergahku mendongak dengan rahang menggertak."Apakah kamu saat ini sedang menuduhku?" kelakar Bang Arsya. Ur

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 85

    Kuedarkan pandanganku ke sekeliling kafe tempatku berada. Pesan yang sudah kukirimkan pada Bang Arsya masih saja bercentang satu. Apakah Bang Arsya membohongiku lagi. Aku mendengus berat, aku harap ini hanyalah rasa kekhawatiranku saja.Sebuah tangan tiba-tiba menutup kedua mataku. Aku terkejut untuk sesaat. Aroma maskulin yang bergitu akrab dengan indera penciumanku membuatku tidak kesulitan untuk menebak siapa yang berada di belakang punggungku."Abang!" ucapku."Mariyah!" Bang Arsya melepaskan tangan yang menutupi kedua mataku. "Kok kamu tahu kalau itu, Abang!" serunya memutar tubuh bejalan menuju bangku yang berada di samping kiriku. Senyuman merekah pada kedua sudut bibir Bang Arsya.Meja kafe yang berbetuk persegi memiliki empat bangku pada setiap mejanya. Dengan beberapa lampu yang menggantung di setiap atas meja. Jika malam, kafe ini akan terlihat semakin indah dengan beberapa lampu hias yang lainy

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 84

    "Baiklah jika Kakak sudah siap untuk mendengarkan!" Ucapan Bilal terdengar bagitu aneh sekali. Membuat jantungku semakin berdebar karena penasaran."Lelaki yang sudah menghamili Yuma adalah suami Kak Mariyah, Bang Arsya!""Apa?" Aku tercekat, jantungku seperti copot dari tempurungnya. Tubuhku bergetar hebat dan lidahku pun terasa kelu. Hal ini sungguh sangat sulit untuk dipercaya.Aku kira perselingkuhan Bang Arsya dengan wanita asing itu sudah cukup mengguncang diriku. Kini sebuah fakta baru yang lebih buruk dari apa yang terlintas dalam benakku membuat aku semakin hancur.***"Bagaimana pengacara Ruhut, semua pelimpahan berkas atas nama saya sudah selesai kan?" tanyaku pada pengacara yang sudah membantuku untuk melimpahkan berkas perusahaan atas namaku. Karena, meskipun berkas-berkas itu ada di tanganku. Tapi berkas-berkas itu atas nama Bang Arsya, sesuai pemilik pertama.

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 83

    "Untuk mendapatkan surga bagi seorang wanita itu menurutku sangat mudah. Hanya perlu taat pada suami, menjaga harta dan kehormatannya saat suami tidak ada, lalu melaksanakan salat lima waktu dan puasa." Aku melirik kepada Yuma yang mulai gelisah dengan nasehatku."Tapi pada kenyataannya masih banyak wanita yang gugur menjalankan hal ini." imbuhku tersenyum sinis, mungkin lebih menertawai diriku sendiri."Maaf Bang, mungkin aku belum bisa melakukan yang seperti Abang mau," tutur Yuma terdengar sendu."Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, Yuma. Aku sudah menimbang semuanya. Aku sudah menjalankan salat istikharah agar aku tidak salah dalam melangkah dan aku sudah memutuskan semuanya dengan matang dan terbaik," ucapku dengan suara bergetar menahan tangis.Yuma menaikkan kedua alisnya menatap kepadaku. "Keputusan tentang apa, Bang!" tanya Yuma dengan sorot mata penasaran."Maaf jika beberapa wa

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 82

    POV BILAL"Bapak sudah bisa pindah dari kursi roda! Tapi Bapak harus tetap berhati-hati ya jika menggunakan tongkat ini!" tutur suster Hani kepadaku dengan ramah.Aku mengangguk lembut. Wanita yang mengenakan seragam putih itu membantuku kembali duduk di tepi ranjang.Semenjak kejadian itu, aku kehilangan banyak hal. Aku harus kehilangan satu kakiku yang mendadak lumpuh, sebuah kenyataan bahwa aku mandul, dan kenyataan yang lebih pahit adalah bahwa wanita yang sangat aku sayangi ternyata sudah berkhianat kepada aku. Allah seperti membuka mataku, bahwa hanya pada Allah lah sebaik-baiknya tempat bergantung, bukan manusia."Baik suster Hani. Percayalah padaku, pasti aku akan sangat berhati-hati sekali," tuturku membalas ucapan suster Hani dengan senyuman."Kita tinggal menunggu kabar dari Dokter Iman. Jika beliau sudah mengizinkan Bapak Bilal pulang. Kemungkinan besok Bapak sudah diperbolehka

DMCA.com Protection Status