Share

Bab 29

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 06:24:02

Bruak!

"Ayah!" pekikku melihat pria yang kini berjalan semakin mendekat ke arahku.

Tubuhku tiba-tiba begitu lemas tak bertenaga. Kumundurkan tubuhku hingga tersudut di ruangan itu. Wajahku setika pias, aku masih setia mengigit bibir bawahku menahan rasa takut yang medera.

"Apa kabar sayang? Sudah bertahun-tahun kita tidak berjumpa," ujarnya melangkahkan kakinya perlahan ke arahku.

Dadaku semakin bergemuruh dengan rasa ketakuatan yang mengaduk-aduk.

"Kamu mau apa?" Kuacungkan tas yang berada di tanganku kepadanya.

"Mau apa? Cuma mau main-main saja sebentar saja kok," serunya menyungingkan senyuman sinis.

"Jangan macam-macam atau aku akan berteriak!" ancamku dengan jantung yang semakin berpacu.

"Haha ... Teriaklah sekuatmu Desi, karena di sini tidak akan ada yang mampu mendengarkan teriakkanmu itu." 

Seketika butiran be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 30

    Nafasku hampir tersengal, bisa kurasakan debaran jantungku begitu cepat sekali. Sungguh aku tidak sanggup melihat keadaan Desi yang bersimbah darah. Seoalah aliran darahku juga terhenti seketika dan tubuhku sesat terasa membeku.Aku berlari cepat menuju mobil. Hingga rambut panjang Desi dalam gendonganku itu terus saja berkibar tersibak oleh angin.Kududukan Desi di bangku samping kursi kemudi. Wajah yang dipenuhi aliran darah itu lamat lamat berubah memucat."Des! Kuat ya sayang! Kita berobat," tuturku panik.Segera aku menyalakan mobilku dan memacunya menuju rumah sakit terdekat di kota Anyer. Tapi sialnya aku baru ingat, rumah sakit itu hanya ada di kota Cilegon dan aku harus menempuh waktu satu jam perjalanan.Perjalanan satu jam itu bagaikan setahun lamanya. Sudah kuinjak gas mobilku dalam-dalam tapi masih saja mobil yang kukendarai belum tiba di rumah sakit umum kota Cilegon."Sabar ya sayang," ucapku kepada Desi yang masih tak s

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 31

    POV DESIAku masih meringkuk di atas ranjang. Sejak tadi pagi. Perutku bagaikan diaduk-aduk, terasa mual sekali. Kepalaku pun terasa berat seolah sedang memikul beban berton-ton yang diletakan di atas kepalaku.Aku masih terjaga, meskipun netraku masih terus terpejam. Kudengar langkah kaki Abi yang semakin mendekat ke kamarku dan aku masih bisa merasakan getaran pada ranjangku saat Abi menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang dengan sangat pelan sekali."Kamu sakit?" tanya Abi kepadaku."Ngak Abi, cuma masuk angin aja!" sahutku tanpa menoleh ke arah Abi.Karena rasa mual ini begitu mengaduk-aduk.Sejak fajar, setelah selesai sholat subuh aku memilih untuk tidur kembali. Tidak seperti biasanya, aku menghabiskan waktuku untuk mengulang hafalanku yang dibimbing langsung oleh Abi. Tapi hari ini rasanya tubuhku seolah lemas tak bertenaga.Berhubung badanku yang seoalah tidak bisa diajak kompromi. Serta entah sudah berapa kali aku bolak balik ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 32

    "Umi, mau mampir dulu nggak?" tanyaku hati-hati setelah mobil sedan yang kami tumpangi tiba di halaman rumahku."Ngak!" sahut Umi singkat namun terdengar ketus. Ia pun sama sekali tidak melihat padaku. Wajahnya berubah acuh dan membuang tatapannya padaku.Aku hanya menggangguk, sepertinya mood Umi memang sedang berantakan.Bergegas aku menuruni mobil milik Umi dan berjalan menuju teras rumahku. Sesaat langkah kakiku terhenti ketika pendengarku menangkap suara tawa Puspa yang berderai derai saling bersahutan dengan suara Abi.Kuletakkan tanganku menyentuh dadaku, rasanya sakit. Aku menghirup udara sebanyak mungkin agar rasa sesak ini sendikit berkurang. Setelah itu aku segera melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah. Semakin dalam aku melangkah kaki, suara cekikikan Puspa semakin jelas masuk ke dalam telingaku dan itu membuat hatiku terasa perih."Desi!" panggilnya kepadaku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 33

    POV Puspa.Aku masih terduduk lemas di ruang tunggu. Kudengar tangis haru Desi dan Abi di ruang pemeriksaan. Namun, bukan bahagia yang aku rasakan, justru rasa sakit yang kian menyayat hati, kenapa aku tidak bisa seperti itu, rutukku pada diri yang menyedihkan ini.Kuseka air mata yang memenuhi sudut netra. Aku tidak mau ada satupun yang melihat lukaku. Aku berjalan menuju ruang pemeriksaan yang hanya disekat oleh kain berwarna hijau dari ruang tunggu. Kulihat Abi menghujani ciuaman di wajah Desi yang masih berbaring di badpasien. Nyeri! Aku masih menyentuh dadaku yang sekarat melihat suamiku menciumi wanita pilihanku itu."Uma, Desi hamil Uma!" ucap Abi penuh binar melihat kedatanganku."Iya Abi, selamat ya!" balasku dengan tersenyum bahagia menatap ke arah Desi yang masih terharu.Beberapa hari setelah kejadian itu. Abi semakin mengabaikanku dan lebih memperhatikan Desi. Bahk

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 34

    Sayu sayu suara adzan subuh membuatku terbangun, entah sejak kapan aku tertidur. Yang aku ingat semalam Abi meninggalkanku karena pertengkaran kami. Baru pertama kali ini selama pernikahanku terjadi keributan. Biasanya kami saling mengalah satu sama lain setiap ada masalah diantara kami.Aku menuruni ranjangku, melangkahkan kakiku menuju pintu kamar. Hatiku terus penasaran dengan siapa Abi melewati malamnya semalam. Kubuka pintu kamarku, kulihat pintu kamar Desi yang terletak berhadapan dengan kamarku masih tertutup. Aku memutar tubuhku hendak masuk kembali ke dalam kamar. Batinku masih sakit saat Gus Al lebih mementingkan Desi daripada aku. Namun aku juga sangat merindukan pria itu."Teteh!" panggil Desi sontak membuatku terkesiap.Kulihat wanita itu baru saja datang dari arah dapur membawa segelas susu hangat di tangannya. Terlihat dari kepulan asap yang menyeruak ke udara.'Tumben, Desi bikin susu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 35

    "Kalau datang bulan ibu terakhir kapan?" tanyanya lagi padaku.Aku diam sejenak mendengar pertanyaan Dokter itu. Sepertinya aku tau kemana arah pembicaraannya kali ini. Tapi bukankah Dokter spesialis kandungan telah memvonisku bahwa aku tidak akan bisa memiliki anak."Ibu!" Panggilnya lagi membuatku tersadar dari lamunan.Tersadar kalau aku sudah hampir seminggu lebih belum datang bulan."Sepertinya semingguan, Dok!" ucapku seraya menatap manik coklat pada wanita itu.Jantungku terus bergemuruh, menanti aksara yang akan diucapkan wanita yang sedang tersenyum ramah kepadaku."Selamat ya ibu, anda positif hamil."Deg!"Dok, anda tidak sedang bercanda kan?" tegasku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Dokter katakan padaku."Tidak Bu, ibu memang positif hamil," tukasnya menujukan sebuah alat tes keh

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 36

    Masih POV Desi.Kulalui hari-hariku dengan bahagia. Menikmati kehamilanku yang kian membesar. Tidak ada lagi rasa iri atau penyakit hati lainnya yang menyelinap masuk di dalam hatiku. Yang ada hanya rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepadaku dan mengumpulkanku dengan orang-orang yang sholehSemenjak Puspa hamil, Abi meminta gadis berkulit putih itu untuk berhenti dulu dari aktivitas bekerjanya. Alasannya sama, Abi hanya ingin menjaga kandungan Puspa dan juga ibunya.Semakin hari Puspa semakin baik kepadaku. Begitu juga denganku. Bagaikan memiliki seorang kakak perempuan yang saling menyayangi.Tetapi perhatian Umi masih tetap sama. Mertuaku itu lebih menyayangi Puspa daripada aku. Tidak apalah, semua ini hanyalah butuh waktu saja.Seperti halnya suatu pagi beberapa hari yang lalu. Saat itu aku sedang sibuk menonton televisi di ruang tengan rumah kami. Perutku yang mulai membesar memang paling nyaman untuk bermalas malasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 37

    POV UMIKabar kehamilan Puspa bagaikan mukjizat yang Allah berikan kepada keluargaku. Setelah harapanku untuk menimang cucu pupus. Justru Allah menunjukkan kebesarannya lewat kehamilan Puspa yang serasa tidak mungkin namun justru terjadi.Aku berjanji pada diriku sendiri akan menjaga kehamilan Puspa sebaik mungkin. Karena anak yang terlahir dari keturunan keluarga yang baik pasti akan tumbuh menjadi anak yang baik pula.Maka dari itu, dulu aku begitu selektif memilihkan jodoh untuk Al. Mulai dari agamanya, kekayaanya, kecantikannya, serta nasabnya yang jelas. Dan semua itu ada dalam diri Puspa. Agar jika mereka memiliki keturunan dapat terlahir anak anak yang baik pula akhlaknya.Sementara Desi, tetap saja aku tidak menyukai wanita itu. Mungkin setelah bayi itu lahir, aku akan tetap mengambil anak itu sekalipun Puspa telah memiliki anak bersama Al. Bagaimanapun bayi itu tidak memiliki dosa sedikitpun. Dan nasib Desi tetap dengan keputusan awalku. M

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29

Bab terbaru

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Ekstra Part

    Enam tahun kemudianMeskipun masih berusia tujuh tahun. Tapi kemampuan Ais menjadi hafiz Alquran tidak perlu diragukan lagi. Gadis kecil itu pernah menjuarai lomba Hafiz tingkat nasional dan mendapatkan juara satu."Ais, jangan lupa beroda ya!" tuturku seraya mengusap kerudung yang Ais kenakan."Iya Bude," sahutnya dengan nada semangat.Tangan Ais menggapai-gapai ke arahku yang duduk di sampingnya."Ais mau apa?" tanyaku menyetuh tangan Ais."Aku ingin memegang perut Bude!" sahutnya.Aku tersenyum lebar pada Ais, lalu mengarahkan tangan kecilnya menyentuh perutku yang sudah membesar."Adek, doakan Kakak Ais ya!" ucap gadis kecil yang mengenakan kerudung berwarna merah muda itu.Aku tersenyum kecil, megusap perutku yang membesar. Kemungkinan beberapa hari lagi aku akan segera melahirkan.

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 89

    Prank!Ponsel yang menempel pada telinga Bilal tiba-tiba terjatuh. Begitu juga dengan tongkat yang menyangga tubuh Bilal. Lelaki itu terhuyun jatuh bersandar dari pada dinding tembok dan terisak."Bilal!" Uma berhambur menghampiri Bilal. Begitu juga dengan aku dan Dejah. Serta beberapa orang yang sedang membantu di rumah untuk mempersiapkan pesta pertunangan adik bungsuku, Dejah."Bilal, ada apa?" Uma panik melihat keringat dingin bercucuran dari tubuh Bilal yang menangis."Abang, ada apa Bang!" Dejah yang berada di samping kanan Bilal pun terlihat panik."Mang sholeh, tolong ambilkan minum! Kalian mundur berikan udara untuk Bilal," ucapku pada beberapa orang yang mengerumuni Bilal.Beberapa saat kemudian mang Soleh menyodorkan segelas air putih kepadaku dan aku segera memberikannya kepada Bilal."Minum dulu Bilal!" ucapku membantu Bilal untuk meneguk air

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 88

    Aku berdiri di samping ranjang Bang Arsya. Menjatuhkan tatapan lekat pada lelaki bertubuh kurus yang terbaring lemas di atas ranjang. Sementara Yuma, terus saja terisak melihat' kondisi Bang Arsya yang semakin kritis."Kata Dokter, Bang Arsya masih terpengaruh dengan obat bius. Bersabarlah dulu, nanti setelah efek dari obat bius itu habis pasti Bang Arsya akan siuman," dustaku menenangkan Yuma. Aku tidak ingin Yuma semakin menyiksa dirinya jika mengetahui keadaan Bang Arsya yang sesungguhnya.Wanita dengan gamis lusuh berwarna kecoklatan itu mengangguk lembut seraya mengusap pipinya yang basah."Makanlah dulu, pasti Ais juga lapar," ucapku mengingat Yuma pada balita yang masih menggantungkan air susunya."Tapi Bang Arsya!" Yuma menjatuhkan tatapan ragu padaku. Rasa sayang pada Bang Arsya tergambar jelas pada wajah Yuma."Tenang saja! Biar aku yang menjaga Bang Arsya," sahutku tersenyum pad

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 87

    Keadaan Bilal masih sama seperti dulu. Seumur hidupnya ia akan menjadi seorang lelaki yang lumpuh. Tapi sedikitpun Bilal tidak pernah mengeluhkan keadaannya. Lelaki yang menjadi tongkat estafet pondok harus berganti padaku. Kini akulah yang meneruskan dakwah keluar kota setiap kali ada undangan yang datang."Kak!" Bilal yang berjalan menghampiriku menuju teras rumah."Apa Bilal!" sahutku masih berfokus pada layar ponsel. Mengecek jadwal undangan yang sudah masuk."Sepertinya kakak harus menghentikan dakwah kakak!" tutur Bilal dengan suara parau.Seketika aku mengalihkan tatapanku pada lelaki yang duduk pada bangku di sampingku."Kakak butuh seorang pendamping. Kakak adalah wanita, dan sebaik-baiknya wanita adalah berada di dalam rumah," imbuh Bilal terdengar seperti sedang menasehatiku.Aku meletakkan ponsel di atas meja yang membelah antara aku dan Bilal. "Bilal, ini buka

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 86

    "Yuma!" Bang Arsya tercekat melihat kehadiran wanita berbadan dua yang berjalan menuju ke arah meja kami.Yuma menjatuhkan tubuh duduk pada bangku. Wajahnya terus saja menunduk tidak berani menatap kepadaku ataupun Bang Arsya."Maksud kamu apalagi, Mariyah?" Rahang Bang Arsya mengertak menatap tajam kepadaku.Aku membisu dengan membalas tatapan datar pada Bang Arsya. "Beberapa waktu lalu vonis mengejutkan datang dari Bilal. Dokter Iman mengatakan bahwa Bilal mengalami kelainan genetik. Dimana Bilal di katakan mandul seumur hidup.""Apa?" Bang Arsya mengerang menekan meja dengan kedua tangannya. Menatap padaku dan juga Arsya dengan tatapan tajam."Jangan gila kamu, Mariyah?" desis Bang Arsya bangkit dengan wajah merah menyala."Gila bagaimana, Bang?" sergahku mendongak dengan rahang menggertak."Apakah kamu saat ini sedang menuduhku?" kelakar Bang Arsya. Ur

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 85

    Kuedarkan pandanganku ke sekeliling kafe tempatku berada. Pesan yang sudah kukirimkan pada Bang Arsya masih saja bercentang satu. Apakah Bang Arsya membohongiku lagi. Aku mendengus berat, aku harap ini hanyalah rasa kekhawatiranku saja.Sebuah tangan tiba-tiba menutup kedua mataku. Aku terkejut untuk sesaat. Aroma maskulin yang bergitu akrab dengan indera penciumanku membuatku tidak kesulitan untuk menebak siapa yang berada di belakang punggungku."Abang!" ucapku."Mariyah!" Bang Arsya melepaskan tangan yang menutupi kedua mataku. "Kok kamu tahu kalau itu, Abang!" serunya memutar tubuh bejalan menuju bangku yang berada di samping kiriku. Senyuman merekah pada kedua sudut bibir Bang Arsya.Meja kafe yang berbetuk persegi memiliki empat bangku pada setiap mejanya. Dengan beberapa lampu yang menggantung di setiap atas meja. Jika malam, kafe ini akan terlihat semakin indah dengan beberapa lampu hias yang lainy

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 84

    "Baiklah jika Kakak sudah siap untuk mendengarkan!" Ucapan Bilal terdengar bagitu aneh sekali. Membuat jantungku semakin berdebar karena penasaran."Lelaki yang sudah menghamili Yuma adalah suami Kak Mariyah, Bang Arsya!""Apa?" Aku tercekat, jantungku seperti copot dari tempurungnya. Tubuhku bergetar hebat dan lidahku pun terasa kelu. Hal ini sungguh sangat sulit untuk dipercaya.Aku kira perselingkuhan Bang Arsya dengan wanita asing itu sudah cukup mengguncang diriku. Kini sebuah fakta baru yang lebih buruk dari apa yang terlintas dalam benakku membuat aku semakin hancur.***"Bagaimana pengacara Ruhut, semua pelimpahan berkas atas nama saya sudah selesai kan?" tanyaku pada pengacara yang sudah membantuku untuk melimpahkan berkas perusahaan atas namaku. Karena, meskipun berkas-berkas itu ada di tanganku. Tapi berkas-berkas itu atas nama Bang Arsya, sesuai pemilik pertama.

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 83

    "Untuk mendapatkan surga bagi seorang wanita itu menurutku sangat mudah. Hanya perlu taat pada suami, menjaga harta dan kehormatannya saat suami tidak ada, lalu melaksanakan salat lima waktu dan puasa." Aku melirik kepada Yuma yang mulai gelisah dengan nasehatku."Tapi pada kenyataannya masih banyak wanita yang gugur menjalankan hal ini." imbuhku tersenyum sinis, mungkin lebih menertawai diriku sendiri."Maaf Bang, mungkin aku belum bisa melakukan yang seperti Abang mau," tutur Yuma terdengar sendu."Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, Yuma. Aku sudah menimbang semuanya. Aku sudah menjalankan salat istikharah agar aku tidak salah dalam melangkah dan aku sudah memutuskan semuanya dengan matang dan terbaik," ucapku dengan suara bergetar menahan tangis.Yuma menaikkan kedua alisnya menatap kepadaku. "Keputusan tentang apa, Bang!" tanya Yuma dengan sorot mata penasaran."Maaf jika beberapa wa

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 82

    POV BILAL"Bapak sudah bisa pindah dari kursi roda! Tapi Bapak harus tetap berhati-hati ya jika menggunakan tongkat ini!" tutur suster Hani kepadaku dengan ramah.Aku mengangguk lembut. Wanita yang mengenakan seragam putih itu membantuku kembali duduk di tepi ranjang.Semenjak kejadian itu, aku kehilangan banyak hal. Aku harus kehilangan satu kakiku yang mendadak lumpuh, sebuah kenyataan bahwa aku mandul, dan kenyataan yang lebih pahit adalah bahwa wanita yang sangat aku sayangi ternyata sudah berkhianat kepada aku. Allah seperti membuka mataku, bahwa hanya pada Allah lah sebaik-baiknya tempat bergantung, bukan manusia."Baik suster Hani. Percayalah padaku, pasti aku akan sangat berhati-hati sekali," tuturku membalas ucapan suster Hani dengan senyuman."Kita tinggal menunggu kabar dari Dokter Iman. Jika beliau sudah mengizinkan Bapak Bilal pulang. Kemungkinan besok Bapak sudah diperbolehka

DMCA.com Protection Status