Share

Bab 24

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2021-08-24 21:24:04

POV DESI

Aku segera menjatuhkan tubuhku di atas kasur. Embun yang sedari tadi memenuhi pelupuk netraku akhirnya lolos berjatuhan membasi bantal dalam pelukanku.

Masih terasa nyeri mengingat ucapan Umi barusan. Wanita yang seharusnya memberikan contoh yang baik itu justru hanya sebagai kedok belaka.

Hampir setengah jam aku mengurung diri di dalam kamar. Entah dengan cara apalagi aku harus menaklukan hati mertuaku itu agar dapat bersikap lebih baik lagi kepadaku.

Kulihat jam pada ponsel telah menunjukan pukul 9 pagi. Rasanya bosan juga sendirian di rumah ini. Aku berencana untuk berbelanja kebutuhan dapur, soalnya tadi pagi kulihat kulkas di rumah ini hampir kosong tinggal terisi beberapa botol air dingin.

Tidak lupa aku mencuci mukaku terlebih dahulu kemudian mengambil tas belanjaan yang Puspa simpan di dalam lemari rak piring.

Cekrek!

Langkahku terhenti ke

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 25

    POV DESITidak ada manusia yang mampu membagi hatinya dengan sempurna. Bagaimana mungkin satu hati dihuni oleh dua hati. Kamu tidak perlu memilih mana yang lebih kamu cintai. Tapi lepaskanlah satu diantaranya agar hatimu lebih tenang."Sun dulu dong!" pinta Abi manja sambil mendekatkan wajahnya ke arah Puspa dengan manja.Aku segera memalingkan wajahku dari arah pintu. Rasa sakit kian menyayat hatiku melihat Abi yang sedang bermesraan dengan Puspa di hadapanku."Desi!" panggil abi tersentak melihat diriku sedang berada di dalam kamar. Yang kebetulan terletak pada garis lurus dari tempatnya berada.Aku segera memalingkan wajahku menatapnya. Kulihat pria itu panik dan berjalan cepat masuk ke dalam kamarku. Diikuti Puspa yang mengekorinya dari belakang."Kamu kenapa?" tanya Abi kepadaku yang masih menyandarkan punggung pada bantal di ujung ranjang."Itu Abi, tadi Desi hampir saja nabrak Uma. Untung Uma buru-buru ngerem. Kalau engak, &nbs

    Last Updated : 2021-08-25
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 26

    "Des aku titip Abi ya, paling aku di saudi cuma satu bulan saja," ucap Puspa yang sibuk memasukan seluruh perlengkapannya ke dalam koper."Satu bulan, Teh?" sahutku yang masih duduk di tepi ranjang Puspa, memperhatikan gerak gerik wanita dengan gamis berwarna salem itu dengan seksama."Iya Des, biasanya sih malah lebih!" jelasnya sambil menutup koper besar yang berada di atas ranjang. Sekilas ia melihat padaku sebelum menjatuhkan tatapannya pada koper.Aku hanya mengaguk mengiyakan permintaan Kakak maduku, Puspa.'Pantas saja Gus Al suka rindu pada Puspa. Terang saja Puspa suka pergi lama seperti ini.'"Kamu mau oleh-oleh apa, Des?" tanya Puspa kepadaku yang mematung."Oleh-oleh? Ngak usah Teh. Desi ngak mau ngerepotin Teteh," sahutku dengan tersenyum kecil pada Puspa yang kini sedang melihat ke arahku."Ya sudah kalau kamu ngak mau. Tolong aku titip

    Last Updated : 2021-08-26
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 27

    Jantungku semakin berdebar kencang. Pria itu terus mengeratkan genggamannya pada pergelangan tanganku. Meskipun aku terus berusaha mengibaskan tanganku kuat. Namun pria itu justru menarik tubuhku ke tepi jalan hingga hampir menabrak dinding halte bus."Mau lari kemana kamu, Desi!" ucapnya dengan tersenyum sinis. Membuat jantungku berdebar kencang saat melihat siapa lelaki itu."Lepaskan ayah!" pintaku dengan suara bergetar. Wajahku pasti terlihat ketakutan saat ini.Ingin rasanya aku berteriak sekeras mungkin untuk meminta pertolongan. Namun, aku takut jika reaksiku justru menimbulkan pusat perhatian warga. Apalagi jarakku dengan pesantren kali ini tidak terlalu jauh."Diam Desi, diam! Atau aku akan mengatakan pada semua orang yang berada di sini tentang siapa kamu sebenarnya," ancamnya dengan suara setengah berbisik.Aku segera menghentikan reaksiku. Meskipun jantungku masih berdeta

    Last Updated : 2021-08-26
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 28

    POV DESIAku masih mendekap tas yang berisi perhiasan itu dalam dadaku di sepanjang angkot. Masih berdengung dalam telingaku tentang pesan Abi untukku menjaga perhiasan ini. Tapi bagaimana caraku untuk mendapatkan uang sebanyak itu kecuali dengan menjual perhiasan-perhiasan ini. Itupun belum tentu cukup.Setangah jam di dalam angkot akhirnya aku tiba juga di toko perhiasan. Segara aku berjalan menuju kasir yang berada di dalam toko itu. Sesekali netraku melihat ke arah sekeliling. Takut saja jika ada seseorang yang mengenaliku."Ada yang bisa dibantu," ucap wanita dengan netra sipit itu kepadaku."Ci, saya mau menjual ini!" ujarku menyodorkan kotak perhiasan yang aku ambil dari dalam tasku kepada seorang wanita dengan mata sipit di depanku."Ehm, masih bagus ya!" ucapnya setelah meneliti isi dari kotak perhiasan yang aku berikan kepadanya."Iya Ci, belum pernah dipakai kok!" jelasku kepada wanita berkulit putih itu. Wanita bermata sipi

    Last Updated : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 29

    Bruak!"Ayah!" pekikku melihat pria yang kini berjalan semakin mendekat ke arahku.Tubuhku tiba-tiba begitu lemas tak bertenaga. Kumundurkan tubuhku hingga tersudut di ruangan itu. Wajahku setika pias, aku masih setia mengigit bibir bawahku menahan rasa takut yang medera."Apa kabar sayang? Sudah bertahun-tahun kita tidak berjumpa," ujarnya melangkahkan kakinya perlahan ke arahku.Dadaku semakin bergemuruh dengan rasa ketakuatan yang mengaduk-aduk."Kamu mau apa?" Kuacungkan tas yang berada di tanganku kepadanya."Mau apa? Cuma mau main-main saja sebentar saja kok," serunya menyungingkan senyuman sinis."Jangan macam-macam atau aku akan berteriak!" ancamku dengan jantung yang semakin berpacu."Haha ... Teriaklah sekuatmu Desi, karena di sini tidak akan ada yang mampu mendengarkan teriakkanmu itu."Seketika butiran be

    Last Updated : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 30

    Nafasku hampir tersengal, bisa kurasakan debaran jantungku begitu cepat sekali. Sungguh aku tidak sanggup melihat keadaan Desi yang bersimbah darah. Seoalah aliran darahku juga terhenti seketika dan tubuhku sesat terasa membeku.Aku berlari cepat menuju mobil. Hingga rambut panjang Desi dalam gendonganku itu terus saja berkibar tersibak oleh angin.Kududukan Desi di bangku samping kursi kemudi. Wajah yang dipenuhi aliran darah itu lamat lamat berubah memucat."Des! Kuat ya sayang! Kita berobat," tuturku panik.Segera aku menyalakan mobilku dan memacunya menuju rumah sakit terdekat di kota Anyer. Tapi sialnya aku baru ingat, rumah sakit itu hanya ada di kota Cilegon dan aku harus menempuh waktu satu jam perjalanan.Perjalanan satu jam itu bagaikan setahun lamanya. Sudah kuinjak gas mobilku dalam-dalam tapi masih saja mobil yang kukendarai belum tiba di rumah sakit umum kota Cilegon."Sabar ya sayang," ucapku kepada Desi yang masih tak s

    Last Updated : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 31

    POV DESIAku masih meringkuk di atas ranjang. Sejak tadi pagi. Perutku bagaikan diaduk-aduk, terasa mual sekali. Kepalaku pun terasa berat seolah sedang memikul beban berton-ton yang diletakan di atas kepalaku.Aku masih terjaga, meskipun netraku masih terus terpejam. Kudengar langkah kaki Abi yang semakin mendekat ke kamarku dan aku masih bisa merasakan getaran pada ranjangku saat Abi menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang dengan sangat pelan sekali."Kamu sakit?" tanya Abi kepadaku."Ngak Abi, cuma masuk angin aja!" sahutku tanpa menoleh ke arah Abi.Karena rasa mual ini begitu mengaduk-aduk.Sejak fajar, setelah selesai sholat subuh aku memilih untuk tidur kembali. Tidak seperti biasanya, aku menghabiskan waktuku untuk mengulang hafalanku yang dibimbing langsung oleh Abi. Tapi hari ini rasanya tubuhku seolah lemas tak bertenaga.Berhubung badanku yang seoalah tidak bisa diajak kompromi. Serta entah sudah berapa kali aku bolak balik ke

    Last Updated : 2021-08-27
  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 32

    "Umi, mau mampir dulu nggak?" tanyaku hati-hati setelah mobil sedan yang kami tumpangi tiba di halaman rumahku."Ngak!" sahut Umi singkat namun terdengar ketus. Ia pun sama sekali tidak melihat padaku. Wajahnya berubah acuh dan membuang tatapannya padaku.Aku hanya menggangguk, sepertinya mood Umi memang sedang berantakan.Bergegas aku menuruni mobil milik Umi dan berjalan menuju teras rumahku. Sesaat langkah kakiku terhenti ketika pendengarku menangkap suara tawa Puspa yang berderai derai saling bersahutan dengan suara Abi.Kuletakkan tanganku menyentuh dadaku, rasanya sakit. Aku menghirup udara sebanyak mungkin agar rasa sesak ini sendikit berkurang. Setelah itu aku segera melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah. Semakin dalam aku melangkah kaki, suara cekikikan Puspa semakin jelas masuk ke dalam telingaku dan itu membuat hatiku terasa perih."Desi!" panggilnya kepadaku.

    Last Updated : 2021-08-27

Latest chapter

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Ekstra Part

    Enam tahun kemudianMeskipun masih berusia tujuh tahun. Tapi kemampuan Ais menjadi hafiz Alquran tidak perlu diragukan lagi. Gadis kecil itu pernah menjuarai lomba Hafiz tingkat nasional dan mendapatkan juara satu."Ais, jangan lupa beroda ya!" tuturku seraya mengusap kerudung yang Ais kenakan."Iya Bude," sahutnya dengan nada semangat.Tangan Ais menggapai-gapai ke arahku yang duduk di sampingnya."Ais mau apa?" tanyaku menyetuh tangan Ais."Aku ingin memegang perut Bude!" sahutnya.Aku tersenyum lebar pada Ais, lalu mengarahkan tangan kecilnya menyentuh perutku yang sudah membesar."Adek, doakan Kakak Ais ya!" ucap gadis kecil yang mengenakan kerudung berwarna merah muda itu.Aku tersenyum kecil, megusap perutku yang membesar. Kemungkinan beberapa hari lagi aku akan segera melahirkan.

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 89

    Prank!Ponsel yang menempel pada telinga Bilal tiba-tiba terjatuh. Begitu juga dengan tongkat yang menyangga tubuh Bilal. Lelaki itu terhuyun jatuh bersandar dari pada dinding tembok dan terisak."Bilal!" Uma berhambur menghampiri Bilal. Begitu juga dengan aku dan Dejah. Serta beberapa orang yang sedang membantu di rumah untuk mempersiapkan pesta pertunangan adik bungsuku, Dejah."Bilal, ada apa?" Uma panik melihat keringat dingin bercucuran dari tubuh Bilal yang menangis."Abang, ada apa Bang!" Dejah yang berada di samping kanan Bilal pun terlihat panik."Mang sholeh, tolong ambilkan minum! Kalian mundur berikan udara untuk Bilal," ucapku pada beberapa orang yang mengerumuni Bilal.Beberapa saat kemudian mang Soleh menyodorkan segelas air putih kepadaku dan aku segera memberikannya kepada Bilal."Minum dulu Bilal!" ucapku membantu Bilal untuk meneguk air

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 88

    Aku berdiri di samping ranjang Bang Arsya. Menjatuhkan tatapan lekat pada lelaki bertubuh kurus yang terbaring lemas di atas ranjang. Sementara Yuma, terus saja terisak melihat' kondisi Bang Arsya yang semakin kritis."Kata Dokter, Bang Arsya masih terpengaruh dengan obat bius. Bersabarlah dulu, nanti setelah efek dari obat bius itu habis pasti Bang Arsya akan siuman," dustaku menenangkan Yuma. Aku tidak ingin Yuma semakin menyiksa dirinya jika mengetahui keadaan Bang Arsya yang sesungguhnya.Wanita dengan gamis lusuh berwarna kecoklatan itu mengangguk lembut seraya mengusap pipinya yang basah."Makanlah dulu, pasti Ais juga lapar," ucapku mengingat Yuma pada balita yang masih menggantungkan air susunya."Tapi Bang Arsya!" Yuma menjatuhkan tatapan ragu padaku. Rasa sayang pada Bang Arsya tergambar jelas pada wajah Yuma."Tenang saja! Biar aku yang menjaga Bang Arsya," sahutku tersenyum pad

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 87

    Keadaan Bilal masih sama seperti dulu. Seumur hidupnya ia akan menjadi seorang lelaki yang lumpuh. Tapi sedikitpun Bilal tidak pernah mengeluhkan keadaannya. Lelaki yang menjadi tongkat estafet pondok harus berganti padaku. Kini akulah yang meneruskan dakwah keluar kota setiap kali ada undangan yang datang."Kak!" Bilal yang berjalan menghampiriku menuju teras rumah."Apa Bilal!" sahutku masih berfokus pada layar ponsel. Mengecek jadwal undangan yang sudah masuk."Sepertinya kakak harus menghentikan dakwah kakak!" tutur Bilal dengan suara parau.Seketika aku mengalihkan tatapanku pada lelaki yang duduk pada bangku di sampingku."Kakak butuh seorang pendamping. Kakak adalah wanita, dan sebaik-baiknya wanita adalah berada di dalam rumah," imbuh Bilal terdengar seperti sedang menasehatiku.Aku meletakkan ponsel di atas meja yang membelah antara aku dan Bilal. "Bilal, ini buka

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 86

    "Yuma!" Bang Arsya tercekat melihat kehadiran wanita berbadan dua yang berjalan menuju ke arah meja kami.Yuma menjatuhkan tubuh duduk pada bangku. Wajahnya terus saja menunduk tidak berani menatap kepadaku ataupun Bang Arsya."Maksud kamu apalagi, Mariyah?" Rahang Bang Arsya mengertak menatap tajam kepadaku.Aku membisu dengan membalas tatapan datar pada Bang Arsya. "Beberapa waktu lalu vonis mengejutkan datang dari Bilal. Dokter Iman mengatakan bahwa Bilal mengalami kelainan genetik. Dimana Bilal di katakan mandul seumur hidup.""Apa?" Bang Arsya mengerang menekan meja dengan kedua tangannya. Menatap padaku dan juga Arsya dengan tatapan tajam."Jangan gila kamu, Mariyah?" desis Bang Arsya bangkit dengan wajah merah menyala."Gila bagaimana, Bang?" sergahku mendongak dengan rahang menggertak."Apakah kamu saat ini sedang menuduhku?" kelakar Bang Arsya. Ur

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 85

    Kuedarkan pandanganku ke sekeliling kafe tempatku berada. Pesan yang sudah kukirimkan pada Bang Arsya masih saja bercentang satu. Apakah Bang Arsya membohongiku lagi. Aku mendengus berat, aku harap ini hanyalah rasa kekhawatiranku saja.Sebuah tangan tiba-tiba menutup kedua mataku. Aku terkejut untuk sesaat. Aroma maskulin yang bergitu akrab dengan indera penciumanku membuatku tidak kesulitan untuk menebak siapa yang berada di belakang punggungku."Abang!" ucapku."Mariyah!" Bang Arsya melepaskan tangan yang menutupi kedua mataku. "Kok kamu tahu kalau itu, Abang!" serunya memutar tubuh bejalan menuju bangku yang berada di samping kiriku. Senyuman merekah pada kedua sudut bibir Bang Arsya.Meja kafe yang berbetuk persegi memiliki empat bangku pada setiap mejanya. Dengan beberapa lampu yang menggantung di setiap atas meja. Jika malam, kafe ini akan terlihat semakin indah dengan beberapa lampu hias yang lainy

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 84

    "Baiklah jika Kakak sudah siap untuk mendengarkan!" Ucapan Bilal terdengar bagitu aneh sekali. Membuat jantungku semakin berdebar karena penasaran."Lelaki yang sudah menghamili Yuma adalah suami Kak Mariyah, Bang Arsya!""Apa?" Aku tercekat, jantungku seperti copot dari tempurungnya. Tubuhku bergetar hebat dan lidahku pun terasa kelu. Hal ini sungguh sangat sulit untuk dipercaya.Aku kira perselingkuhan Bang Arsya dengan wanita asing itu sudah cukup mengguncang diriku. Kini sebuah fakta baru yang lebih buruk dari apa yang terlintas dalam benakku membuat aku semakin hancur.***"Bagaimana pengacara Ruhut, semua pelimpahan berkas atas nama saya sudah selesai kan?" tanyaku pada pengacara yang sudah membantuku untuk melimpahkan berkas perusahaan atas namaku. Karena, meskipun berkas-berkas itu ada di tanganku. Tapi berkas-berkas itu atas nama Bang Arsya, sesuai pemilik pertama.

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 83

    "Untuk mendapatkan surga bagi seorang wanita itu menurutku sangat mudah. Hanya perlu taat pada suami, menjaga harta dan kehormatannya saat suami tidak ada, lalu melaksanakan salat lima waktu dan puasa." Aku melirik kepada Yuma yang mulai gelisah dengan nasehatku."Tapi pada kenyataannya masih banyak wanita yang gugur menjalankan hal ini." imbuhku tersenyum sinis, mungkin lebih menertawai diriku sendiri."Maaf Bang, mungkin aku belum bisa melakukan yang seperti Abang mau," tutur Yuma terdengar sendu."Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, Yuma. Aku sudah menimbang semuanya. Aku sudah menjalankan salat istikharah agar aku tidak salah dalam melangkah dan aku sudah memutuskan semuanya dengan matang dan terbaik," ucapku dengan suara bergetar menahan tangis.Yuma menaikkan kedua alisnya menatap kepadaku. "Keputusan tentang apa, Bang!" tanya Yuma dengan sorot mata penasaran."Maaf jika beberapa wa

  • CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM   Bab 82

    POV BILAL"Bapak sudah bisa pindah dari kursi roda! Tapi Bapak harus tetap berhati-hati ya jika menggunakan tongkat ini!" tutur suster Hani kepadaku dengan ramah.Aku mengangguk lembut. Wanita yang mengenakan seragam putih itu membantuku kembali duduk di tepi ranjang.Semenjak kejadian itu, aku kehilangan banyak hal. Aku harus kehilangan satu kakiku yang mendadak lumpuh, sebuah kenyataan bahwa aku mandul, dan kenyataan yang lebih pahit adalah bahwa wanita yang sangat aku sayangi ternyata sudah berkhianat kepada aku. Allah seperti membuka mataku, bahwa hanya pada Allah lah sebaik-baiknya tempat bergantung, bukan manusia."Baik suster Hani. Percayalah padaku, pasti aku akan sangat berhati-hati sekali," tuturku membalas ucapan suster Hani dengan senyuman."Kita tinggal menunggu kabar dari Dokter Iman. Jika beliau sudah mengizinkan Bapak Bilal pulang. Kemungkinan besok Bapak sudah diperbolehka

DMCA.com Protection Status