Home / Romansa / CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER / Bab 4. Ingatan Yang Muncul

Share

Bab 4. Ingatan Yang Muncul

Author: Seruling Emas
last update Last Updated: 2023-09-11 00:27:30

Pagi di hari ke dua. Setelah pembicaraan yang menenangkan tadi malam, Ranti optimis bahwa langkahnya akan lebih mudah lagi. Setelah Hendra memberi perintah untuk menyiapkan sarapan, gadis itu segera melakukan pekerjaannya dengan hati riang. Hingga sarapan sudah siap untuk diantar. Dengan memasang senyum di wajah, gadis itu melangkah ke kamar Darius untuk mengantar sarapan pagi.

Ranti masuk ke dalam setelah mengetuk pintu dua kali. Namun, dia tak menemukan pria itu di sana. Diletakkannya nampan di meja dan melihat ke kamar mandi yang tertutup. Di sana juga tak ada. Kecemasan mulai menghinggapinya. Dengan cepat dia keluar kamar dan mencari Darius di dalam rumah. Bahkan saat semua sudut rumah dia telusuri dan memanggil-manggil, pemilik rumah yang sedang sakit itu tetap tak terlihat.

 “Ke mana dia?”

Ranti lari ke luar rumah. Dilihatnya pintu depan terbuka, pikirannya langsung buruk. “Apakah Tuan Darius keluar rumah?”

“Tuan!”

Panggilannya tak memperoleh jawaban.

“Pak Hendra!” teriaknya mencari pelayan tua itu. Tak juga ada jawaban. Ranti mencari dengan panik di halaman depan yang luas. Dia tetap tak menemukan Hendra.

“Pak Hendra!” panggilnya lagi. “Tuan Darius!”

Kemudian dia ingat bahwa dia melewatkan lantai dua rumah karena tidak mungkin Darius naik ke sana. Namun, dia tahu bahwa Hendra pasti bisa naik ke sana. Dia lari lagi ke dalam rumah untuk memeriksa lantai dua. Gadis itu belum pernah naik ke sana, karena baru mulai  bekerja dan kamarnya ada di lantai satu.

“Pak Hendra!” panggilnya lagi dengan setengah berteriak. Dilihatnya balkon dengan pintu kaca tinggi. Ranti mencoba membuka pintu itu dari dalam, untuk mencari tahu di mana pelayan itu. Matanya langsung membelalak saat melihat halaman belakang yang tak kalah luas dari halaman depan. Ada kolam renang ukuran sedang juga di sana.

“Pak Hendra!” teriaknya lagi. Berharap pelayan itu berada di halaman belakang dan segera menyahut. Tak ada jawaban apa-apa. Gadis itu jadi semakin panik!

***

Bangun tidur, Darius merasa sangat terganggu oleh ingatan tentang istrinya. Dia merasa perlu untuk mencari setelah wanita itu tak juga muncul saat dipanggil berkali-kali. Dengan mengatur kursi roda, dia keluar dari kamar. “Evelyn!” panggilnya berulang kali.

Tanpa siapa pun tahu, dia sudah berada di teras depan. Melewati jalan landai khusus kursi roda, dia turun ke halaman. Terus menjalankan kursi roda itu di halaman berumput sambil memanggil-manggil istrinya.

“Evelyn!”

Darius terus menggerakkan kursi rodanya dengan susah payah di jalan berbatu. Jalan itu kecil dan hanya sedikit lebih lebar dari kursi rodanya. Dia tidak lagi dalam kondisi bisa menilai bahaya atau tidak langkahnya ke sana.

“Evelyn biasanya suka ke taman samping,” pikir Darius. Maka dia terus maju ke sana, meskipun sangat sulit.

“Evelyn!” panggilnya saat melihat pintu pagar besi ukir yang menuju taman samping.

Karena tak mendengar sahutan istrinya, dengan sikap keras kepala yang tak ada duanya, dia mencoba menggapai pintu besi untuk membukanya. Pria itu berhasil setelah usaha yang ke sekian kali. Kursi rodanya masuk makin jauh dari halaman depan. Dia terus memanggil karena sang istri tak juga menyahut.

“Evelyn, di mana kau?” Suaranya mulai terdengar kesal. “Kenapa kau tak menjawabku!”

Darius melihat kolam renang di halaman belakang dan tak juga menemukan istrinya. Pandangannya tertuju pada bagian paling belakang halaman itu. Di sana, di balik rerimbunan pohon peneduh, ada sedikit jogging track yang dulu kerap mereka lewati. Jalan itu hanya berputar di situ saja, namun konturnya naik dan turun. Tempat yang teduh dan terlindungi dengan pepohonan, dengan udara segar yang disaring pepohonan sekitar, membuatnya jadi tempat favorit untuk lari pagi sekedar mencari keringat.

“Apa dia sedang lari pagi?” Darius melihat ke langit. “Matahari sudah naik seperti ini, kenapa dia belum kembali?” pikirannya mulai khawatir.

“Evelyn, apa kau di sana? Hari sudah siang, kenapa belum kembali? Apa kau baik-baik saja?”

Tangan Darius berusaha keras menggerakkan kursi roda di jalanan yang dialas bebatuan. Joging track itu dimulai sejak dari halaman belakang dekat kolam renang. Hanya saja, jalan yang dibuat tidak cukup lebar. Pria itu harus berhati-hati agar dirinya sendiri tidak terperosok turun dari paving blok. Itu akan membuatnya kesulitan jalan dan mengendalikan kursi roda.

“Evelyn!” panggilnya lagi dan lagi. Tak ada kengerian saat dia melewati jalan yang mulai menurun. Dulu dia biasa melewatinya bersama sang istri. Mereka memang merancang jalan itu naik dan turun seta berkelok, agar jalurnya bisa lebih panjang.

Sebuah batu paving ada yang pecah dan pecahannya tidak rata. Roda kendaraan yang dinaikinya, terselip. Kursi roda itu bergerak miring ke arah jalan sebaliknya yang jauh lebih rendah. Darius tidak dapat menyeimbangkan diri, karena tak ada pegangan di antara dua jalur berlawanan itu. Hanya ada sebaris tipis tanaman perdu yang memisahkan dua jalan itu.

Kursi roda itu akhirnya terjungkal ke arah jalan yang lebih rendah. Meski telah ditahan oleh beberapa tanaman semak, tak ayal dia jatuh juga dengan keras.

Dalam kepanikan,  akhirnya dia teringat sang pelayan. “Hendraaa ...!”

*****

Sementara itu, di dalam rumah, Ranti sudah panik luar biasa. Dia tak menemukan siapa pun di lantai dua, lalu segera menutup lagi pintu balkon dan turun ke lantai dasar untuk kembali menyusuri seluruh isi rumah dengan cermat sambil memanggil nama Darius serta Hendra. Ada banyak bagian rumah yang belum dia jelajahi di lantai satu.

“Tuan!” panggilnya cemas.

“Pak Hendra!” teriak gadis itu lagi.

Setelah tak menemukan siapa pun di dalam rumah, Ranti kembali ke halaman depan. Dia bertekad untuk memeriksa lebih teliti lagi. Setelah berputar-putar di halaman depan dan tak menemukan seorang jua pun, Ranti teringat pintu pagar.

“Apakah Pak Hendra pergi dengan Tuan?” ujarnya ragu. “Tapi, kenapa enggak bilang kalau mau bawa Tuan?”

“Enggak mungkin! Kalau memang mau pergi, tak mungkin aku disuruh menyiapkan sarapan. Apa jangan-jangan ....”

Gadis itu berlari dengan panik ke pintu pagar untuk meihat apakah pintu itu tak sengaja terbuka dan Darius keluar dari rumah. Itu sangat membahayakan. Dia sudah membayangkan sel penjara seperti yang diperingatkan Hendra saat wawancara sebelum menerimanya bekerja.

“Tuan!” panggilnya panik.

Langkahnya terhenti di depan pagar yang terkunci rapat. Dia tak tahu bagaimana cara membuka pagar itu. Hanya Pelayan Hendra yang mengetahui cara membuka dan menutup pintu otomatis itu. Lalu, di mana Darius?

Tak lama sebuah mobil berhenti di depan pagar dan hendak masuk. Ranti tidak tahu mobil siapa itu. Dia hanya memperhatikan dan pintu besi tinggi itu akhirnya berbunyi, tanda dibuka secara otomatis. Gadis muda itu menyingkir, memperhatikan orang yang membawa mobil. Wajahnya yang cemas, tampak nyata.

“Kenapa kau di sini?” Sebuah suara teguran yang dikenalnya terdengar seiring kaca jendela mobil dibuka. Itu Hendra.

“Anda ke mana? Apakah Anda membawa Tuan pergi ke luar? Kenapa enggak bilang? Apa Anda ingin membuat saya khawatir?”

Related chapters

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 5. Kecerobohan

    Pertanyaan Ranti yang begitu cepat dan bertubi-tubi, membuat Hendra mengerutkan dahi. Namun, dia segera mengerti apa yang terjadi. “Maksudmu Tuan tak ada di rumah?”Melihat mata Hendra yang membelalak terkejut disertai pertanyaan seperti itu, Ranti malah makin cemas. Dia mengangguk tak berdaya. Artinya mereka berdua kehilangan Darius. Hendra menghentikan mobil di jalan masuk depan rumah. Dia memastikan bahwa pagar telah tertutup rapat.“Bagaimana bisa kau kehilangan Tuan?” Suara Hendra sangat tajam menusuk. Menuduh gadis itu tak becus tanpa perlu mengatakannya secara langsung.“Saya mengerjakan tugas yang Anda beri, menyiapkan sarapan. Saat saya mengantar makanan ke kamar, Tuan sudah tidak ada,” jelas Ranti sambil mengikuti langkah Hendra yang sangat cepat.“Apa kau sudah memeriksa seluruh rumah?” tanya pria tua itu lagi.“Sudah. Saya sudah memeriksa seluruh rumah dan halaman depan. Namun, saya tidak bisa memeriksa halaman belakang. Saya tidak menemukan kunci pintu menuju halaman bel

    Last Updated : 2023-09-11
  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 6. Tantangan Tuan Dharmajie

    Ranti mencari asal suara. Itu berasal dari seorang pria yang rambutnya sudah memutih seluruhnya. Ranti menduga, bahwa itu adalah ayah dari Darius. Dia bergegas berjalan ke sana sambil menunduk. Di samping pria itu, duduk seorang wanita cantik yang penampilan elegannya berhasil menyamarkan garis usia.“Saya, Tuan,” katanya menghadap.“Kenapa Darius bisa hilang dari pengawasanmu? Bukankah kau dipekerjakan untuk mengurusnya!” Wanita cantik itu langsung mencecar Ranti dengan pertanyaan telak.“Saya sedang menyiapkan sarapan untuk Tuan Darius, Nyonya,” jawab Ranti jujur.“Hah! Jangan banyak alasan! Kalau terbukti kau lalai dalam tugas, jangan mengira kami akan melepaskanmu begitu saja!” Pria lain di ruangan memberi ancaman.“Ya! Apa Hendra tidak ada menceritakan padamu bahwa kami telah enuntut salah seorang perawat ke muka hukum akibat melalaikan tugas?” Wanita cantik itu menambahkan informasi yang berrhasil membuat tengkuk Ranti meremang takut.“Maafkan saya, Nyonya. Saya memang mendapat

    Last Updated : 2023-10-23
  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 7. Mulai Lupa

    Ranti mendapat tugas untuk menjaga Darius yang dirawat di rumah sakit malam itu. Semua orang telah keluar dari ruangan dan meninggalkannya sendirian. Pak Hendra juga telah pergi setelah memberikan bekal makanan untuknya.Tak banyak yang dilakukan gadis muda itu malam hari karena Darius sepenuhnya tertidur dan perawat yang datang memeriksa di beberapa waktu, tidak mengatakan apapun.“Bagaimana keadaan Tuan Darius?” tanya Ranti ingin tahu.“Dia sedang tidur. Akan bangun setelah pengaruh obat habis.”Begitulah jawaban yang diterima Ranti. Akhirnya, gadis itu bisa beristirahat dengan tenang di sofa panjang yang ada di ruang perawatan. Gadis itu membayangkan keluarga dengan perasaan gamang. Betapa kini dia seperti didorong pada sesuatu yang sangat berbahaya.Sejak ayahnya yang bekerja sebagai Ojol meninggal sepulang mengojek, Ranti memang mau tak mau mengambil alih tanggung jawab biaya keluarganya. Karena sang ibu hanyalah penjual gado-gado kecil di depan rumah kontrakan mereka. Adiknya y

    Last Updated : 2023-10-25
  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 8. Keluarga Dharmajie Pambudi

    Mata Ranti terlihat khawatir. Meskipun begitu, dia merasa ragu jika itu adalah tugas para perawat. “Tuan Darius mungkin ingin ke kamar mandi. Dia mencari Pak Hendra. Mungkinkah ada perawat pria yang bisa menolongnya ke kamar mandi?”Dua perawat itu saling pandang sebelum menatap Ranti heran. Gadis itu memahami arti tatapan itu. Kemudian dia menjawab tanpa perlu ditanya. “Tuan tak mau dibantu oleh pekerja wanita seperti saya.” Gadis itu menunduk. Dia merasa tak berguna sama sekali.Sebelum ada siapapun yang bereaksi, kembali terdengar teriakan keras suara Darius yang memanggil Pak Hendra. Kali ini disertai nada marah yang mungkin mengagetkan semua pasien di lantai itu. Seorang perawat buru-buru lari ke sana dan yang lainnya mengangkat gagang telepon. Ranti ikut mengejar ke ruang rawat tuannya.“Di mana Hendra!” bentak Darius kasar. “Apa dia sudah bosan kerja?!”“Pak, ini rumah sakit. Pelayan Anda tidak ada di sini. Katakan apa yang harus kami bantu,” katanya menenangkan.Darius menata

    Last Updated : 2023-10-27
  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 9. Kebencian Keluarga

    Ranti berdiri kaku di balik daun pintu, mendengar umpatan tak pantas itu. Bagaimana mereka berharap kakaknya segera mati? Seburuk apa pun sikap Darius, dia tetaplah anak tertua keluarga Dharmajie.“Mau apa kau di sana!”Seruan Darius menyadarkan Ranti. Tangannya masih gemetar saat menutup rapat pintu ruangan. Segera dia menghampiri tempat tidur. “Apa Tuan butuh sesuatu?” tanya Ranti sigap.“Buang saja kue itu. Mereka telah meracuninya!” perintah Darius.“Tuan, jangan terus berprasangka buruk. Kue ini dari toko. Saya sendiri yang membuka kemasannya,” bujuk Ranti.“Kalau kau mau, makan saja! Tapi aku tidak bertanggung jawab jika kau tiba-tiba sakit atau mati!” ujarnya masih degan suara ketus.Ranti akhirnya diam. Dia tak mau berdebat lagi. Itu hanya akan membangkitkan kemarahan pria itu. Dia menyingkirkan kue itu dan meletakkannya di atas meja untuk dinikatinya nanti. Kue spesial dari toko kue terkenal. Belum tentu Ranti bisa membelinya. Alangkah sayang untuk dibuang.“Telepon Hendra un

    Last Updated : 2023-10-28
  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 10. Oscar Xander

    Ranti akhirnya mengeluarkan tantangan untuk dirinya sendiri. Jika dia tak mampu membuat Darius bersikap lebih baik dari ini, maka dia lebih baik mengundurkan diri, sebab tugasnya sudah gagal.Wajah Darius benar-benar tak sedap dipandang, tapi dia menjawab dengan sangat cepat. “Aku terima tantanganmu!”Sekarang, bantu akau ke kursi roda sialan itu!” ujar pria itu kasar.Ranti bergerak cepat membantu Darius ke kursi roda dan membantunya ke kamar mandi. Gadis itu mendorong kursi roda hingga masuk ke kamar mandi, mendudukkan pria itu di toilet, baru keluar dan menutup pintu.“Jika sudah selesai, Tuan bisa berteriak memanggil saya,” ujarnya satar.Darius mendengus dengan wajah memerah. Sekarang, dia harus berusaha keras untuk bisa melepaskan pakaian bagian bawahnya. Ternyata itu tidak semudah yang dia kira. Gerak tangannya yang sedikit gemetar, memperlambat kerjanya.“Hendra! Akan kupotong gajimu sebulan!” umpatnya kesal.Ranti menunggu cukup lama di depan pintu. Dia sebenarnya khawatir de

    Last Updated : 2023-10-31
  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 11. Perubahan

    Wajah Hendra terkejut, senang, dan berseri-seri. Bahkan meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, dia tak akan melupakan suara itu.“Tuan Muda! Saya Hendra, pelayan di rumah Anda!”“Pak Hendra? Ah ... ada apakah meneleponku? Biasanya hanya Kakek yang menanyakan kabarku. Bagaimana keadaan Papa?” terdengar suara khawatir dari seberang telepon.“Tuan yang meminta saya menghubungi Anda, Tuan Muda. Sebentar ....”Pak Hendra mengubah tampilan ponselnya agar menjadi panggilan video, lalu mengarahkan pada Darius. “Ini Tuan Muda, jika Anda ingin bicara, Tuan.”Darius bisa melihat seorang pria muda tampil di layar ponsel. “Kau siapa? Di mana putraku, Oscar? Minta dia segera pulang sebelum mamanya marah!” perintah Darius dengan ekspresi serius.Lama tak ada jawaban dari telepon. Ranti mencoba memasang telinga untuk mendengar jawaban Oscar mendengar kata-kata Darius. Gadis itu dapat membayangkan reaksi putra sang majikan menghadapi kenyataan bahwa ayahnya sendiri tidak lagi mengenalinya.“Apa kau ta

    Last Updated : 2023-11-02
  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 12. Dipecat

    Ranti tak tahu harus merespon seperti apa. Jadi gadis itu hanya mengangguk dari tempatnya berdiri.“Bisakah kau duduk di sini dan mendengarkanku?” pinta Darius.Ranti bisa merasakan kesungguhan dalam suara pria itu. Tiada amarah meledak seperti beberapa hari terakhir. Dengan tenang, gadis itu duduk dengan patuh di meja lain yang mengelilingi meja bundar di teras. Dia siap untuk mendengarkan apa pun yang ingin dicurahkan sang majikan.“Sudah berapa lama kau bekerja di sini?” tanya Darius sambil terus membaca buku catatannya.“Belum seminggu, Tuan,” jawab Ranti jujur.“Hemm ... menurutmu, salahkah jika aku ingin mempercepat waktu kematianku? Aku tak ingin menyusahkan semua orang. Aku juga sudah tak mungkin menemukan otak pembunuh Evelyn.” Darius melempar pandangan ke arah taman dan kolam di sana. Pandangannya menerawang, untuk sesaat, dia seperti tidak menyadari kehadiran Ranti.Gadis itu tidak dapat menjawab pertanyaan seperti itu. Jadi, dia memilih diam dan ikut menerawang melihat dah

    Last Updated : 2023-11-08

Latest chapter

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 27. Ujian Kesabaran

    Juliano menatapnya sejenak dengan pandangan tajam, kemudian mengangguk. “Bagus! Nanti kau akan diantar ke tempat kerjamu oleh sekretaris di luar.”Pria itu segera mengakhiri perbincangan mereka dan Oscar keluar dengan santai, sambil menenteng kota makannya. Setelah menerima surat penugasan dari sekretaris, seorang OB kembali mengantarnya ke tempat yang diperintahkan. Oscar mengikutinya.“Apakah kali ini Anda sudah memeriksa di mana akan ditempatkan?” tanya OB itu.“Kenapa?” tanya Oscar heran.“Saya tidak mau Anda membanting berkas-berkas itu di tempat lain dan menyulitkan orang lain seperti di basement waktu itu!”Oscar mengamati pria itu dengan seksama dan kemudian dia tertawa. Dia ingat bahwa pria itu adalah OB yang sama yang pertama kali mengantarkannya ke basement untuk bekerja sebagai petugas parkir.“Jangan kkhawatir ....”Oscar kembali tertawa. Hari ini hatinya sama sekali tidak akan terganggu oleh insiden apapun. Hingga mereka sampai di ruangan HRD dan Oscar menyerahkan surat

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 26. Nasehat Asep dan Kakek

    Oscar menatap kakeknya dengan pandangan tak percaya. “Jika Kakek punya kecurigaan, bagaimana Kakek bisa sangat tenang menghadapi mereka? Bagaimana Kakek bisa terus hidup bersama mereka?” tanya Oscar dengan suara rendah.“Kematian ibumu tak ada hubungannya denganku!” balas Dharmajie Pambudi enteng.“Kakek!” seru Oscar lagi. Dia sama sekali tak senang mendengar hal itu.“Bagaimana dengan perkataan Papa bahwa istri cantik Kakek itu berselingkuh di belakang? Bagaimana kalau dua Paman jahat itu ternyata bukan putra Kakek? Itulah sebabnya mereka ingin merebut perusahaan utama dari tangan keluargaku! Makanya mereka membunuh Mama! Apa Kakek rela harta yang Kakek usahakan justru dikuasai oleh putra entah siapa!”Suara rendah dan sengit itu membuat panas telinga Dharmajie Pambudi. “Papamu itu sakit. Kenapa kau masih mendengarkan ucapan orang sakit? Aku terus mengabaikan hal itu, karena kasihan dengan penyakit yang dia derita. Aku tak mau membuatnya lebih sulit lagi.”Pria itu melemparkan pandan

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 25. Nasehat Kakek

    Hendra terheran-heran dengan sikap pria muda di depannya ini. Sejak anak muda itu kembali dari pendidikannya di luar negeri, sikap curiganya sangat mendominasi. Kepolosan masa remajanya telah hilang tak berbekas. Jelas sekali kalau mata itu menuntut penjelasan.“Tidak terjadi hal yang aneh, Tuan Muda,” sahut Hendra.“Keputusan aneh atau tidak itu, hanya bisa aku yang memutuskan., bukan Pak Hendra!” Suara itu begitu ketus. Mengingatkan pelayan tua itu tentang siapa yang berkuasa di kediaman megah tersebut.Maka pelayan itu duduk dengan tegak dan menceritaan semua kejadian di rumah Ranti dan membiarkan pria muda itu menngambil kesimpulan sendiri. Dia tak peduli akan seperti apa keputusan itu nanti. Bukankah itu bukanlah urusannya!Oscar duduk di teras belakang setelah berenang siang itu. Dia masih belum menemukan celah untuk memecat perawat itu. Dia mencurigai ada sesuatu, namun dia sendiri tidak tahu itu apa. Dia belum menemukan bukti untuk menguatkan kecurigaan hatinya. Entah kenapa d

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 24. Adik Ranti

    “Baik, Tuan!” Pelayan Tua itu tersadar dan segera menjawab. Dia mengenal tuannya sejak lama. Kebaikan hatinya tak perlu dipertanyakan lagi. Kembali didorongnya lagi kursi roda saat melihat seorang wanita parobaya keluar dan melihat mereka dengan heran.“Mereka siapa, Nduk?” tanya sang ibu.Ranti melepas pelukan dari adiknya dan mencium tangan sang ibu. Dia menoleh ke belakang. “Itu majikan Ranti, Bu.”“Salam,” sapa Darius ramah. Suaranya sangat sopan. “Maaf, kami tidak minta ijin dulu untuk datang.”“Oh, tidak apa-apa. Ayo silakan masuk. Tempat kami seadanya saja.” Wanita paro baya itu terlihat malu dan wajahnya memerah. Kediamannya bukanlah tempat yang layak dikunjungi orang sekaya majikan sang putri.Darius cepat tanggap dan membuat keputusan tepat. “Saya rasa, duduk di teras ini akan menyenangkan. Saya ingin melihat suasana setelah terkur

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 23. Ke Rumah Ranti

    Ranti melongo dan Oscar ternganga mendengar kata-kata itu. Pak Hendra menggeleng-gelengkan kepala tak berdaya. Semula dia mengira bahwa Darius akan melupakan pembicaraan kemarin pagi. Tak diduga, ternyata Darius mencatat hal itu di buku agar tidak terlupa.“Apa maksudnya ini?” Oscar yang pertama bereaksi. Dia tidak mengetahui apa yang dimaksud sang papa.“Aku akan pergi dengannya!” kata Darius dengan ekspresi tak bersalah.“Untuk apa? Lagi pula, Papa tidak mengatakan padaku lebih dulu tentang ini,” protes anaknya.“Sejak kapan aku harus melapor padamu?” Darius bertanya dengan ekspresi keheranan yang nyata. Pria itu tampak tidak suka mendengar kata-kata yang dilontarkan putranya.Ocsar kebingungan bagaimana menjawab kata-kata itu. Jika dia salah merangkai kata, maka papanya akan tersinggung dan hubungan mereka bisa rusak.“Maksudnya, aku punya rencana untuk Papa hari ini. Tapi ternyata Papa membuat rencana lain. Ini bagaimana jadinya?” Anak muda itu mencoba menjelaskan dengan versi yan

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 22. Mulai Nyaman

    Gadis itu menarik sebuah kursi lagi dan duduk di depan Darius. Dia menurut saja meskipun perutnya sudah merasa lapar. Yang ada di pikiran Ranti hanya agar pria itu lebih tenang setelah fase emosionalnya tadi.Gadis itu tersenyum penuh candaan, “Kalau saya tidak bisa membantu banyak jangan marahi saya, Tuan.”Terbukti, Darius bisa ikut tersenyum mendengar kata-kata gadis itu. “Aku hanya sedang tak ingin sendirian,” jawabnya jujur.Jawaban itu merubah raut wajah Ranti seketika. Rasa iba muncul ke permukaan, dan dia tak suka itu. Darius telah berusaha sangat keras melawan penyakitnya. Dia tak butuh rasa iba, namun penghormatan yang dalam. Dengan menelan ludah kasar, gadis itu menepis rasa itu dari hatinya.“Anda punya saya, Pak Hendra dan Tuan Muda Oscar di rumah ini. Jangan pernah merasa sendirian. Jangan melemah, karena kami semua mendukung Anda.”Darius yang siap untuk menulis huruf demi huruf di kertas, terhenti mendengar kata-kata yang dilontarkan Ranti. Pria itu mengangkat kepala d

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 21. Buku

    Asep melebarkan matanya tak mengerti maksud perkataan pria itu. Dia menunggu Darius untuk melanjutkan ucapannya. Kepalanya bahkan sedikit miring setelah mengangguk pelan, dan melempar pertanyaan lewat manik matanya.Karena tak mendapatkan penjelasan, akhirnya Asep menyerah. “Anda ingin mengatakan apa, Tuan?” tanyanya sopan,Darius masih mengamatinya dengan mata disipitkan. Tampak sekali pria itu sedang berpikir keras. Kemudian dia menyerah dan kembali duduk seelegan yang dia bisa. “Kau siapa?”Asep tak dapat menahan rasa terkejut mendengar pertanyaan itu. Mereka baru saja membicarakan hal penting bersama-sama, dan sekarang Darius sudah melupakannya. Pria itu tak tahu harus menjawab apa. Dilihatnya Darius bahkan sudah melupakan pertanyaan tadi. Pria itu terlihat gelisah dan melihat ke kanan dan kiri seperti mencari sesuatu, namun dia sendiri tidak ingat apa yang sedang dicarinya.“Tuan, hari sudah sore. Sebaiknya Anda kembali ke kamar.”Suara Pak Hendra menyelamatkan suasana yang cang

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 20. Kode Rahasia Evelyn

    Asep menoleh sebentar pada Oscar, meminta persetujuan. Pemuda itu mengangguk. Dia merasa, papanya besok juga akan melupakan apa yang barusan mereka bicarakan. Jadi, biarkan saja.“Malam itu, saya mengantar Nyonya pulang dari kantor. Di tengah jalan, Nyonya minta mobil berhenti di depan apotik untuk membeli obat Anda. Saya lihat apotik itu sepi, jadi saya turun dan berharap transaksi akan selesai dengan cepat. Nyonya tinggal di mobil berdua dengan sopir Rahmat!”Pria itu memejamkan matanya sejenak, mengingat kejadian yang telah bertahun lalu lewat. “Tak saya duga, lima menit kemudian saat saya keluar dari apotik, mobil Nyonya sudah tidak ada. Saya menghubungi Rahmat, namun dia tidak mengangkat telepon. Saya melacak nomor ponsel Nyonya dan mengikuti dengan taksi.”“Jadi, kau meninggalkannya sendiri?” Darius memotong penjelasan dan bertanya dengan suara penuh tuduhan.“Nyonya yang meminta saya turun.” Asep menjawab dengan tenang. Dia bisa memaklumi bahwa konsektrasi Darius bisa mudah ter

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 19. Eutanasia

    Asep diam dan menunduk sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan tak kentara. “Saya hanya mempertimbangakan keselamatan Anda, Tuan Muda. Tapi jelas, saya mendapat amanat untuk menjaga Anda!”“Bagus! Setelah ini, mari ikut ke rumah. Aku ingin kita membahas beberapa hal!” Orscar berdiri dari duduk dan pergi dari sana. Asep segera bangkit dan mengikutinya dengan tenang.Pak Hendra terkejut saat pukul sebelas siang, tuan mudanya sudah kembali dengan wajah buruk. Dia mengerti bahwa pasti telah terjadi sesuatu di perusahaan. Dan lebih terkejut lagi saat melihat seorang pria mengikuti langkah Oscar hingga ke lantai dua.“Siapa dia?” tanya Ranti melihat seorang pria asing langsung ikut naik ke lantai dua, di mana Oscar tinggal sendiri di sana.“Sstt ...!” Pak Hendra meletakkan jari di bibir, mengisyaratkan agar Ranti tidak banyak bertanya. “Siapakan saja makan siang untuk Tuan!”Sudah hampir selesai!” sahut gadis itu, kembali ke pekerjaannya. Pak Hendra membuatkan minuman dingin untuk diantar

DMCA.com Protection Status