Hari ini harusnya Hardin sudah di pingit dan tidak diperbolehkan kemana-mana, tapi berkat bantuan Anggia, Hardin bisa kabur dari rumah Opah dan Omah di podomoro untuk suatu urusan.
Sudah hampir dua minggu belakangan Hardin dan Reyhan tidak saling berkomunikasi.
Hari ini Hardin berencana menemui Reyhan di kantor. Hardin merasa masih ada hal yang mengganjal dihatinya yang membuatnya merasa tidak nyaman. Dan hal ini harus dia bicarakan dengan Reyhan. Setidaknya Hardin ingin memastikan bahwa laki-laki itu sudah benar-benar mengikhlaskan Katrina menikah dengannya. Itu saja.
"Besok gue menikah," ucap Hardin saat dirinya dan Reyhan sudah duduk di dalam sebuah Restorant sunda yang letaknya tidak jauh dari kantor.
Pagi ini pelataran parkir masjid Agung Bandung terlihat penuh oleh mobil-mobil mewah. Di bagian depan Masjid terlihat beberapa petugas keamanan sedang berjaga-jaga. Mereka memeriksa setiap kendaraan yang masuk ke dalam area tersebut. Acara Ijab kabul itu akan dilangsungkan pukul 08.00 WIB nanti. Katrina sudah siap dengan gaun putihnya yang terlihat sederhana hal yang berbanding terbalik mengingat bahwa dia akan bersanding dengan salah satu pemilik perusahaan besar di Indonesia. Katrina tidak ingin terlihat berlebihan. Karena sikap berlebihan itu jelas dilarang dalam Islam. Katrina duduk di sisi kanan arah penghulu di temani oleh Kak Zaenab, Bibi Atiqah dan Nini.
Rumah Opah dan Omah sudah terlihat sepi sejak sore tadi. Kini tinggal pelayan-pelayan di rumah itu yang terlihat sibuk membenahi sebagian rumah besar yang kondisinya terlihat sangat berantakan, sebab tamu-tamu yang berkunjung ke kediaman Hardin siang tadi cukup banyak. Reyhan masih terlihat berada di sana duduk di ruang tengah bersama Anggia sambil menonton Tv. Sebenarnya Reyhan sudah ingin kabur dari rumah itu sejak siang tadi. Hanya saja Anggia terus menahannya di sana. Membuatnya tidak bisa berkutik. Reyhan sempat melirik ke arah kamar utama, kamar yang sudah dihias sedemikian rupa oleh pihak Keluarga untuk ditempati oleh pasangan pengantin baru. Hardin dan Katrina.
Mereka berempat masih berkumpul di ruang Tv setelah kesepakatan liburan ke Bali telah disetujui.Opah dan Omah sepertinya sudah terlelap dalam mimpinya sejak tadi.Sementara Katrina merasa suasana semakin tidak nyaman disini, terlebih ketika dia harus menyaksikan Anggia yang kini mengambil posisi tidur dengan kepala di pangkuan Reyhan. Sementara Anggia sendiri hanya memakai pakaian yang sangat pendek. Tadi Omah sudah menegurnya kenapa Anggia tidak memakai jilbabnya, Anggia berdalih karena gerah. Lagi pula untuk apa di rumah pakai baju serba tertutup? Kan tidak ada yang melihat juga, begitu pikir Anggia. Membuat Omah hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal Anggia berkata seperti itu semata-mata hanya untuk menyindir kakak iparnya sendiri."Aku masuk duluan
"Apa kamu tidak ingin menyentuhku?" Katrina berbicara setelah hampir dua jam berlalu, tapi Hardin masih asyik berkutat dengan buku bacaannya di sofa."Kupikir kamu sudah tidur. Aku tidak mau mengganggu," jawab Hardin tanpa sedikitpun memalingkan pandangannya dari buku yang dia pegang."Aku tidak bisa tidur," ucap Katrina lagi. Perasaannya yang kacau, jelas membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Jadi, bagaimana dia bisa tidur?"Tidur saja. Aku tidak akan menyentuhmu malam ini. Tenang saja." Hardin sudah menebak hal ini akan terjadi. Ketika selepas mandi tadi, Hardin melihat Katrina sudah memejamkan matanya. Hardin hanya bermaksud untuk menutupi tubuh mungil Katrina yang terlihat menggigil dengan selimut ketika dia melihat buliran air mata menetes dari ujung
Perjalanan yang di tempuh selama kurang lebih dua jam Bandung-Bali, akhirnya membawa ke-empat orang itu sampai pada tempat tujuan.Pantai Kuta Bali.Sebuah pantai dengan sejuta keindahan dan pesona alamnya yang memikat.Terlebih memasuki waktu senja. Keindahan Pantai Kuta akan terlihat semakin jelas. Langit yang berwarna merah, bersatu dengan hamparan pasir putih dan gelombang air laut yang tidak terlalu liar menjadi pemandangan yang bisa dinikmati oleh para wisatawan.Setelah selesai check-in di Mercure Hotel, yang sebelumnya telah di booking oleh Anggia, kini mereka berempat sudah bisa beristirahat sambil menikmati fasilitas lain yang disediakan oleh pihak hotel, seperti outdoor pool, trea
"Gia serius Kak,"Anggia mengulangi kalimatnya untuk yang ketiga kali. Tapi Reyhan masih menanggapinya acuh tak acuh. Membuatnya kesal."Perasaan kamu aja kali," jawab Reyhan cuek. Padahal dalam hati, Reyhan sendiri merasa was-was."Gia itu tadi sempat perhatiin mukanya Kak Katrina di pantai, waktu cadarnya tertiup angin, Gia kayak kenal, mukanya nggak asing,""Palingan itu bawaan dede bayinya. Kata om google, perasaan ibu hamil itu biasanya lebih sensitif, jadi pikirannya suka ngelantur kemana-mana,"Anggia masih terus mengingat-ingat lagi. Meski di akuinya, dia tidak sepenuhnya melihat wajah itu secara utuh, hanya sekilas-s
"Minum?" Reyhan menyodorkan sekaleng soda pada Hardin."Thank's," Hardin menerimanya tanpa ekspresi.Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah Hardin. Malam itu begitu dingin. Reyhan beberapa kali terlihat merapatkan jaket denimnya.Kini mereka tengah duduk di outdoor pool hotel mercure yang langsung menghadap ke arah pantai. Debur ombak terdengar di kejauhan. Memecah keheningan di antara mereka."Ada masalah?" akhirnya Reyhan buka suara juga. Dia merasa penasaran dengan apa yang baru saja terjadi. Hal apa yang sampai membuat Katrina menangis?"Nggak ada," jawab Hardin singkat. Kalaupun iya, Hardin jelas tidak akan menceritaka
Hari ini Hardin sudah mempersiapkan segalanya. Dia sudah menyuruh beberapa orang bayarannya untuk membuat surprise kecil-kecilan di tepi Pantai Kuta. Hal ini dia lakukan demi memuluskan niatnya.Rencananya hari ini Hardin akan mengutarakan isi hatinya kepada Katrina. Di tepi pantai Kuta.Dia tidak akan menunda-nunda lagi. Perasaannya pada Katrina benar-benar membuatnya tidak nyenyak tidur.Hardin sudah selesai berpakaian. Gayanya pagi ini terlihat santai tapi tetap maskulin. Dia mengenakan kemeja berlengan pendek dengan motif floral serta celana kargo berwarna coklat.Hardin terlihat asyik menata rambutnya dengan pomade sambil sesekali bersiul-siul kecil ketika sebuah berita tersiar dari tel
Jakarta. Bandara Soekarno Hatta. "Take care, Brother." ucap seorang laki-laki seraya memeluk tubuh laki-laki jangkung dihadapannya. "Lo juga ya, jangan cemburuan lagi. Kalau ada masalah diomongin dulu baik-baik berdua jangan main cerai-cerai aja," ucap laki-laki jangkung itu. Mereka tertawa bersamaan. "Kalau lo butuh sesuatu, langsung kontak gue. Jangan sungkan, gue pasti bantu," "Gue udah biasa hidup merantau di negeri antah berantah, jadi lo nggak usah khawatir, buktinya gue bisa hidup sampe sekarangkan walau cuma sebatang kara?"
Bandung.Kediaman Ustadz Maulana.Satu Minggu kemudian.Hari-hari yang Hardin lalui benar-benar buruk tanpa Katrina.Hardin sudah mencoba mendatangi kediaman Ustadz Maulana di Bandung, dia ingin bertemu dengan Katrina, tapi Katrina selalu menolaknya. Katrina terus mengunci dirinya di dalam kamar bahkan ketika Hardin sudah berusaha mengetuk pintu itu dan mengajaknya bicara dari balik pintu. Namun lagi-lagi usahanya gagal. Katrina tetap menolak bertemu dengannya. Bahkan hanya sekedar menjawab salam yang dia teriakan dari luarpun tetap tak terdengar suara Katrina. Padahal Katrina tetap menjawab salam itu dari dalam, hanya saja dia menjawabnya tanpa suara. Tentunya dengan deraian air mata yan
Ini adalah malam minggu. Hardin mengajak Katrina untuk makan malam di luar. Yumna tidak ikut, karena Yumna sedang berada di Bandung. Omah sendiri yang meminta kepada Hardin dan Katrina untuk menjaga Yumna. Sepertinya wanita paruh baya itu sangat kesepian jika tak ada Yumna di sampingnya.Senyum terus mengembang di wajah Katrina. Dia berpikir Hardin mulai kembali. Setelah sebelumnya dia merasa bahwa suaminya itu banyak berubah. Tepatnya sejak kepergian Anggia. Sepertinya Hardin sangat terpukul. Dan hal itulah yang membuatnya jadi lebih banyak diam akhir-akhir ini. Bahkan sikapnya terkesan dingin pada Katrina. Dia sama sekali tidak menyentuh Katrina. Dia seringkali pulang telat dari kantor. Sementara Katrina mencoba untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Dia tidak ingin membuat hati suaminya menjadi lebih terbebani oleh sikapnya. Dia hanya tidak ingin menyulitkan suaminya. Itu saja.
Beberapa bulan kemudian...Di Sebuah desa terpencil di ujung pulau Jawa.Seorang laki-laki jangkung keluar dari grand Livina putih dengan memegang sebuah buket bunga yang berukuran sedang.Dia berjalan memasuki area pemakaman umum. Beberapa warga sekitar yang berjualan di sekitar pemakaman seolah berbisik-bisik tetangga. Sebab jarang ada orang asing dengan wajah yang menurut mereka sangat tampan, gayanya yang sangat keren ditambah dengan fasilitas mewah yang dia miliki datang ke areal pemakaman di desa tersebut. Dan hal itu langsung menjadi buah bibir di daerah itu.Reyhan berhenti di sebuah makam yang bertuliskan nama Jihan Fadila pada batu nisannya. Dan itulah m
Tim dokter dengan segala kepintarannya serta kemajuan tekhnologinya tetap tak bisa menentang takdir yang sudah ditentukan.Masih dua minggu dari prediksi, tapi Anggia sudah merasakan perutnya mulas sejak sore tadi.Awalnya dia berpikir bahwa dia hanya mulas karena ingin buang air besar. Tapi tidak kunjung keluar juga setelah dia berjalan bulak-balik keluar masuk toilet.Hingga akhirnya Anggia mendapati kemaluannya menghangat. Dia seperti seorang anak kecil yang pipis di celana, namun ketika melihat ke bagian selangkangannya, ternyata darah yang merembes dari sana dan turun mengalir ke bawah kakinya. Anggia panik dan berteriak. Membuat Omah terkaget-kaget.Saat itu juga Anggia langsung di baw
Satu Bulan Kemudian.Hari ini Reyhan diberi mandat oleh Opah untuk menangani masalah pekerjaan di Jakarta. Sebab Hardin sedang ada urusan pekerjaan di luar kota.Sore ini usai menyelesaikan urusan kantor, Reyhan berencana untuk membelikan sebuah hadiah untuk sang calon bayi di perut Anggia yang diprediksikan akan keluar dalam minggu-minggu ini. Dan sobatnya Nindra pun istrinya baru saja melahirkan, jadi Reyhan sekalian berbelanja di satu toko yang sama. Mumpung dia sedang berada di Jakarta. Karena besok Reyhan sudah harus kembali ke Bandung.Reyhan melihat-lihat jejeran stroller bayi dan pakaian bayi yang menurutnya sangat lucu. Kebetulan, dari hasil USG anak di perut Anggia itu berjenis kelamin perempuan. Jadi Reyhan memutuskan membelikan sebuah pakaian bayi peremp
Acara barbeque sudah selesai. Katrina sedang mencuci piring di dapur, ketika Anggia datang menghampirinya."Perlu bantuan?" tanya Anggia."Eh, nggak usah, Nggi. Udah mau selesai kok." Katrina menjawab seraya tersenyum dari balik cadarnya."Lo serius cinta sama Aa gue?" Anggia kembali bertanya. Matanya menatap wajah Katrina lekat-lekat. Ekspresinya terlihat datar. Sebenarnya Anggia benci jika harus berbicara dengan Katrina sementara dia tidak bisa menerka-nerka ekspresi wajah sahabatnya itu sebab tertutup cadar. Jadi, Anggia hanya bisa menebak melalui tatapan mata Katrina saja. Jelas itu bukan hal yang mudah baginya.Katrina langsung berhenti dengan kegiatannya begitu mendengar kalimat yang d
Katrina masih berjalan kaki menuju villa ketika dilihatnya mobil Hardin melesat bak anah panah melewatinya.Coba itu? Bahkan mereka tidak sama sekali menawarkan tumpangan pada dirinya. Katrina dibuat semakin jengkel."Ayo naik," kali ini sebuah suara terdengar. Suara Hardin. Ternyata dia sedang mengendarai motor matic si penjaga villa yang tadi dia pinjam. Motor itu melaju pelan di samping Katrina.Katrina melipat tangannya di dada. Dia langsung melengos.Enak saja. Tidak segampang itu Katrina akan memaafkannya. Katrina benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada dikepala suaminya, hingga dengan begitu tega membohongi istrinya sendiri, hanya demi sebuah pengakuan.
Lokasi Villa yang di sewa Hardin memang cukup jauh dari jalan raya puncak. Lokasi itu memasuki kawasan perkebunan teh terlebih dahulu. Jadi bisa di pastikan kondisi jalanan sangat sepi di malam hari. Belum lagi dalam kondisi cuaca seperti malam ini.Reyhan bergegas masuk ke dalam Villa sebelum sempat menjawab pertanyaan Katrina."Kunci mobil Hardin dimana?" tanya Reyhan panik.Katrina berlari ke dalam kamarnya. Mengambil kunci mobil di atas meja rias. Dan memberikannya pada Reyhan."Ada apa ini, Kak? Itu baju Kakak kenapa berdarah?" Katrina kembali bertanya. Dia mulai menangis.Reyhan berlari ke arah kamar Anggia.