"Ceritakan hari pertama mu?" tanya Helen pada christy.
Sambil merebahkan dirinya, Christy bercerita dengan menyedihkan . "Aaah Helen, kenapa ada Bos yang menyebalkan sepertinya," protes Christy. Helen mencubit tangan Christy, "Hei, kau tidak tahu betapa banyak karyawan wanita di kantor kita yang ingin memiliki kesempatan bisa berdekatan dengan Presdir kita," ucap helen. "Haaaah, aku dengan senang hati rela untuk bertukar posisi jika bisa," ucap Christy sambil tertawa. Jam 7. 30 pagi christy sudah di kantor. Mengecek file-file jadwal Presdir. Merapihkan laporan-laporan dari kepala-kepala departemen yang akan di tanda tangani Presdir. Tepat jam 08. 00 pagi. Presdir tiba di kantor "Selamat pagi Direktur," ucap Christy. "Bawakan kopiku!" perintah Edward. Christy mengangguk dan segera pergi ke Pantry untuk membuatkan kopi . Christy menaruh kopi itu di atas meja Edward dan memasingkan jadwal Edward hari ini. Christy bertugas sebagai sekretaris yang stand by di kantor. Sementara Yuri bertugas mengikuti kemana saja Presdir pergi untuk mengatur segala kebutuhan presdir. Hari ini Christy melalui harinya dengan damai. Edward Gu hari ini memperlakukan Christy dengan Normal. Yuri dan Helen mengajak Chritsy untuk merayakan penyambutan atas bergabungnya Christy di Gu textile. Mereka pergi makan di Crown Restoran yang juga ada menyediakan tempat untuk karaoke. Selesai makan mereka melanjutkan dengan bernyanyi dan sedikit minum-minum Alkohol sebagai penghangat suasana. Christy yang tak terbiasa minum alkohol baru minum sedikit sudah membuat wajahnya memerah dan pusing. Christy bangkit dan pergi ke toilet, sambil jalan terhuyung. Christy mencuci wajahnya, dan menepuk-nepuk wajahnya agar merasa lebih segar dan tidak mengantuk. keluar dari toilet, Christy berjalan dengan masih tubuh terhuyung menggontai. Christy menabrak seorang pria. "Maaf, maafkan aku yang kurang memperhatikan jalan," ucap Christy sambil menundukan kepalanya. "Christy," panggil pria itu. Christy menengadahkan kepalanya dan melihat sosok Erick ada di depannya. Raut wajah Christy nampak terkejut. "Eric," ucapnya terbata. "Apa kau mengikuti sampai sejauh ini?" ucap Eric dengan penuh percaya diri di depan Christy Xu Christy memandangi Eric tak percaya jika selama tujuh tahun dia bisa mencintai pria brengsek seperti dia. "Apa kau menganggap dirimu Dewa, sampai pantas harus terus kutunggu dan ku kejar," Ucap Christy dengan lantang berani, Alkohol yang diminumnya benar-benar telah membuat dia mabuk dan menjadi lebih berani satu tingkat. Eric belum pernah melihat Christy mabuk seperti ini dan mengernyitkan kedua alisnya. "Wanita ini sepertinya mabuk," pikir Eric. Selama tujuh tahun berhubungan Christy selalu bersikap lembut tidak pernah berteriak kepadanya meskipun dia marah kepadanya. "Minggir kau mengahalangi jalanku!" ucap Chirsty sambil mendorong tubuh Eric. "Christy kau sedang mabuk," ucap Eric sambil memegangi tubuh Christy yang berjalan agak terhuyung-huyung. Bagaimanapun juga mereka pernah dekat selama tujuh tahun. Eric sedikit tidak tega membiarkan jika Christy harus pulang sendiri dengan keadaan mabuk. "Aku antar kau pulang," ucap Eric lagi. "Lepaskan aku Tuan Eric," jawab Christy bersungut marah. Kebetulan Christy Melihat ada Edward di ujung koridor Restoran itu, lalu segera menghampirinya dan menarik Edward ke arah Erick dan dirinya. "Terima kasih Tuan Eric, kau tidak perlu mengantarku. Calon suamiku sudah datang menjemputku," ucap Christy yang sedang mabuk sambil menyeringai senyum dan menyentuh lembut pipi Edward Gu.MEMBAWANYA PULANG
Edward melirik ke Arah Eric xie sambil memegangi tubuh Christy Xu yang tidak seimbang. "Bukankah ini pria yang sudah mencampakan Christy waktu itu," pikir Edward. Chisrty yang masih dalam keadaan mabuk, menarik leher Edward dan meniup-niup telinganya dengan lembut sambil berbisik. "Bawa aku pergi dari sini!" pinta dan bisik Christy Eric belum pernah melihat Chirsty yang seperti itu, agak merasakan sedikit kemarahan di hatinya. Eric menarik lengan Christy. "Aku antar kau pulang sekarang," ucap Eric. Baru setengah menarik, tiba-tiba Edward menarik lengan yang satunya lagi. "Aku yang akan membawanya pulang," ucap Edward. Sekarang Edward dan Eric sama-sama memegang lengan Chisrty dan saling tarik menarik Christy untuk ke arahnya. "Ah Sakiiiit huu huu hu," teriak Chirsty mulai menangis. Eric yang belum pernah melihat Chirsty seperti ini akhirnya melepaskan pegangannya dan membuat Christy sepenuhnya jatuh kepelukan Edward. Edward menangkap tubuh Christy. "Wanita ini benar-benar tidak bisa minum," pikir Edward. Edward memapah Christy, untuk membawanya pulang. Edward mendudukan Christy di kursi depan, dan memakaian sabuk pengaman. Namun terfikir dia tidak mengetahui alamat rumah Christy, Edward pun memutuskan membawa Christy ke Apartemennya. Edward Memapah Christy yang terus saja mengoceh karena mabuk. "Eric dasar sialan kau, kemana hatimu pergi. Tujuh tahun aku bersabar menunggu hari pernikahan kita, tapi kau malah pulang membawa wanita lain yang sedang mengandung bayimu," ucap Christy sambil menarik kerah kemeja Edward. "Katakan, kenapa kau masih tetap memperhatikanku? Haaah berlagak mau mengantarku pulang. kau pasti senang kan melihat ku menderita," capnya lagi sambil mendorong tubuh Edward. "Wanita ini sungguh menyedihkan," pikir Edward. Tiba-tiba Christy mendekatinya. Christy masih menganggap Edward Gu adalah Eric Xie "Eric aku punya hadiah untukmu," ucap Chirsty sambil melangkah mendekat kepadanya. Dan tiba-tiba memuntahi kemeja Eric. "Whuekz," Chirsty membersihkan sudut mulutnya sambil tertawa senang. "Kau pantas menerimanya, dasar brengsek," Ucapnya sambil menyeringai dan terjatuh di lantai. Mata Edward melebar penuh kemarahan dan segera saja menyeret Christy memasuki unit Apartemennya, lalu melemparkan tubuh Christy ke dalam bath up. Setelah selesai membersihkan diri, Edward melirik Christy yang tertidur di Bath Up. "Dasar wanita ceroboh," ucap Edward sambil menggelengkan kepalanya. Edward mengguyurkan air ke tubuh Christy untuk menghilangkan bau muntahan di tubuh Christy. Chirsty masih tertidur seperti babi gemuk yang malas. Edward melepaskan baju Christy dan membungkusnya dengan Handuk. Menempatkannya di kamar tidur tamu dan memakaikan kemejanya. Tiba-tiba gerakan tangan Edward berhenti ketika sedang mengancingi kancing kemeja. "Hei, apa yang terjadi kepadaku? kenapa tidak ada perasaan sama sekali melihat tubuh halus molek ini," pikir Edward. "Pepatah bilang jika kau menyayangi seseorang maka kau akan menjaga kehormatan wanitanya," semakin dipikirkan Edward semakin bingung. Edward segera pergi meninggalkan kamar tamu dan kembali ke kamarnya. Merebahkan diri dan mencerna kejadian hari ini. memikirkan tentang Eric Xie, Edward juga menganggap laki-laki itu sungguh brengsek. "Apakah wanita itu sangat buta sehingga bisa mencintai pria brengsek seperti dia selama tujuh tahun?" tanya Edward Gu dalam hati. Matahari pagi masuk menyinari kamar tamu, Christy terbangun karena kehangatan yang menyentuh wajahnya. Christy membuka kedua matanya. Terbangun dengan kaget, "dimana aku?" ucap Chirsty sambil memandang bajunya telah berganti menjadi kemeja laki-laki. Christy mencoba mengingat kejadian semalam, dia ada bertemu dengan Eric, lalu ada menarik Edward Gu. "Oh Tuhan," Christy menepuk jidatnya dan berdiri kaget dari atas tempat tidur. "Tamatlah riwayatku," lirih hati Christy. Sontak saja beberapa teman Edward yang melihatnya Terkaget, sejak kapan Edward Gu berhubungan serius dengan wanita dan berencana menikah. Bahkan membiarkan dirinya di sentuh oleh wanita yang sedang mabuk. Karena Edward adalah orang penyuka kebersihan.Christy memukul-mukul kepalanya. "Ya Tuhan. Christy, kekacauan apa yang telah kau buat," batinnya menggeliat. "Habislah sudah karirku yang baru berusia beberapa hari ini," ucap Christy mau menangis dsn sendu dihati. Christy membuka pintu kamar itu pelan-pelan. Sepertinya Presiden Direktur sedang tidak ada, Christy mengendap-ngendap keluar sambil berjinjit agar gerakannya tidak terdengar. "Apa kau mau pergi membawa baju kemejaku?" ucap Edward. Tubuh Christy membeku . "Ketahuan," ucap Christy dalam hati sambil menggigit bibirnya. Edward berdiri bersedekap di depan Christy Xu. "Apakah wanita ini benar-benar akan pergi keluar dengan seperti ini," ucap Edward dalam hati sambil memandangi kemeja selutut yang dipakai Christy, menunjukan kaki jenjang panjangnya dan mepertegas jari-jari kacil kakinya yang imut. Edward mengambil Tas y
Chritsy Xu mengejar langkah Edward Gu. "Tuan apakah Nyonya besar galak?" tanya Christy. "Sebentar lagi kau bisa mengetahuinya," ucap Edward Gu. Mereka berdua sampai di Ruang Makan. Edward menggandeng tangan Christy, lalu membisikan sesuatu ke telinga Christy. "tersenyumlah"! perintah Edward Gu. Christy Xu memasang senyuman termanisnya. "Nyonya Gu, Selamat malam," Sapa Christy seraya memberikan hormat membungkukan badannya. Nyonya Gu, merasa senang melihat sopan santun Christy. Tinggal di tengah-tengah kota modern seperti ini, sudah jarang sekali menemui anak Gadis masih menjungjung nilai-nilai luhur norma. "Ya, ya . Gadis manis," ucap Nyonya Gu sambil menarik Christy untuk duduk di sebelahnya. Mereka bertiga duduk dengan tenang di meja makan bundar tersebut. Selesai makan Nyonya Gu mengajak Christy meminum Teh herbal untuk m
Christy Xu merasa merdeka ketika melihat susunan Jadwal kerja President Direktur. "Yes, dia akan melakukan perjalanan dinas ke Negri kincir Angin selama sepekan," ucap Christy dalam hati dan tersenyum dengan penuh kemenagan. "Dalam Sepekan hari-hariku akan penuh kedamaian," ucapnya lagi. "Apakah ada sesuatu yang menyenangkan hatimu?" tanya Yuri sang Sekretaris utama Presdir. "Aah, tidak. tidak ada apa-apa. Eem apakah kau akan ikut pergi dengan Presdir?" tanya Christy. "Tentu saja aku harus pergi, bukankah aku Sekretaris utamanya," hawab Yuri. "Kau hebat sekali Yuri, Sekretaris terhandal Presdir," ucap Christy memuji. Selama Christy bekerja disini, Christy tidak pernah melihat Yuri di jemput oleh Pria. "ya, ya bekerja dengan Presdir antik macam Tuan Gu itu tentu saja membuat Yuri menjadi tidak memiliki waktu untuk mengurus soal cinta," pikir Christ
Melihat Presdir Gu menatapnya dengan tatapan investigasi Christy pun langsung membela diri. "Tenang saja Presdir Gu, makanan yang baru saja kumasak ini aman dan steril," ucap Christy kepada Edward Gu. Christy hanya menyiapkan satu set makan malam, karena tadi meski makan sedikit dia sudah merasa kenyang. Bagaimana mungkin selera makannya tidak menghilang jika tadi baru saja di kejar-kejar dan digelitiki. "Direktur, silahkan menikmati makan malamnya," ucap Chirsty sambil berlalu pergi mandi. Christy nampak kebingungan melihat beberapa barang di kamar mandinya berubah. "Sikat gigi berpasangan," ucapnya sambil mengernyitkan alisnya. "Bukaknkah ini hanya kesepakatan saja untuk menemani dia berpura-pura, kenapa harus berakting sampai seserius ini," gumam Christy dalam hati sambil melihat Kimono yang sama yang tadi di pakai oleh Edward Gu. &nb
Mereka ke Kota Sin Chuan dengan menggunakan Pesawat. Agar lebih cepat ke tujuan. Sesampainya di Kota Sinchuan Eric segera membawa Christy ke Rumah Sakit. Perlahan Christy menghampiri tempat tidur Nyonya Xie. "Ma, aku disini". Ucap Christy seraya memegang lembut tangan Nyonya Xie. Mendengar suara Christy yang memanggilnya Nonya Xie pun terbangun. "Christy Putriku, kau disini". Ucap Nyonya Xie dengan senang. "Ya, Ma". Jawab Christy. Nyonya Xie memandang Eric, di matanya masih terisrat kemarahan pada Putranya itu. "Ma, sudahlah aku sudah msmbawa Christy ke sini bukan ?". Ucap Eric. "Kau ini, jika bukan karena perbuatanmu. Christy sudah akan benar-benar menjadi Putriku !". Ucap Nyonya Xie penuh kemarahan pada Putranya itu. "Ma, sudahlah. Aku akan selalu menjadi Putrimu . Ucap Christy menenangkan Nyonya Xie. Eric dan Christy mene
Ketika Eric dan Edward sibuk berdebat, Christy sudah bersiap rapi akan pergi ke Rumah sakit. Christy berlalu begitu saja melewati mereka berdua. Eric mengejar christy dan menarik lengan Christy. "Christy tunggu aku sebentar, kita pergi melihat Mama bersama-sama yah," ucap Eric. Christy terdiam memandnag Eric lalu melepaskan tangan Eric dengan kasar. "Tidak perlu aku bisa pergi sendiri," ucap Christy berlalu pergi. Giliran Edward Gu yang mengejar Christy. "Tunggu aku," ucap Edward seraya menarik tangan christy agar berjalan sejajar dengannya. Christy bersedekap di depan Edward. "Direktur Gu, apa lagi yang kau inginkan dariku," ujar Christy dengan ketus. "Hei, kau ini masih sekretarisku bukan?" tanya Edward menyindir. "Eheem, aku kesini karena sedang mengurus pekerjaan di Pabrik Textile Gu. Dan aku membutuhkan bantuanmu," ucap Edward. &nbs
Selesai melakukan pekerjaan yang tidak di rencanakan itu, Edward Gu membawa Christy Xu untuk makan siang. "Kita makan dulu setelah itu barulah kita kembali ke Jiangmen City," ucap Edward. Mendengarnya, Christy Xu merasa bahwa tujuan sebenarnya Edward Gu datang ke Kota Sin Chuan adalah hanya untuk menjemputnya. Namun karena tengah merasa kesal dengan Edward, Christy tak ada waktu merasakan senang di hati. "Direktur Gu, bisakah kau menjelaskan kepadaku mengapa kau membohongiku tentang kebenaran awal pertemuan kita ?" tanya Christy Xu. Gerakan sumpit Edward yang sedang mencapit makanan itu pun terhenti. "Eem itu, Eem ...." Edward merasa ksbingungan menjawabnya. "Bukankah harusnya kau mengucapkan terima kasih kepadaku karena telah menolongmu waktu itu, tapi mengapa kau terus saja menjahiliku Direktur Gu ?" tanya Christy. Edward, menaruh sumpitnya, "Ma
"Baik Ma, kami berdua akan menginap disini." Ucap Edward kepada Nyonya Gu. "Bagus, begini baru bagus," ucap Nyonya Gu. Christy melirik hasil sulam tangan Nyonya Gu. "Apakah ini hasil buatan tangan Mama ?" tanya Christy "Tentu saja," jawab Nyonya Gu dengan bangga. " Ini sangat cantik sekali Ma," ucap Christy "Ibuku dulu suka sekali menyulam dan merajut," Ingat Christy agak sedih. "Ah sayang jangan bersedih ya, sekarang kau memiliki Mama," ucap Nyonya Gu. "Apakah kau mau jika Mama mengajarimu ?" tanya Nyonya Gu. "Ya tentu saja Ma," jawab Chirsty dengan hati senang. Edward memandangi interaksi mereka berdua dengan penuh rasa haru, Christy adalah wanita pertama yang menerima ajakan mamanya untuk dengan senang hati menyulam bersama. Edward meninggalk
Edward mendekati Christy dengan langkah tenang, meski jelas terlihat rasa khawatir menguasainya. "Christy..." suaranya lembut, tetapi sarat dengan perasaan. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku terlambat."Christy menatapnya dengan mata yang masih sedikit buram karena peristiwa barusan. Dia mencoba tersenyum, meskipun rasa lelah begitu nyata di wajahnya. "Aku baik-baik saja, Edward. Kau menyelamatkanku... seperti biasa."Edward mengulurkan tangannya, menyentuh lembut wajah Christy. Jarinya yang hangat menyusuri pipinya yang masih sedikit basah oleh air mata. "Kau selalu kuat. Lebih kuat dari yang kau kira."Christy merasa ada sesuatu yang berubah dalam cara Edward menatapnya saat ini. Seolah-olah beban yang lama menghimpit perasaan mereka berdua mulai terangkat. Untuk pertama kalinya, ada kelegaan di antara mereka. Meski tubuhnya masih gemetar, hatinya mulai merasakan kehangatan dari kehadiran Edward yang begitu dekat."Edward..." Christy mencoba mengumpulkan kekuatannya unt
Saat Yvone mengangkat pisau, waktu seolah melambat. Wajahnya penuh kebencian, napasnya terengah-engah, dan matanya memancarkan kegilaan yang tak terkendali. Dia melangkah maju, siap menyerang Christy yang masih tergeletak lemah di lantai."Yvone! Jangan!" seru Edward dengan suara penuh kekhawatiran, namun Yvone sudah terlanjur dikuasai oleh emosi dan obsesinya yang tak terbendung.Christy, meskipun lemah, tahu bahwa ini adalah titik kritis. Dia mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terlalu lelah dan nyeri akibat pergulatan sebelumnya. Pisau yang dipegang Yvone berkilat di bawah cahaya ruangan, dan Christy hanya bisa menatap dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan ketidakberdayaan.Tepat saat Yvone hendak menyerang, Edward melangkah cepat, berlari menuju Yvone dan meraih pergelangan tangannya. Gerakannya cepat dan tepat, tetapi Yvone melawan dengan sekuat tenaga. "Lepaskan aku, Edward! Aku harus melakukannya! Aku harus menyingkirkannya!" teriak Yvone histeris, berusaha melepaskan
Christy berdiri tegak di ambang pintu kamar, tubuhnya masih lemah tapi tatapannya penuh determinasi. Dia yang biasanya bisa menyembunyikan kegelisahannya dengan tenang, kini terlihat sangat terganggu. Ruangan itu seolah dipenuhi oleh ketegangan yang kian memuncak."Yvone," ujar Christy lagi, kali ini lebih tegas. "Kau selalu berada di bayang-bayang, merancang sesuatu. Tapi Edward tidak akan tinggal diam lagi. Kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisiku di hidup Edward."Yvone tertawa kecil, namun senyumnya penuh kepahitan. "Kau tahu apa yang membuatku muak, Christy? Aku selalu pandai berpura-pura menjadi korban. Setiap orang di sekitarku akan berlutut untuk melindungiku, padahal aku tidak lemah dan tak berdaya!"Christy terdiam sejenak, menatap Yvone yang kini terlihat lebih seperti seseorang yang arogan manipulatif. "Yvone, kau yang membuat hidup ini menjadi pertarungan yang tidak pernah kuminta.""Omong kosong!" teriak Yvone, matanya berkilat marah. "Sejak kau muncul, semua or
Di ruangan kerja Edward, suasana semakin memanas. Jia He berkutat dengan laptopnya, berusaha mencocokkan untuk data dari rekaman dengan berbagai database, mencari tahu siapa wanita yang ditemui oleh Mark. Sementara itu, Edward berdiri dengan tangan mengepal, mengamati layar dengan mata menyipit, berharap petunjuk berikutnya segera muncul."Apakah kau sudah mendapatkan sesuatu?" tanya Edward dengan nada mendesak.Jia He mengangguk cepat. "Aku sedang mengolah pengenalan wajah dari video. Prosesnya mungkin butuh sedikit waktu."Edward berjalan mondar-mandir, pikirannya melayang kembali pada Christy. Ingatan tentang malam ketika semuanya berubah terus menghantuinya. Jika dia tidak datang tepat waktu, pasti Christy terluka, dan jika itu terjadi dia pasti tidak akan bisa mengampuni dirinya. Namun, yang tidak bisa dia lepaskan adalah firasat bahwa ini bukan kebetulan."Tunggu!" seru Jia He tiba-tiba. "Aku mendapatkan kecocokan! Wanita yang terlihat bersama pelaku. Dia… ini sebaiknya kau lih
Sambil melajukan mobilnya, Yvone terus berpikir tentang apa yang terjadi. Meskipun di dalam hatinya ada rasa khawatir untuk Christy, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa sebal. Kenapa Christy selalu menjadi pusat perhatian? Bagaimana mungkin semua orang melupakan perannya dalam skenario yang sebenarnya?Di sisi lain, di dalam ruangan yang dipenuhi dengan teknologi canggih, Jia He sudah mulai mendapatkan gambaran dari pemantauan kamera. "Oke, aku menemukan beberapa rekaman di area sekitar. Mari kita lihat apa yang bisa kita temukan," ujarnya dengan penuh semangat. Edward mendekat ke layar, matanya menyipit fokus pada setiap gerakan yang ditampilkan."Ini dia!" seru Jia He. Layar menampilkan sosok seorang pria yang terlihat mencurigakan. Dia tampak gelisah, seperti sedang mencari seseorang. Edward menjulurkan lehernya, memperhatikan setiap detail."Ini rekaman dari beberapa jam sebelum kejadian," jelas Jia He. "Dia terlihat berbicara dengan seseorang sebelum Christy datang. Mungkin
Edward melajukan mobilnya sementara Christy masih menangis sampai tertidur. Dia membawa pulang Christy ke rumah tua Gu, berharap ibunya dapat menghibur Christy. Ketika sampai wanita itu masih terpulas di kursi mobil Edward.Dengan lembut Edward menggedong Christy masuk ke rumah tua, Nonya Gu langsung saja menghampiri, "Apa yang terjad?" tanyanya."Dia demam?" ujar Nyonya Gu sembari mengusap kening Christy.Nyonya Gu membuka pintu kamar tamu, lalu Edward nerebahkan Christy di ranjang besar itu. dia mengelus pipi halus wanitanya itu. hatinya merasa marah ketika mengetahui Christy akan di gagahi oleh pria lain. Sementara, dia selama ini benar-benar menjaga Christy seperti porselen tapi malah ada laki-laki asing yang sengaja ingin menjamahnya.Edward menarik Nyonya Gu keluar dari kamar tamu Lalu menceritakan tentang apa yang baru saja terjadi. Mendengarnya jelas saja membuatnya marah, "Temukan siapa pun pelakunya, tak peduli jika kita mengenalnya.
Eric diberi tahu nomor kamar Christy lalu pergi kesana dengan membawa makanannya. Sementara itu Christy sedang berjuang melepaskan diri dari pelukan pria asing tersebut. Baju Christy sudah sedikit robek dan kesadaran Christy sudah mulai menghilang.'Prang' tangan Christy masih berhasil menjatuhkan lampu yang ada di nakas samping ranjangnya. Eric yang mendengar ada sesuatu yang salah segera saja menendang pintu kamar Christy kuat-kuat sampai terbuka.Eric terkejut melihat ada pria di atas tubuh Christy. Eric melihat kedua mata Christy yang memandanginya dengan mata memerah berurai air mata.Menghabiskan masa-masa bertumbuh bersama, Eric memahami wanita seperti apa Christy. Eric segera saja menerjang masuk dan meraih pria asing tersebut dan memukulinya bertubi-tubi tanpa ampun.Edw
Yvone Menyeret Mu Tian Xing kedalam toilet, "Kau akan mengancurkan semua rencanaku," ujar Yvone dengan marah. "Rencanamu?" tanya Mu Tian Xing. "Emmm … maksudku, rencana kita?" Kilah Yvone. "Dengar! aku tidak ingin hal ini terjadi lagi!" ujar Yvone dengan nada menekankan. "Jika kau ingin menyingkirkan Christy, maka ikuti pengaturanku," ujar Yvone. Mu Tian Xing "…." Dengan rasa kesal, Mu Tian Xing pun pergi meninggalkan Textile Gu. Yvone benar-benar kesal dibuatnya. Yvone mengambil ponselnya, lalu menghubungi orangnya yang ada disana. "Bagaimana, apakah semua sudah siap?" tanya Yvone.&
Malam ini tidak ada lembur, karena itu Christy bisa pulang tepat waktu. Chirsty menerima pesan dari Edward agar tidak perlu pergi berbelanja karena Edward sudah mengisi penuh isi kulkasnya.Christy tiba dan masuk ke apartemennya, Christy melihat Edward berbaring malas di sofanya. Chirsty mengganti sepatunya dengan sandal rumah."Tunggu ya, sebentar lagi aku akan memasak untukmu," ujar Christy seraya membungkuk sedikit dan mencium kening Edward."Emm …." jawab Edward sambil terus memperhatikan acara televisi yang sedang dia lihat.Chirsty mencuci muka, tangan dan kakinya bersalin pakaian casual barulah mulai memasak untuk Edward. Edward menghampiri Christy ketika wangi makanan sudah mulai tercium. Edward memeluk Christy dari belakang dan meletakan dagunya di bahu Christy.&n