Malam ini Azahra makan malam bersama keluarganya di rumah milik Daddy nya. Seperti biasanya, setiap akhir pekan, Azahra dan Ferdi akan menginap di rumah orang tuanya dan juga mertuanya secara bergantian. Saat ini Indah dan Andi juga berada di rumah Attar. Azahra sudah berencana untuk menyampaikan kepada kedua orang tua, serta mertuanya mengenai rencananya yang ingin merawat bayi Zikra.
"Adek, ini nasinya dihabiskan." Azahra melihat nasi Akbar yang masih tersisa.
"Aku sudah kenyang, tadi aku sudah makan pizza." Akbar berkata dengan pipi yang menggembung.
"Udah jangan dipaksa Akbar untuk habisin kalau dianya sudah kenyang, kasihan." Ferdi mencegah istrinya. "Ini om, makannya belepotan." Ferdi membersihkan bibir adik kesayangannya dengan tisu.
Akbar begitu senang ketika dirinya dibela oleh Abang iparnya. Bisa dikatakan, Abang iparnya akan selalu membelanya seperti ini. "Kapan adik bayi yang di rumah sakit itu dibawa pulang?" Tanya Akbar. Anak laki-laki itu s
Ferdi melihat istrinya yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Beberapa bantal sudah disusun rapi di atas tempat tidur yang berukuran besar tersebut. Dua bantal kecil dan guling kecil berwarna biru dan merah muda di letakkan di bagian tengah."Nanti kita tidurnya berempat. Abang tidur di sini, Rara di sini, baby boy disini, Baby girl di sini." Azahra tersenyum. Ia sudah sibuk mengatur posisi tempat tidur untuk kedua anaknya."Apa anak-anak tidur di sini?" Tanya Ferdi."Iya bang, kasihan kalau tidur gak sama kita," jelas Azahra.“Kalau gitu Abang posisinya jangan yang paling ujung dong." Ferdi protes ketika istrinya meletakan posisinya paling ujung di dekat dinding.Jadi abang mau dimana?" Tanya Azahra."Adek disini, Abang di sini dan anak di sini.” Ferdi merubah formasi tempat tidur. Ia memilih posisi di samping istrinya, di bagian paling tepi."Boleh juga." Azahra tersenyum."Menunggu ternyata terasa lama ya de
Azahra berbaring di samping Bayi Zikra. Ia tersenyum ketika melihat bayi Zikra yang memandang ke langit-langit kamarnya dengan mulut yang membulat. "Baru lihat ya dek, yang seperti ini. Selama ini yang dilihat warna putih saja." Azahra tersenyum dan mencium pipi Zikra."Beneran pintar ini, padahal umurnya baru hitungan minggu tapi udah pinter banget diajak ngomong. Lihat ini mulutnya bulat-bulat." Azahra memegang bibir kecil yang bulat milik Zikra. Dirinya gemas sendiri ketika melihat tingkah lucunya bayi berwajah cantik tersebut."Ini rumah kita, kalau disini banyak yang bisa lihat, bukan hanya tempat tidur box." Azahra bercerita dengan tersenyum dan mencolek hidung kecil Zikra. "Adek wajahnya seperti mama Dina. Matanya, hidungnya, bibirnya." Azahra memandang wajah bayi cantik tersebut. Melihat wajah Zikra, sedikit mengobati rasa rindunya terhadap Dina.Azahra mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. "Adek ini foto mama. Seperti adek, sama-sama cantik.
Ferdi berbaring di belakang Azahra. Ia memeluk perut besar istrinya dari belakang. Bibirnya menempel di belakang leher istrinya."Abang jangan cium, Rara geli." Azahra memprotes sikap suaminya. Saat ini dirinya sedang meniduri Zikra.Ferdi tidak menjawab ucapan istrinya, ia juga tidak menghentikan pekerjaannya. Pria itu tetap saja melakukan apa yang diinginkannya. Tangan nakalnya kini sudah mulai bekerja. Diangkatnya daster Azahra ke atas dan tangannya masuk ke dalam daster istrinya."Abang, tunggu sebentar, ini Rara mau tidurkan Zikra." Azahra kembali protes atas sikap suaminya."Dari tadi Abang diam aja," jawabnya yang tidak mau memberhentikan kesibukannya.Azahra memajukan bibirnya ke depan. Suaminya memang tidak berbicara namun tangan suaminya begitu mengganggunya. "Abang memang enggak ngomong tapi tangan Abang tuh.""Emang tangan Abang kenapa, cuman gini doang." Ferdi masih terus mengusap-usap bagian dalam daster istrinya.
"Iya," jawab Azahra dengan tersenyum memandang suaminya. Ia berangsur duduk dan beranjak dari atas tempat tidur. Ia berjalan menuju ke lemari dengan memegang perut bagian bawahnya. Azahra mengambil pakaian untuk dipakai suaminya ke masjid.Diletakkannya baju koko, peci, kain sarung serta pakaian dalam untuk dipakai suaminya di atas tempat tidur. Ia kemudian duduk di tepi tempat tidur dengan tersenyum memandang Zikra. "Alhamdulillah, Daddy bisa terima Zikra dengan baik. Daddy juga sayang Zikra. Mommy gak sangka, Daddy bangun tengah malam, buka pampers, walaupun gak bisa pasang lagi ya nak." Azahra tertawa dan menutup mulutnya. "Rara yakin, Dina di sana sudah tenang, melihat anaknya di sini tidak kurang kasih sayang. Nanti bila Zikra sudah besar dikit lagi, Rara akan bawa Zikra ke makam Dina." Ia berkata di dalam hati. Apa yang terjadi dengan sahabatnya di akhir hidupnya, sungguh membuat Azahra prihatin. Hanya kepada Azahra, Dina berani menitipkan anaknya, karena Dina yang tida
Azahra terbangun ketika perutnya terasa sakit. Dilihatnya Ferdi yang sedang terbangun di tengah malam. Meskipun perutnya sakit, namun Azahra tidak ingin mengadu. Ia memilih untuk pura-pura tidur, dan melihat bagaimana cara suaminya mengurus Zikra bila tengah malam. Selama bayi Zikra bersama dengan Azahra, Ferdi tidak pernah membangunkan Azahra di tengah malam."Mau minum ya nak, kita hangatkan susu dulu." Ferdi tersenyum. Sebelah tangannya menggendong Zikra, sedangkan satu tangannya lagi mengambil susu di dalam kulkas dan menghangatkannya.Setelah susu selesai dihangatkan, Ferdi berjalan ke arah tempat tidur. Ia naik ke atas tempat tidur dengan pelan-pelan. Diletakkannya Zikra di samping Azahra. Ferdi kemudian memasukkan kepala kompeng ke dalam mulut Zikra.Rasa sakit perutnya semakin terasa. Azahra sudah tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya, ia akhirnya membuka matanya dan memandang suaminya."Mommy bangun?" Tanya Ferdi.Azahra mengangg
"Apa sudah sakit sekali sayang?" Tanya Indah."Iya ma, sakit ma, sakit kali." Azahra menangis.Indah memegang bagian perut menantunya. Ia sedikit menekan-nekan bagian atas perut tersebut.Ferdi duduk di tepi tempat tidur dan mengusap-usap kepala istrinya."Sebentar ya dek, Abang buka pintu dulu," ucap Ferdi yang beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya."Ini pak Ferdi alat medis ibu," ucap ART di rumahnya.Ferdi menganggukkan kepalanya. "Terima kasih bik," ucapnya yang mengambil tas yang diberikan bik Mun. Ferdi dengan cepat masuk ke dalam kamarnya. "Ini ma." Ferdi memberikan tas yang berwarna hitam itu kepada mamanya.Indah mengambil sarung tangan berwarna putih dan mengoleskan sarung tangan itu dengan gel. "Kakinya dibuka sayang," ucapnya.Azahra menggelengkan kepalanya."Kenapa nggak mau?" tanya Indah."Rara malu ma," jawab Azahra yang menutup wajahnya. Meskipun perutnya saat ini terasa begitu am
Rasa bahagia tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Rasa sakit yang tadi dirasakannya kini terganti sudah dengan rasa bahagia, ketika mendengar suara tangis putranya. Azahra menangis saat menyadari bahwa sang buah hati sudah terlahir di dunia."Terima kasih ya dek, terima kasih." Ferdi mencium kening istrinya berulang-ulang kali. Pria itu mencium pipi kiri dan kanan, serta bibir.Azahra tersenyum saat mendengar ucapan terima kasih dari suaminya. "Abang masih punya janji sama Rara?" ucapnya."Janji apa?"Ferdi berpura-pura lupa."Tadi katanya Rara boleh minta apa aja." Azahra memajukan bibirnya. Dirinya sudah memiliki sesuatu permintaan yang ingin dimintanya."Apa?" tanya Ferdi."Nanti Rara kasih tahu kalau sudah lewat 40 hari." Azahra tersenyum."Kenapa harus nunggu sampai 40 hari? Minta sekarang juga, Abang akan kasih." Ferdi menarik hidung istrinya."Setelah 40 hari permintaannya baru bisa dilakukan."Ferdi
Attar begitu sangat bahagia ketika menyambut kelahiran cucunya. Berulang-ulang kali Attar mencium pipi cucunya."Mau lagi yang seperti ini by, Isa masih bisa nambah." Alisa berbisik di telinga suaminya.Attar yang sejak tadi fokus dengan cucunya, tertawa saat mendengar bisikan istrinya. Ia memandang istrinya dan menarik hidung mancung milik istrinya. "Masih sanggup?"Alisa menganggukkan kepalanya."Pikir nanti ya," Attar mengusap kepala istrinya. Ia begitu sangat tidak tega bila melihat istrinya kesakitan, dan karena alasan ini Attar masih mempertimbangkan untuk menambah anggota baru di keluarganya."Iya by." Alisa tersenyum dan mencium pipi cucunya.“Mau coba gantian bang?" Tanya Attar. Ia memandang Abangnya yang saat ini menggendong bayi Zikra."Mau lah," Jawab Andi."Sini pa, Zikra aku yang pegang," Ferdi mengambil bayi perempuan dari tangan papanya."Sama Daddy dulu ya cu." Andi memberikan Zikra Ke tangan Ferdi
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l