"Sayang, makannya wajib banyak. Ingat, sekarang makannya berdua." Indah tersenyum dan menambahkan nasi ke piring Azahra.
"Tuh dengerin kata mama, kalau lagi hamil wajib makan banyak. Ini makanya males sekali, kalau nggak disuapin kadang milih gak makan ma." Ferdi mengadukan istrinya.
"Nggak boleh males makannya, Rara harus banyak makan." Andi menasehati menantunya. Pria itu mencemaskan kondisi kehamilan Azahra, mengingat ini kehamilan Azahra yang pertama.
"Iya pa Rara bakalan banyak makannya. Papa jangan cemas." Azahra tersenyum dan memasukkan nasi dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut yang penuh berisi nasi.
"Kalau sudah jadi mommy apa masih manja seperti ini." Ferdi tersenyum menatap wajah istrinya.
"Apa Rara gak boleh manja lagi kalau sudah jadi mommy?" Azahra memandang suaminya.
"Boleh, siapa yang larang." Indah memandang putranya dan membesarkan matanya.
"Mommy tetap manja terus sama daddy berarti Rara boleh ya ma," tanya Aza
"Mama dan papa orang yang sangat baik. Rara mengenali mereka bukan hanya karena sudah menikah dengan bang Ferdi, namun dari Rara lahir hingga saat ini. Rara begitu sangat mengenali mama dan juga papa. Rara yakin Dina pasti akan senang berada di rumah mama dan juga papa." Azahra tersenyum ketika Dina memeluknya.Dina menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan Azahra. Meskipun dirinya baru berjumpa dengan Indah dan juga Andi, namun Dina bisa merasakan bahwa pasangan suami-istri itu begitu sangat baik. Dari nada bicara dan tatapan mata Indah dan juga Andi, terlihat bahwa mereka begitu sangat tulus untuk membantunya. "Aku nggak nyangka bisa ketemu sama orang-orang baik seperti Azahra dan keluarga." Dina memandang Azahra."Rara akan selalu mendoakan Dina. Rara akan mendoakan agar Dina sehat begitu juga dengan kandungannya. Rara yakin Dina pasti mampu melewati ini semua," Azahra tersenyum memandang sahabatnya."Amin, makasih ya Ra. Ra mukena kamu aku bawa ya.
Dina begitu senang ketika bermain di rumah Azahra. Begitu banyak yang mereka bicarakan mengenai kehamilannya masing-masing. Menikmati makan rujak berdua, kemudian makan es krim, menonton film dan masih banyak lagi keseruan-keseruan yang mereka lakukan berdua."Aku benar-benar senang bisa ketemu sama mama Indah dan papa Andi." Dina berkata ketika memasukkan potongan buah mangga ke dalam mulutnya."Mama dan papa itu orang yang sangat baik." Azahra tersenyum dan menggigit buah strawberry di tangannya."Itu strawberry pasti rasanya asam sekali.” Dina memperhatikan Azahra yang memakan buah strawberry dengan sangat enak."Iya sih asem, tapi Rara suka "Azahra tersenyum dan kembali menggigit buah berwarna merah yang berukuran kecil tersebut."Aku pengen coba." Dina mengambil buah strawberry yang ada di piring Azahra. "Asem, tapi enak juga." Dina kembali menggigit buah tersebut dan memejamkan matanya."Rara sering rasain pinggang sa
Ferdi yang berada di atas tempat tidur bersama dengan istrinya sudah tampak begitu sangat gelisah. Hari ini sikap istrinya begitu sangat manja, bahkan ia tidak diperbolehkan pergi kemana-mana, meskipun hanya Kamar mandi saja. Azahra hanya ingin memeluknya dan mencium aroma tubuhnya."Sayang Abang sudah nggak tahan ini," keluh Ferdi."Iya," jawab Azahra yang tidak ingin melepaskan pelukannya."Adek kalau abang buang air kecil di atas tempat tidur pasti repot dek." Sudah berulang kali pria itu memberi tahu istrinya, namun istrinya tidak menghiraukan ucapannya. Azahra hanya sibuk dengan kesenangannya."Abang harus tahan, sebentar lagi." Azahra tersenyum dan menempel hidungnya di leher suaminya."Sudah nggak bisa tahan sayang, ini sudah benar-benar pengen keluar. Anak Daddy yang super ganteng dan pintar, tolong bujuk mommy, biar kasih Daddy ke kamar mandi sebentar saja." Ferdi berkata dengan mengusap perut istrinya. Pria itu sudah kehabisan kata-kata u
"Aku tidak ingin melihat anak itu lagi. Dasar anak haram, aku benar-benar menyesal sudah membesarkan." Suara itu terdengar sangat keras di telinga Dina. Jantung Dina berdegup dengan sangat hebatnya ketika mendengar apanya berkata seperti ini. Hingga sampai sekarang Dina tidak mengerti apa tujuan papanya berbicara seperti ini. Kakinya terasa gemetar ketika mendengar hal tersebut. Ia masuk ke dalam rumah dan berjalan semakin mendekati pintu kamar mama serta papanya, yang berada di bagian depan. Saat ini pintu kamar itu sedang terbuka. Dina bersembunyi di dinding yang berada di samping pintu, agar mama dan papanya tidak melihat kehadirannya."Apa papa yakin tidak mau menjemput Dina?" ucap Mama Dina yang bernama Mala."Untuk apa kita jemput dia?" Tanya Pendi."Jadi menurut papa kita biarkan saja?" tanya Mala."Apa Mama mau menjemput anak itu, kemudian mengeluarkan uang untuk biaya persalinan, dan setelah itu merawat dia setelah melahirkan. Apa usaha kita sela
"Aku minta maaf, ma, pa. Aku tidak bisa membalas jasa kalian, aku tidak bisa membahagiakan kalian. Aku sungguh minta maaf, aku sudah membuat kalian malu karena perbuatan yang telah aku lakukan." Dina menangis dan bersujud di hadapan kedua orang tuanya. Hanya kalimat ini yang mampu diucapkannya, dan berharap mama dan papanya mau memberikan maaf untuknya."Pergilah jangan pernah kembali lagi ke sini," perintah Pendi.Dina menganggukkan kepalanya. “Aku hanya ingin mengambil ijazah aku saja, setelah ini, aku mungkin tidak pernah datang ke sini lagi. Aku mohon maafkan aku," ucapnya yang berusaha berdiri dengan memegang perutnya yang terasa sakit."Ambillah barang mu, kemudian pergi," ucap Pendi.Dina menganggukkan kepalanya dan masuk ke kamarnya untuk mengambil ijazahnya. Dina masuk ke dalam kamarnya yang begitu sangat sederhana. Di kamar ini hanya ada spring bed untuk satu orang, Lemari kecil dan meja belajar. Kamar yang sederhana namun begi
"Si mommy sama anaknya sangat asyik sekali ngobrolnya, sampai nggak tahu kalau kami pulang." Attar tersenyum dan mengusap Kepala istrinya."Hubby sudah pulang ya," Alisa tersenyum memandang suaminya. Ia beranjak dari kursi santai yang didudukinya, Alisa mengambil tangan Attar dan menciumnya. Sejak tadi Alisa begitu asik bercerita dengan Putri kesayangannya, hingga tidak menyadari bahwa ternyata suaminya sudah pulang."Iya sayang, Hubby sudah pulang," ucapnya sambil menarik hidung istrinya. Meskipun mereka menikah sudah lebih 20 tahun, namun sikap dan juga perilaku Attar tidak pernah berubah terhadap Alisa."Kenapa cepat, biasanya belum pulang di jam-jam segini?" Alisa bertanya dengan memandang wajah suaminya."Ngapain juga lama-lama di kantor? nggak enak, nggak ada kawan ngobrol." Pria itu merasa begitu sangat kesepian di kantor sendiri tanpa ada istrinya. Selama ini istrinya akan selalu menemaninya di kantor dan dirinya akan mengobrol dan bercanda dengan
Indah memandang Dina yang saat ini sedang duduk di meja makan terlebih dahulu. "Mau ke mana?" Indah melihat Dina yang begitu cantik dengan gaun berwarna merah dan lengkap dengan jilbab Syar'inya."Dina rindu sama Azahra, Dina mau main ke rumah Azahra, ma." Dina tersenyum lebar hingga matanya menjadi sangat kecil."Iya, Bagus itu, jangan dikamar aja. Kalau banyak melamun nanti pikirannya melayang kemana-mana, apalagi sekarang sudah dekat melahirkan," ucap Andi."Iya pa, dari kemarin Dina keasikan belajar ngaji. Jadinya betah di kamar." Dina menjawab dengan tersenyum."Alhamdulillah," ucap Andi.Indah dan Andi begitu sangat senang ketika melihat Dina yang pagi ini terlihat sangat ceria.Pagi ini Dina sarapan dengan sangat banyak, tidak seperti biasanya. Melihat perubahan yang terjadi terhadap Dina, membuat Indah sangat senang. Dari raut wajah Dina, terlihat tidak sedang menanggung beban."Ma, Pa, Dina ke rumah Azahra ya," pamit Dina set
Pagi ini Ferdi begitu sangat sibuk mengurusi istrinya yang ikut datang ke kantornya di jam pagi. Ia mengambil bantal di dalam kamar dan meletakkan bantal di sandaran kursi sofa, agar posisi duduk Azahra semakin nyaman. Kaki Azahra dinaikkannya ke atas meja sehingga dalam keadaan lurus. "Seperti ini apa sudah nyaman?" tanya Ferdi.Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia duduk dengan mengusap-usap perutnya."Anak sayang Daddy, Daddy mau kerja dulu ya. Ingat tadi sudah janji untuk tidak rewel." Ferdi berkata dengan mengusap perut istrinya. Ia juga mencium perut yang bulat dan besar tersebut.Azahra tersenyum saat mendengar ucapan suaminya. Apa yang diucapkan oleh suaminya sudah pasti untuk mengingatkan dirinya bukan untuk anak yang dikandungnya."Ini si mommy juga jangan rewel, ingat tadi di rumah sudah janji nggak gangguin." Ferdi menarik hidung istrinya.Dengan cepat Azahra menganggukkan kepalanya.Ferdi mengusap kepala i